Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Feature

Cerita Indra Pemuda Tunadaksa di Tegal, Kembangkan Usaha Anyaman Bambu Hingga Buka Lapangan Kerja 

Indra menjadi generasi ketiga yang melanjutkan usaha kerajinan bambu wulung

Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah
Tribunjateng/Fajar Baharuddin Ahmad
TUNJUKKAN PRODUK- Indra Eravani saat menunjukkan produk anyaman bambu di rumahnya Jalan Pemali RT 02 RW 05 Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (10/4/2025). Produknya terbuat dari bambu wulung atau bambu hitam. (Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin Achmad) 

TRIBUNJATENG.COM,TEGAL - Rumah Indra Eravani di Desa Dukuhsalam RT 02 RW 05, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, tampak sibuk dengan aktivitas mengolah bambu wulung atau bambu hitam, Kamis (10/4/2025), siang.

Di bagian teras rumah, beberapa perempuan paruh bayah terlihat sedang menyilangkan antara hati bambu dan kulit bambu. Kedua tangan mereka bergerak cekatan. 

Mereka sedang membuat plafon dari anyaman bambu dengan motif kembang teplok. 

Di rumah pemuda berusia 34 tahun itu, berbagai kerajinan anyaman bambu dihasilkan. Tidak hanya plafon, termasuk di antaranya kursi, tirai, gazebo, lampion, dan aneka sovenir. 

"Itu proses pembuatan anyaman atau bilik dari bambu untuk atap plafon. Dari customer lebih suka karena alami, adem dan ekonomis," kata Indra, Owner Bambu Wulung Art kepada tribunjateng.com. 

MENGANYAM BAMBU- Proses menganyam hati bambu dan kulit bambu untuk membuat plafon
MENGANYAM BAMBU- Proses menganyam hati bambu dan kulit bambu untuk membuat plafon di Rumah Produksi Bambu Wulung Art di Jalan Pemali RT 02 RW 05 Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (10/4/2025). (Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin Achmad)

Indra tidak sesempurna pemuda lainnya, dia merupakan disabilitas tunadaksa. Tangan kirinya harus diamputasi akibat kecelakaan saat bekerja di Jakarta, pada 2010. 

Kecelakaan itulah yang membawanya pulang ke kampung halaman untuk melanjutkan usaha keluarganya. 

Indra menjadi generasi ketiga yang melanjutkan usaha kerajinan bambu wulung.

Kerajinan anyamannya menggunakan bambu khusus bernama bambu wulung dengan nama latin Gigantochloa atroviolacea. Menurutnya, bambu tersebut awet dan kuat. 

"Usaha ini sudah lama, saya pemegang generasi ketiga dari kakek. Usaha ini awalnya hanya produk baku seperti plafon anyaman bambu, tapi saya kembangkan seperti gazebo, kursi, tiral dan sebagainya," ungkapnya. 

Buka Lapangan Kerja

plafon dari anyaman bambu wulung
BUAT PLAFON- Pekerja yang merupakan tetangga sedang membuat plafon dari anyaman bambu wulung di rumah produksi Jalan Pemali RT 02 RW 05 Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (10/4/2025). (Tribun Jateng/ Fajar Bahruddin Achmad)

Tempat tinggal Indra di Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi dikenal sebagai sentra kerajinan anyaman bambu di Kabupaten Tegal. Usaha anyaman bambu di sana sudah sejak 1980-an.

Saat Indra memutuskan pulang kampung karena kecelakaan, kondisi usaha anyaman bambu sedang loyo-loyonya.

Masyarakat saat itu sedang menggemari plafon dari asbes atau gipsum. 

Kemudian pada 2012 saat sedang ramai-ramainya media sosial, Indra iseng-iseng mengunggah kerajinannya di Facebook. 

"Digital saat itu membawa banyak perubahan. Usaha anyaman bambu yang dulunya sempat loyo, kembali hidup," ujar Indra yang belum lama ini diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Pemerintah Kabupaten Tegal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved