Artikel Ilmiah Populer
TANTANGAN, DILEMA DAN STRATEGI PENGELOLAAN PTS / SUATU SOLUSI MELALUI PARADIGMA MANAJEMEN KUALITAS
Jumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia mencapai 60 persen dari institusi pendidikan tinggi di negara ini
TRIBUNJATENG.COM - Jumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia mencapai 60 persen dari institusi pendidikan tinggi di negara ini, begitu juga dengan jumlah mahasiswanya sekitar 60 persen dari seluruh mahasiswa di Indonesia adalah mahasiswa di PTS. Artinya secara umum, baik kuantitas PTS maupun jumlah mahasiswa PTS justru lebih besar daripada PTN. Oleh karena itu PTS mempunyai andil yang besar dalam pengembangan sumber daya manusia di negara ini. Artinya jika PTS berkualitas maka ada harapan baik juga kualitas sumber daya manusia, begitu juga sebaliknya jika PTS yang tidak berkualitas maka sulit diharapkan sumber daya manusia kita akan mempunyai kualitas yang baik juga.
Kritik Model Bisnis Perguruan Tinggi
Beragam kritik telah dialamatkan kepada PT oleh banyak pengamat. Termasuk di antaranya adalah model bisnis PT yang diklaim sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman atau kedaluwarsa. Kritik terhadap model bisnis PT dapat kita kelompokkan ke dalam beberapa tingkatan: filosofis, metodologis, dan operasional.
Untuk menghasilkan “intellectual society‟, tidak hanya cukup mengandalkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tetapi diperlukan juga peran serta Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Bahkan bagi pegawai-pegawai yang sudah bekerja pada instansi-instansi pemerintah atau swasta tertentu lebih cenderung mengincar PTS, karena beberapa PTS menawarkan jam kuliah pagi maupun sore, dan di samping itu juga PTS memberikan banyak kemudahan dalam hal penyelesaian administrasi kampus. Meskipun saat ini, PTN juga berlomba-lomba menawarkan jam kuliah pagi dan sore. Hadirnya PTS sangat membantu anjuran pemerintah tentang “life distance of education,‟ karena ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan tetap dimiliki selama hidupnya, bahwasannya ilmu yang dimiliki oleh seseorang diistilahkan dengan “tak lapuk karena panas dan tak lekang karena hujan.
Abad keterbukaan atau abad globalisasi ini menuntut sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. Tuntutan-tuntutan kehidupan yang serba baru tersebut meminta berbagai terobosan di dalam berpikir, penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan. Tantangan-tantangan baru jika dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan menemui kegagalan. Tantangan yang baru menuntut adanya paradigma yang baru, dan paradigma baru menuntut proses terobosan pemikiran (break through thinking process), apalagi jika yang kita inginkan adalah output yang bermutu yang dapat bersaing dengan karya dalam dunia yang serba terbuka.
Saat ini dunia pendidikan tinggi sudah mulai terjadi pergeseran bahwa “pendidikan sebagai suatu industri” yang dimana mengacu kepada standar kebutuhan “tuntutan zaman”. Maka dari itu saat ini tidak mudah untuk membangun PTS Berkualitas terlebih jika mengacu kepada standar internasional. Dikutip dari Prof. Ati Rachmiatie, MSi terdapat beberapa komponen dasar yang perlu dirumuskan jika suatu perguruan tinggi swasta ingin maju dan berkembang yaitu:
Peningkatan kualitas kurikulum
Peningkatan kualitas proses
Peningkatan kualitas penilaian
Peningkatan kualitas dosen dan karyawan
Peningkatan kualitas sarana dan prasarana
Peningkatan kualitas manajemen : Penerapan manajemen berbasis mutu
Peningkatan kualitas pembiayaan : Penerapan kebijakan tentang penggunaan anggaran secara transparan dan akuntabel
Peningkatan kualitas akreditasi program studi
Perolehan sertifikasi internal & eksternal : Penyusunan dokumen SOP (standard operational procedure)
Peningkatan kualitas kegiatan ekstrakurikuler / UKM mahasiswa : Penyelenggaraan lokakarya; mengadakan seminar dan perlombaan dengan tema terkini
Peningkatan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan non kependidikan :
Peningkatan kualitas mahasiswa dan tenaga kependidikan baru (recruitment)
Untuk mencapai hasil yang maksimal, seluruh komponen-komponen di atas tersebut harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah menggunakan Siklus PDCA.
Adapun langkah-langkah dari PDCA sendiri atara lain:
Plan (Perencanaan) :
Fact finding (pemetaan, identifikasi) dst ,
Merencanakan proses, sistem, cara, strategi.
Do (Pelaksanaan) :
Mengorganisasikan pelaksanaan,
Uji coba pelaksanaan, Menentukan
SOP dan pelaksanaannya
Check (Evaluasi) :
Mengumpulkan feedback,
Monitoring
Act (Tindak lanjut) :
Perbaikan proses, sistem, cara, strategi,
Pelaksanaan yang lebih baik
Mengatasi Tantangan Perguruan Tinggi Swasta: Mengurangi Kekurangan dalam Pengelolaan Yayasan
Beberapa kekurangan yang terkait dengan pengelolaan yayasan dalam PT swasta dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya.
Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas
Salah satu kekurangan utama yang seringkali terjadi dalam pengelolaan yayasan adalah kurangnya transparansi dan akuntabilitas. Beberapa yayasan PT swasta mungkin tidak memberikan informasi yang memadai tentang penggunaan dana dan kegiatan mereka. Hal ini dapat menimbulkan keraguan dan ketidakpercayaan dari masyarakat, serta menghambat perkembangan institusi pendidikan itu sendiri.
Solusi: Penting bagi yayasan PT swasta untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan mengadopsi praktik pengelolaan keuangan yang profesional. Hal ini dapat dilakukan melalui penyediaan laporan keuangan yang terverifikasi, mekanisme audit yang independen, serta pembentukan badan pengawas yang transparan. Dengan adanya transparansi dan akuntabilitas yang baik, yayasan dapat membangun kepercayaan yang lebih besar dari masyarakat.
Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur
Sebagian PT swasta, terutama yang masih dalam tahap awal pengembangannya, seringkali menghadapi tantangan dalam hal sumber daya dan infrastruktur. Keterbatasan dana dan fasilitas fisik dapat mempengaruhi kualitas pengajaran dan pembelajaran yang disediakan oleh PT tersebut.
Solusi: Penting bagi yayasan dan PT swasta untuk mengembangkan strategi jangka panjang yang fokus pada peningkatan sumber daya dan infrastruktur. Ini bisa melibatkan upaya dalam menggalang dana dari sumber-sumber yang berbeda, termasuk kerja sama dengan pemerintah, industri, atau donor swasta. Selain itu, PT juga dapat memanfaatkan teknologi dan inovasi untuk memperluas akses ke sumber daya digital dan meningkatkan efisiensi pembelajaran.
Keberlanjutan dan Perkembangan yang Terbatas
Beberapa PT swasta menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan perkembangan yang berkelanjutan. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memperoleh dana yang cukup dan mempertahankan jumlah mahasiswa yang stabil. Selain itu, kurangnya inisiatif dan strategi pengembangan yang tepat dapat menyebabkan PT swasta terjebak dalam pola pengajaran yang ketinggalan zaman.
PT sendiri harus memperbaiki pengelolaan lembaga, data dan Informasi, selanjutnya menyampaikan kepada stake holder dengan harapan meningkatnya daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik bagi stake holder. Pengelolaan lembaga yang juga berkolaborasi dengan stake holder dilakukan melalui prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang akan menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi untuk menghasilkan Produk yang berkualitas. “GCG harus diterapkan dengan pendekatan leadership PT. Kepemimpinan harus membedakan antara managers dan leaders.
Menurutnya, demi tercapainya Good University Governance perlu disiapkan SDM yang berkualitas dengan kecerdasan Ultra meliputi kecerdasan Spiritual, Emosional, Kultural, Sosial dan Intelektual (SEKSI). Disamping berkualitas, SDM juga harus produktif untuk menciptakan kesuksesan yang bermartabat.
Tantangan berikutnya, harus dapat menyiapkan SDM yang dibutuhkan pada tahun 2025 dan 2030. Tahun 2025 dibutuhkan kapasitas SDM yang memiliki Cross-cultural competence, Interdisciplinarity, Critical thinking, Emotional intelligence, Tech aptitude. Sedangkan pada Tahun 2030 kapasitas yang dibutuhkan diantaranya Mental Elasticity and Complex Problem Solving, Critical Thinking, Creativity, People Skills, dan Interdisciplinary Knowledge.
Tiga hal penting untuk seorang pemimpin dalam melakukan perubahan agar efektif, yaitu communicate, collaborate dan commitment. Kolaborasi yang kuat dapat membangun reputasi PT. “Pada dasarnya tidak ada PT yang dapat hidup sendiri tanpa kolaborasi. Semua membutuhkan mitra, baik itu internal maupun eksternal yang sama2 memberikan mutual benefit. Terdapat 7 faktor seseorang dapat menjadi seorang pemimpin, yaitu:
Character (Who They Are)
Relationships (Who They Know)
Knowledge (What They Know)
Intuition (What They Feel)
Experience (Where They Have Been)
Past Success (What They Have Done)
Ability (What They Can Do)
Keunggulan Kompetitif dalam Instistusi Pendidikan Tinggi
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, institusi atau PT, di mana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi atau PT lainnya, untuk mendapatkan sesuatu. Suatu faktor dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika faktor tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari faktor lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh faktor lain. Sebuah institusi PT harus memiliki keunggulan kompetitif, sehingga dapat bersaing secara sehat, terlebih PT swasta.
Keunggulan kompetitif bukan hanya suatu fungsi dalam peranan PT tetapi lebih bergantung pada kemampuan PT untuk berubah secara radikal. Kebutuhan pokok untuk sumber daya yang harus dipenuhi dalam mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan, yaitu:
Nilai, dengan nilai tambah yang dimiliki akan meningkatkan keunggulan bersaing PT.
Keunikan di antara PT sejenis dan pesaing potensial. Jika suatu PT memiliki keunikan tersendiri maka akan makin meningkat keunggulan bersaing yang dimilikinya di antara pesaing
Ditinjau dari segi pengelolaan yang sangat urgen pada PTS adalah proses pengambilan keputusan di mana proses pengambilan keputusan ini tidak terlepas dari bentuk pengelola. Bentuk lembaga pengelola PT swasta yaitu pribadi, keluarga, perkumpulan Ormas dan bentuk lainnya. Format lembaga penyelenggara atau pengelola PTS inilah yang akan nanti mewarnai corak pengambilan keputusan yang akan berpengaruh terhadap kualitas dan ketepatan keputusan yang diambil.
Terkait mekanisme pengambilan keputusan dalam jangka panjang keputusan yang diambil oleh pimpinan PT berpengaruh terhadap institusi secara keseluruhan, kesalahan dalam mengambil keputusan berakibat pada salahnya strategi yang dengan demikian keputusan tersebut tidak akan memperbaiki kondisi yang ada. Hal ini menunjukan pengalaman, orientasi dan latar belakang badan penyelenggara atau yayasan akan menentukan perkembangan PTS melalui keputusan yang dibuat dalam merespon isu strategis dalam peningkatan kualitas seperti pengembangan dosen, infrastruktur sistem pengelolaan dan kurikulum dan infrastruktur atau sarana prasarana. Di satu sisi, PTS akan diminati jika mempunyai sarana dan prasarana atau infrastruktur yang memadai serta layak. Namun, di sisi lain penyediaan sarana dan prasarana atau infrastruktur pendukung penyelenggaraan pendidikan tinggi itu tentunya membutuhkan investasi yang relatif besar. Ini seperti lingkaran yang susah untuk diputus. Solusinya adalah pasti ada pihak yang mau dan mampu untuk berkontribusi atau investasi dalam penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur penyelenggaraan pendidikan tinggi di institusi PTS.
Gerakan Mahasiswa Peduli Sampah |
![]() |
---|
Smart Invest, Smart Work: Strategi Human Capital Untuk Boost Produktivitas Gen Z |
![]() |
---|
OPINI Tri Pujiani : Pentingnya Literasi di Era Digital: Antara Mitos, Ideologi, dan Perdebatan |
![]() |
---|
Sosialisasi Pencegahan HIV/AIDS pada Usia Remaja Bersama Karang Taruna ORRTEMA Desa Pedalangan |
![]() |
---|
Gerakan Perubahan Terburu-buru, Peserta Didik Tak Lagi Berguru |
![]() |
---|