Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Feature

Sosok Icha Mahasiswi Disabilitas Lulus Cumlaude UIN Purwokerto, Sempat Takut, Titik Balik Semester 6

Icha, demikian teman-teman kuliah dan komunitas memanggilnya,  lulus cumlaude dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,76

|
Editor: muslimah
Istimewa
Sosok Isa mahasiswi disabilitas lulus cumlaude UIN Purwokerto. Perjuangannya tidak mudah karena dihadapkan pada keterbatasan 

"Kedua hal tersebut yang bisa kujadikan selimut tebal untuk menutupi kekurangan. Saat itu aku belum menerima diri aku yang sesungguhnya," lanjutnya.

Dengan berbagai upaya itu pula, Icha tetap berprestasi meski masih menutup diri.

Diantaranya, ia menjadi juara 1 lomba resensi buku dalam kegiatan Gebyar Hari Kunjung Perpustakaan tahun 2020 yang diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan UIN Saizu Purwokerto

Titik Balik saat Bertemu Teman Tuli

Sosok Isa mahasiswi disabilitas lulus cumlaude UIN Purwokerto. Perjuangannya tidak mudah karena dihadapkan pada keterbatasan
Sosok Isa mahasiswi disabilitas lulus cumlaude UIN Purwokerto. Perjuangannya tidak mudah karena dihadapkan pada keterbatasan.

Icha mulai membuka diri sejak April 2022.

Menurutnya, semua berawal saat ia bertemu dengan teman-teman yang menyebut identitas mereka sebagai 'Tuli'.

"Saat itulah aku juga mengetahui identitas aku. Tuli atau Deaf. Sebuah identitas yang merujuk pada individu yang tidak mendengar. T pada kata Tuli yang seharusnya ditulis kapital karena kata tersebut menunjukkan sebuah identitas.

"Identitas minoritas. Ini sungguh menjadi perspektif yang baru buat aku. Perspektif yang tidak banyak orang tahu. Perspektif yang menilik pada kaca mata sosial dan juga HAM," jelasnya.

Sejak itu pula ia mulai mempelajari tentang budaya Tuli dan dunia Tuli dari teman-teman Tuli.

Icha mulai membuka mata selebarnya bahwa ada perbedaan yang sangat kontras di antara budaya Tuli dan budaya Dengar serta dunia Tuli dan  dunia Dengar.

Menurutnya, Tuli sebagai bagian dari identitas multikultural manusia ternyata juga memiliki bahasa tersendiri sebagai bagian dari budayanya, yakni Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO).

"Berubahnya pandanganku yang secara sadar mengakui bahwa identitasku sebagai Tuli, secara otomatis mengubah sikapku yang sangat berbanding terbalik dengan dahulu," imbuh Icha.

Jika dulu ia selalu menganggap hal tersebut sebagai sebuah  kekurangan, sekarang ia merasa lebih nyaman dan lebih percaya diri disebut sebagai Tuli.

Titik balik kehidupannya itu terjadi saat memasuki semester enam.

Sebagai Tuli, Icha mengungkap banyak sekali tantangan yang harus ia hadapi dan kendala/hambatan yang harus ia atasi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved