Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Harga Telur Turun Saat Harga Pakan Masih Tinggi, Peternak Mengeluh

Harga telur di pasaran mengalami penurunan dalam beberapa hari ini. Pantauan Tribun Jateng di pasar tradisional Kota Semarang

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
idayatul rohmah
Pedagang di Pasar Peterongan Semarang tampak sedang merapikan telur dagangannya, Senin (15/5/2023). Tribun Jateng/Idayatul Rohmah  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Harga telur di pasaran mengalami penurunan dalam beberapa hari ini. Pantauan Tribun Jateng di pasar tradisional Kota Semarang, penurunan harga terjadi sudah satu minggu ini. Adapun harga berlaku saat ini yakni di kisaran Rp 25.000 - Rp 26.000/Kg.

Harga itu turun dari sebelumnya yang menyentuh Rp 29.000 - Rp 30.000/Kg.

"Harganya sudah turun sekitar satu mingguan ini. Sekarang saya jual Rp 26.000/Kg," kata Mardiyah, satu di antara pedagang di Pasar Karangayu Semarang, Kamis (21/9/2023).

Begitu juga diakui pedagang di pasar lain. Siti, pedagang di Pasar Bulu Semarang mengatakan, sebelumnya harga telur ayam ras itu bertahan tinggi di kisaran Rp 30.000/Kg.

"Sekarang harga telur Rp 25.000 - Rp 26.000/Kg. Kemarin harganya turun bertahap antara Rp 500 - Rp 1.000," sebutnya.

Sementara itu, penurunan harga telur ayam yang terjadi ini dikeluhkan peternak unggas. Ketua Asosiasi Koperasi Unggas Sejahtera, Suwardi menyebutkan, harga telur di tingkat peternak saat ini di kisaran Rp 21.000/Kg.

Adapun kata dia, harga pokok penjualan (HPP) telur mencapai angka Rp 24.700/Kg.

"Dari peternak, memang sekarang harganya turun di bawah HPP produksi yang ada. Harga di kandang saat ini Rp 21.000/Kg, padahal HPP telur ini harusnya Rp 24.700/Kg," kata Suwardi.

Menurut Suwardi, hal ini bisa merugikan peternak karena penurunan yang terjadi tidak dibarengi dengan turunnya harga pakan. Ia menyebutkan, harga pakan saat ini dalam kondisi naik bahkan mencapai 30 persen.

"Kondisi harga pakan sudah naik. Harga jagung naik 30 persen dari harga acuan pembelian (HAP) dan harga pakan pabrikan juga naik. Tapi kami masih pakai aturan yang lama, harga telur masih di bawah itu," sebutnya.

Di sisi itu, Suwardi menyebutkan, penurunan harga telur terjadi karena turunnya daya beli masyarakat. Hal itu membuat suplai telur dan ayam berlebih di pasaran.

Adapun menurutnya, untuk mengantisipasi kerugian semakin jauh, peternak terpaksa melakukan afkir dini untuk ayam petelur di kandang mereka.

"Kondisi peternak saat ini bertahan dengan cadangan yang ada dan mulai banyak yang afkir untuk mencapai FCR-nya (Feed Converter Ratio) agar ruginya tidak semakin jauh," imbuhnya. (idy)

Baca juga: 139 APD Se Kecamatan Gebog Kudus Ikuti Bimtek, Tingkatkan Kompetensi SDM

Baca juga: Agus Dwi Sulistyantono Resmi Jabat Sekretaris Daerah Kota Tegal 

Baca juga: Unissula Unggul Dalam Kompetisi Desain Jembatan Nasional dan Internasional

Baca juga: Komitmen Unissula Menjadi Universitas Kelas Dunia

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved