Berita Feature
Kondisi Terkini Pasar Kambing Semarang yang Melegenda, Patung Masih Berdiri Tapi Situasi Beda
Gafar Ismail terlihat sibuk mondar-mandir memberi makan kambing kurban yang dia jual di pinggir Jalan Tentara Pelajar, Jomblang, Seamarang
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gafar Ismail terlihat sibuk mondar-mandir memberi makan kambing kurban yang dia jual di pinggir Jalan Tentara Pelajar, Jomblang, Kecamatan Candisari, Semarang.
Terkadang satu atau dua kambing masuk ke bagian jalan aspal, karena jalur tepi di jalan yang digunakan untuk kandang semipermanen tak cukup menampung kambing-kambing secara keseluruhan.
Bangunan kandang kambing semipermanen itu, berdiri di atas saluran air. Saluran air yang cukup dalam itu pada atasnya diberikan papan untuk pijakan hewan kurban dan bangunan semi permanen.
Terlihat kambing-kambing yang diikat di bangunan itu. Gafar Ismail terlihat resah, sembari mengawasi lalu lintas yang tak kunjung surut di Jalan Tentara Pelajar, Semarang.
"Penjualan kambing tahun ini lesuh, ini baru bisa menjual 40 ekor kambing. Tahun kemarin itu bisa 60 ekor kambing," tutur Gafar saat ditemui, Kamis (5/6/2025).
Baca juga: Inilah Joni, Sapi Simmental 1 Ton yang Dibeli Prabowo untuk Kurban di Kendal: Disembelih SabtuÂ
"Ekonominya memang lagi lesu. Jadi, daya beli masyarakat menurun. Itu sekarang golongan atas (pejabat) masih semrawut kayak gitu apalagi sing bawah," sambungnya.
Tahun kemarin modal bisa muter seser, untuk kembali membeli kambing di pasar dan menjualnya lagi di tempat lain. Tahun ini, jangankan muter, balik modal saja sudah bersyukur.
"Seperti petinju, Mas. Dipukuli terus, goyang terus. Tapi ndak jatuh, to?" kata Gafar Ismail.
Gafar bukan orang baru dalam berbisnis kambing. Dia generasi ketiga dari keluarga pedagang kambing di kawasan itu.
Dari kakeknya, ke ayahnya, lalu turun ke dia. Namun kini, warisan itu digerogoti keadaan: daya beli menurun, ongkos sekolah anak naik, dan ruang hidup para pedagang digerus pelan-pelan oleh beton dan bangunan.
"Dulu itu ada lahannya. Sekarang sudah jadi toko. Jalan dilebarkan, kendaraan cepet-cepetan. Bahaya," ungkapnya.
Yang dulunya pusat pasar kambing semarak setiap menjelang Iduladha, kini berubah menjadi jalur padat kendaraan, yang menyisakan monumen patung kambing di bawah rambu lalu lintas.
Tak ada lagi ruang khusus seperti dahulu, para pedagang kambing kini hanya menepi seadanya, menyesuaikan diri dengan sisa-sisa ruang publik yang tersisa.
Beberapa meter dari lapaknya Gafar, Dewi Lestari tengah menyeka keringat dengan tangan. Dia sibuk membersihkan kotoran kambing yang tercecer di aspal dengan sapu ijuk yang dia bawa.
"Penjualan agak lesu ya, tahun lalu bisa 50 ekor. Sekarang, 20-an saja sudah alhamdulillah," tuturnya.
3 Hari Tersesat di Hutan Jati Blora, Truk Boks Berhasil Dievakuasi, Warga Gelar Selamatan Dulu |
![]() |
---|
Alasan Mbah Yudi Warga Batang Tinggal Dengan Ayam, Sudah 4 Kali Pindahkan Rumah |
![]() |
---|
Cerita Indra Pemuda Tunadaksa di Tegal, Kembangkan Usaha Anyaman Bambu Hingga Buka Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Kisah Hamdan Produsen Seragam Sekolah di Kudus, Modal Rp 10 Juta Pinjaman, Kini Sampai Tolak Orderan |
![]() |
---|
Tangis Reisha Pelajar SD di Kudus saat Bacakan Sepucuk Surat untuk Palestina |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.