Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Dunia

Konflik Armenia-Azerbaijan : 200 Orang Tewas di Nagorno-Karabah

Nagorno-Karabakh wilayah sengketa antara Azerbaijan dan Armenia bergolak lagi.

Kompas.com/Istimewa
Rumah yang hancur di Nagorno-Karabakh akibat perang Azerbaijan-Armenia.(REUTERS/UMIT BEKTAS via DW INDONESIA) 

TRIBUNJATENG.COM, AZERBAIJAN -- Nagorno-Karabakh wilayah sengketa antara Azerbaijan dan Armenia bergolak lagi.

Wilayah ini dikepung oleh Azerbaijan, namun penduduknya adalah etnik Armenia. Tahun 1980 hingga 1994 Nagorno-Karabakh mengalami perang panjang.

Wilayah Nagorno-Karabakh dihuni oleh mayoritas etnik Armenia. Tetapi wilayah itu masuk Azerbaijan.

Antara Armenia dan Azerbaijan sama-sama negara bekas Uni Soviet.

Perang berkepanjangan saling tuduh pemusnahan etnik, dan saling klaim wilayah.

Akhirnya penduduk Nagorno-Karabakh mengadakan referendum, dimenangkan oleh opsi merdeka. Tetapi, hingga kini tidak ada negara di dunia yang mengakuinya.

Pada awalnya keinginan masyarakat etnik Armenia Nagorno-Karabakh untuk menggabungkan dirinya dengan Azerbaijan dilakukan dengan cara damai, tetapi saat Uni Soviet perlahan-lahan runtuh, wacana penggabungan itu justru berubah menjadi konflik kekerasan antar dua etnik.

Akibat perang berkepanjangan, 230.000 penduduk etnis Armenia yang sebelumnya tinggal di Azerbaijan dan 800.000 penduduk etnis Azerbaijan yang sebelumnya tinggal di Karabakh dan Armenia terpaksa mengungsi ke wilayah lain.

Terhitung Selasa 19 September 2023, Azerbaijan kerahkan pasukan untuk memaksa Nagorno-Karabakh tunduk penuh.

Azerbaikan ingin membuat wilayah yang memisahkan diri itu tunduk secara paksa.

Oleh sejumlah pihak, operasi militer Azerbaijan tersebut dianggap dapat meningkatkan ancaman perang baru dengan negara tetangganya, Armenia.

Meskipun sebenarnya, Karabakh adalah sebuah daerah pegunungan di wilayah Kaukasus Selatan yang secara internasional diakui sebagai wilayah Azerbaijan.

Perang panjang itu berakhir di tahun 2020 setelah adanya desakan internasional untuk gencatan senjata. Sekarang perang dimulai lagi.

Uni Eropa, Perancis, dan Jerman juga mengutuk operasi militer Azerbaijan, dan menyerukan agar Azerbaijan kembali melakukan pembicaraan mengenai masa depan Karabakh dengan Armenia.

Sebagaimana diberitakan Reuters, tembakan keras dan berulang-ulang terdengar dari rekaman media sosial yang direkam pada Selasa di Stepanakert, ibu kota Karabakh, yang disebut Khankendi oleh Azerbaijan.

Hikmet Hajiyev, penasihat kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, mengatakan Baku telah mengerahkan pasukan darat yang menurutnya telah menerobos garis Armenia di beberapa tempat dan mencapai beberapa tujuan utama mereka, sesuatu yang dibantah oleh pasukan separatis Armenia.

Sebuah pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pasukan mereka sejauh ini telah merebut lebih dari 60 pos militer dan menghancurkan hingga 20 kendaraan militer dengan perangkat keras lainnya.

Otoritas separatis Karabakh mengatakan, 25 orang telah terbunuh, termasuk dua warga sipil, dan 138 lainnya terluka akibat aksi militer Baku.

Disebutkan, penduduk beberapa desa telah dievakuasi. Tidak jelas apakah tindakan Azerbaijan akan memicu konflik berskala besar di Armenia.

Namun ada tanda-tanda kejatuhan politik di Yerevan di mana Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah berbicara mengenai seruan untuk melakukan kudeta terhadapnya.

Nikol Pashinyan adalah sosok yang dianggap terlalu pro-Barat oleh Rusia dan pendukung tradisional Armenia.

Beberapa warga Armenia berkumpul di Yerevan, ibu kota Armenia, untuk menuntut tindakan dari pemerintah di tengah laporan bentrokan kekerasan antara polisi dan kerumunan massa yang mengakibatkan cedera di kedua belah pihak.

Ratusan Tewas

Ombudsman HAM di Karabakh, Gegham Stepanyan, pada Rabu (20/9/2023) mengatakan bahwa 200 orang tewas dalam sehari operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, wilayah yang memisahkan diri.

“Setidaknya ada 200 orang tewas dan lebih dari 400 orang terluka,” kata Stepanyan melalui media sosial, dikutip dari kantor berita AFP. Sedikitnya sepuluh warga sipil termasuk korban tewas, lima di antaranya anak-anak, tambah Stepanyan.

Azerbaijan belum memberikan rincian mengenai korban jiwa, tetapi Presiden Ilham Aliyev pada Rabu malam berujar bahwa beberapa tentaranya tewas dan personel lainnya luka-luka.

Separatis di Nagorno-Karabakh dan Azerbaijan hari itu mengumumkan gencatan senjata, menandakan berakhirnya operasi anti-teror yang sehari sebelumnya diluncurkan oleh pihak Baku.

“Melalui mediasi komando kontingen penjaga perdamaian Rusia yang ditempatkan di Nagorno-Karabakh, kesepakatan dicapai mengenai penghentian pertempuran sepenuhnya mulai pukul 13.00 pada 20 September 2023,” kata kepresidenan Nagorno-Karabakh.

Disebutkan pula bahwa pasukan separatis setuju dibubarkan seluruhnya, dan menarik semua peralatan berat serta persenjataan militer dari Nagorno-Karabakh.

Pengumuman juga menyebutkan, seluruh angkatan bersenjata Armenia akan ditarik dari wilayah yang dikuasai pasukan penjaga perdamaian Rusia. (kompas.com)

Baca juga: Video Harga Beras di Demak Tinggi Akibat El Nino dan Stok Menipis

Baca juga: Buah Bibir : Nora Alexandra Fotonya Dicatut Situs Judi Online

Baca juga: Kalender Jawa 22 September 2023, Tanggalan Jawa Jumat Legi

Baca juga: Viral Aksi Tak Terpuji Pria Paksa Lepas Jersey Persib Bandung Dari Kuli Bangunan dan Jadikan Keset

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved