guru berkarya
Sebarkan Budaya Positif Sekolah melalui Media Sosial
Seorang kepala sekolah adalah sosok pemimpin dan pengelola yang memiliki peran yang sangat penting dalam membawa sekolah menuju kemajuan dan sukses
Oleh: Muzarofah, S. Pd.SD., SD Negeri Pandanarum Tirto
Seorang kepala sekolah adalah sosok pemimpin dan pengelola yang memiliki peran yang sangat penting dalam membawa sekolah menuju kemajuan dan kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial dari seorang kepala sekolah memiliki dampak besar terhadap efektivitas kepemimpinannya. Kepala seklah disandarkan memiliki tingkat pengetahuan yang mendalam, keterbukaan pikiran, kredibilitas, dan kemampuan berkomunikasi yang baik membawa perubahan yang signifikan dalam pengelolaan sekolah sebagai babgian dari profesionalisme. Danim (2020: 23) menjelaskan bahwa profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Profesionalisme dapat terlihat pada ciri-ciri berikut pertama, selalu menampilkan perilaku yang dapat dijadikan rujukan yang baik. Kedua, berusaha meningkatkan dan memelihara perilaku profesionalnya. Ketiga, senantiasa memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan profesionalnya. Keempat, meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilan.
Kepala Sekolah adalah individu yang mengemban tanggung jawab yang sangat besar dalam mengelola dan memimpin sebuah lembaga pendidikan. Tugas utamanya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Selain itu, Kepala Sekolah juga bertanggung jawab dalam membangun dan memelihara lingkungan belajar yang kondusif, memfasilitasi pengembangan staf pengajar, mengelola sumber daya, dan berinteraksi dengan berbagai pihak terkait, seperti guru, siswa, orang tua, serta pihak-pihak eksternal.
Kepala sekolah harus kompeten dalam menjalankan tugas teknis manajerial, yang menurut Mintsberg terdiri atas tiga kategori yaitu interpersonal, informational dan decisional. Interpersonal kepala sekolah menjalankan fungsi sebagai figur, pemimpin, dan juru runding. Informational, kepala sekolah menjalankan fungsi sebagai pemantau, penyebar, dan perantara. Decisional, kepala sekolah menjalankan fungsi sebagai wiraswastawan, disturbance-handler/penangan gangguan, pengalokasi sumber-sumber, negasiator. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat dituangkan dalam kegiatan sekolah yang bertujuan memajukan pendidikan, salah satunya dengan menerapkan budaya sekolah yang tepat dan sesuai. Budaya sekolah dapat dikatakan sebagai keunikan dalam suatu sekolah. Budaya sekolah dapat disebut sebagai asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru.
Budaya sekolah merupakan pondasi dari hubungan antaranggota komunitas pendidikan yang mencakup prinsip-prinsip (yakni keyakinan, integritas, dan keterbukaan), aturan-aturan (termasuk peraturan dan etika) yang diakui dan diikuti oleh seluruh anggota sekolah dan tradisi-tradisi yang memberikan ciri khas atau identitas unik pada sekolah.
ebagai manajer atau kepala sekolah, diperlukan kemampuan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan sekolah yang tercermin dalam visi, misi, dan tujuan institusi pendidikan. Kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh sekolah dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut, termasuk dalam hal mengelola perubahan dalam administrasi sekolah. Seiring perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mengharuskan kepala sekolah memiliki strategi menciptakan budaya sekolah yang menjadi identitas sekolah dan membedakan dengan sekolah lainnya termasuk dengan membudayakan penggunaan media sosial yang positif bagi semua civitas pendidikan di sekolah. Langkah dalam penerapan budaya ositif sekolah ber media sosial dilakukan dengan membuat tim cyber sekolah. Tim dibentuk dari semua beberapa anggota siswa di sekolah. Semua akun media sosial siswa, guru dan Staf dikumpulkan untuk di laporkan media sosial yang digunakan. Pemantauan berkala dilakukan oleh tim dan sekaligus penyebaran kegiatan positif sekolah yang telah dilaksanakan maupun renncana kegiatan. Setelah beberapa lama berlangsung, budaya sekolah ini menjadi tren yang baik, karena semua unsur sekolah mencitrakan kemajuan sekolah dan peningkatan-peningkatan prestasi yang didapatkan sekolah. Sebagai kepala sekolah SD Negeri Pandanarum Tirto, penulis merasakan kebanggaan dapat menularkan budaya positif sekolah melalui media sosial.
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.