Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kementerian ESDM Persilakan Pertamina Kaji Penghapusan Pertalite

Ini harus ada pertimbangan ekonomi dan sosial, dan itu tidak bisa dari Kementerian ESDM saja, harus ada kementerian lain

Editor: Vito
TribunJateng.com/Iswidodo
Suasana antrean pertalite SPBU Pucanggading Senin 22 Agustus siang 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mempersilakan Pertamina mengkaji penghapusan Pertalite untuk kemudian diganti menjadi Pertamax Green 92.

"Kalau Pertamina mau bahas, silakan. Tapi kalau pemerintah belum. Jadi industri silakan dulu bahas," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, ketika ditemui di Hotel Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9).

Menurut dia, sejatinya akan ada atau tidaknya Pertalite pada 2024 tidaklah sederhana, karena tergantung dengan masalah polusi.

"Kalau ada atau tidak itu masalahnya tidak sederhana, tergantung masalah polusi. Ini harus ada pertimbangan ekonomi dan sosial, dan itu tidak bisa dari Kementerian ESDM saja, harus ada kementerian lain," ujarnya.

Selain itu, Tutuka turut menyinggung soal mandat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengharuskan oktan BBM di atas 91.

Ia berujar, sebenarnya itu bukan mandat dan keharusan RON rendah tidak jadi yang utama. Namun, lebih kepada penetapan standar emisi. "Sebetulnya bukan mandat. RON-nya rendah (ada di posisi-Red) kedua," ucapnya.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) masih dalam tahap mengkaji untuk meningkatkan kadar oktan BBM subsidi dengan Research Octane Number atau RON 90 menjadi RON 92. Hal tersebut dilakukan dengan mencampur Pertalite dengan Ethanol 7 persen, sehingga menjadi Pertamax Green 92.

“Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah. Tentu ini akan kami usulkan, dan akan kami bahas lebih lanjut,” kata Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, seperti dikutip dari laman resmi Pertamina.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif memastikan, wacana program pengembangan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 lewat pencampuran dengan Ethanol 7 persen belum dapat dilakukan.

Menurut dia, program pengembangan Pertalite menjadi Pertamax Green 92 belum memungkinkan, lantaran ketersediaan atau stok bioetanol di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.

Diketahui, bahan baku bioetanol berasal dari tanaman tebu. Saat ini, sentra perkebunan tebu skala besar baru terdapat di Jawa Timur.

"Ya sementara kan etanolnya kita belum punya (stok belum tercukupi-Red). Kalau kita bisa produksi, kan sekarang kebun-kebun tebu di Jawa Timur mau diupayakan nih," ucapnya, baru-baru ini.

Arifin pun mendorong adanya sentra perkebunan tebu berskala besar lainnya untuk dapat memasok bahan baku bioetanol. Wilayah Papua diharapkan dapat dikembangkan untuk perkebunan itu. (Tribunnews/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved