guru berkarya
Belajar Ragam Krama dan Ngoko Lebih Mudah dengan Bermain Peran.
Pembelajaran bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku
Oleh: Mutoharoh, S.Pd., Guru B. Jawa SMPN 2 Jatinegara Kab. Tegal
Pembelajaran bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis. Nurgiyantoro (1995:274) menyatakan “berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan”. Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat kompleks karena harus melihat lawan tutur saat berbicara. Bahasa Jawa ada 2 tingkatan yaitu ragam ngoko dan ragam krama.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 2 Jatinegara Kab. Tegal khususnya kelas IX bertujuan agar siswa mampu mempraktikkan dan menerapkan bahasa Jawa ragam krama dan ragam ngoko sesuai dengan penggunaannya. Namun kenyataannya siswa kelas IX belum bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar, baik dengan menggunakan ragam ngoko dan ragam krama. Hal ini disebabkan karena anak kurang percaya diri saat berkomunikasi, takut salah menggunakan kata-kata berbahasa Jawa dan menganggap bahwa berbahasa Jawa kurang gaul, dianggap ndesa, tidak kekinian dan ketinggalan zaman. Untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa kelas IX SMP Negeri 2 Jatinegara tersebut diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Melalui penggunaan metode secara tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah menerapkan metode bermain peran.
Metode bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau. Atau dapat pula cerita dimulai dengan berbagai kemungkinan yang terjadi baik sekarang maupun mendatang. Kemudian ditunjuk beberapa orang siswa untuk melakukan peran sesuai dengan tujuan cerita. Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja, dalam percakapan seseorang memerankan diri sendiri masing-masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan orang lain (Solchan, 2009: 11.39)
Melalui metode ini siswa menjadi mengerti bagaimana cara menerima pendapat orang lain. Siswa juga harus bisa berpendapat, memberikan argumentasi dan mempertahankan pendapatnya. Jika diperlukan dapat mencari jalan keluar atau berkompromi dengan orang lain jika terjadi banyak perbedaan pendapat. Lebih bagus lagi jika siswa mampu mengambil kesimpulan atau keputusan dari tiap-tiap persoalan (Roestiyah, 2005: 23). Bermain sandiwara merupakan salah satu materi pembelajaran Bahasa Jawa siswa SMP kelas IX semester 1. Pembelajaran materi ini peserta didik dituntut memiliki keterampilan berbicara dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik/ ekspresi, dan kinetik. Dalam membentuk keterampilan kebahasaan berbicara ini ternyata, masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan.
Urutan-urutan pembelajaran menggunakan metode bermain peran yaitu: Guru memberikan stimulasi dengan mengajak peserta didik melihat film pendek yang memuat unggah-ungguh basa. Kemudian guru memberi penjelasan tentang unggah-ungguh basa. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok membuat percakapan yang menggunakan ragam krama. Menjelaskan tujuan, manfaat, dan teknik bermain dalam pembelajaran role playing. Menginstruksikan kepada siswa untuk bergabung pada kelompoknya masing-masing.
Mempersiapkan/menata ruangan untuk keperluan menciptakan situasi/suasana pemeranan. Kelompok pertama diberi kesempatan untuk melakukan dramatisasi di depan kelas. Guru dan kelompok lain mengamati proses jalannya pemeranan sambil membuat catatan-catatan penting berupa penilaian terhadap penampilan kelompok yang tampil. Kelompok lain mengamati, mengoreksi dan memberi tanggapan. Hal yang diamati dan dikoreksi terutama adalah pemilihan kosakata. Apakah kosakata yang digunakan sudah sesuai unggah-ungguh basa atau belum. Kemudian guru bersama peserta didik membuat simpulan pelajaran yang telah dilaksanakan.
Dengan menerapkan metode bermain sandiwara, peserta didik lebih mudah memahami arti dari kalimat yang diucapkannya. Sehingga dapat berbicara menggunakan bahasa Jawa krama dengan benar sesuai peran yang dimainkan.
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.