Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

MotoGP 2023

Dorna Pusing Tujuh Keliling! MotoGP India Menjadi GP Termahal Sepanjang Masa, F1 Saja Kapok Kok

Dorna Pusing Tujuh Keliling! MotoGP India Menjadi GP Termahal Sepanjang Masa, F1 Saja Kapok Kok

Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: galih permadi
GIGI SOLDANO / DPPI melalui AFP
Dorna Pusing Tujuh Keliling! MotoGP India Menjadi GP Termahal Sepanjang Masa, F1 Saja Kapok Kok 

Dorna Pusing Tujuh Keliling! MotoGP India Menjadi GP Termahal Sepanjang Masa, F1 Saja Kapok Kok

TRIBUNJATENG.COM - Perhelatan MotoGP India 2023 menuai banyak kekecewaan dari sejumlah tim yang akan balapan.

Tak hanya itu, wartawan luar negeri juga mendapat masalah sehingga sulit untuk masuk ke India.

Hal ini sebelumnya pernah dikeluhkan oleh CEO Formula 1, Stefano Domenicalli.

Kecelakaan karambol di sprint race MotoGP Austria 2023, Red Bull Ring, Austria, Sabtu (19/8/2023).
Kecelakaan karambol di sprint race MotoGP Austria 2023, Red Bull Ring, Austria, Sabtu (19/8/2023). (MotoGP)

Namun pihak MotoGP sepertinya enggan belajar dari F1 dan nekat menggelar balapan MotoGP di India.

Diketahui, MotoGP pekan ini akan memasuki seri GP India.

Balapan akan digelar di Sirkuit Buddh, pada 22-24 September mendatang.

Sebelum balapan dimulai, muncul beragam masalah, mulai dari birokrasi sampai faktor kebersihan makanan.

Sejumlah tim mengalami kesulitan dan kecemasan dari hal-hal administratif, kargo, visa sampai birokrasi terhadap para wartawan asing.

Semua masalah itu kini menumpuk jadi satu dalam pekan yang seharusnya jadi pekan membahagiakan karena menyambut sebuah sirkuit 'baru' di kalender MotoGP 2023.

Pekan kalut MotoGP India 2023 mulanya sudah terindikasi dari bagaimana panitia membawa kargo barang-barang berharga keperluan balapan menggunakan truk gandeng dengan bak terbuka.

Layaknya di atas truk derek, kargo-kargo MotoGP yang nilainya sangat mahal itu diantar dari bandara menuju lokasi Sirkuit Buddh.

Sekilas mungkin tidak ada yang aneh. Tetapi, jika mempertimbangkan risiko, jelas membawa kargo bernilai besar apalagi berhubungan dengan permesinan di atas truk terbuka semacam itu, dapat menimbulkan sesuatu yang mungkin tidak diinginkan.

Kargo-kargo itu hanya ditutup plastik dan kain lalu diikat dari luar. Panas terik matahari, risiko hujan, kejatuhan atau tersenggol benda lain sangat mungkin terjadi pada kargo tersebut.

Masalah kedua adalah soal visa. Melansir dari Speedweek, formulir pengajuan visa untuk ke India bagi para pelancong ajang balapan bertajuk lain MotoGP Bharat ini sejatinya sudah dibuka pada Agustus lalu.

Apa saja syaratnya sudah disebutkan. Pembayarannya pun sudah ditagihkan kepada para pemohon visa yang pembayarannya bisa melalui PayPal.

Namun, agensi lokal yang mengurus pembayaran ini ternyata mendapat pemblokiran dari pihak PayPal akibat banyaknya dana yang masuk ke rekening mereka.

Kemudian, pihak mereka mengarahkan ke cara pembayaran lain melalui WISE.

Tetapi tidak semua pembalap, wartawan atau pelancong memiliki akun pembayaran tersebut. Mereka harus membuat rekening baru dan melakukan verifikasi yang tentu membuat prosesnya menjadi tidak praktis.

Sebagian anggota tim MotoGP dan wartawan gagal melewati verifikasi.

Di India, e-visa mereka cukup rumit. Sampai-sampai Dorna merekomendasikan semua wartawan agar menggambarkan diri mereka sebagai Content Creator, agar tidak dianggap sedang bekerja dan menghindari risiko tersandung pelanggaran visa.

Masalah pajak juga menjadi salah satu hal yang mempersulit birokrasi di sana.

Kabarnya, pihak berwenang di India bahkan ingin melihat kontrak gaji pembalap agar bisa mengambil 20 persen dari gaji tahunan pembalap, untuk dikenakan pajak di sana. Namun, Dorna menolak upaya tersebut dengan dalih perlindungan data dan privasi.

Hal selanjutnya adalah mahalnya layanan antar-jemput di sana. Wartawan atau tim media yang perlu bolak-balik memang lebih cepat menggunakan bantuan skuter.

Sayangnya, di India, ada fotografer yang ditawari harga sewa skuter sebesar 150 Euro (sekitar Rp 2,4 juta) untuk tiga hari.

Harga sewa mobil juga ditengarai cukup mahal, bahkan tanpa asuransi jika untuk orang asing. Makin besar timnya, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk sekadar keperluan layanan antar-jemput.

Belum lagi soal akomodasi. Divisi perhotelan MotoGP yang enggan disebutkan namanya, menuturkan bahwa MotoGP India 2023 dirasa bakal jadi seri Grand Prix termahal yang pernah ia tangani.

"Bagi kami, ini akan menjadi Grand Prix termahal sepanjang masa," ucap sumber tersebut.

Dari tim Moto3, bos Liqui Moly Husqvarna, Peter Ottl juga mengeluhkan hal sama. "Ini adalah salah satu balapan termahal. Harga hotelnya sangat tinggi," keluhnya.

Semua itu masih diperparah dengan ketakutan yang menyelimuti sebagian pembalap dan tim tentang kebersihan makanan dan minuman di India.

Kepala Tim PrustelGP, Florian Prustel, juga sudah pusing duluan untuk memikirkan tentang keperluan semua anggotanya.

"India adalah Grand Prix yang sangat mahal bagi kami," ucap Prustel.

"Penerbangan, hotel, visa, layanan antar-jemput sangat mahal. Selain itu, penyediaan makanan dan minuman dasar pun tidak mudah kami terapkan untuk tim," tuturnya, merujuk pada ketakutan tim mereka jika terkena infeksi usus akibat makanan yang terkontaminasi.

Terakhir adalah fakta bahwa India saat ini sedang dihantam wabah virus Nipah. Infeksi virus tersebut dapat menyebabkan peradangan otak yang berbahaya. India pun tengah melakukan lockdown lokal di wilayah yang terdampak, di Kerala.

Untungnya, wilayah tersebut berjarak sekitar 2.600 km dari Sirkuit Buddh.

Sebelumnya, Bos Dorna, Carmelo Ezpeleta memang memprediksi akan ada banyak tantangan di GP India.

Namun Ia pasti tidak menyangka jika masalahnya akan serumit ini.

Di sisi lain, keberanian Dorna untuk menggelar MotoGP di India memang sangat kontras dengan prinsip tegas CEO Formula 1, Stefano Domenicalli.

Domenicalli telah menegaskan bahwa ajang balap jet darat tersebut tidak akan pernah mau kembali menggelar balapan di India, setelah sempat tiga kali bergulir pada tahun 2011, 2012 dan 2013, lantaran kapok mengalami rumitnya kendala birokrasi, masalah pajak dan bea cukai.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved