Guru Berkarya
Penggunaan Metode Dialogis sebagai “Kartu Kontrol” di Era Gen Z
Pada akhirnya guru juga mudah memahamai berbagai karakter siswa tanpa harus mengekang dengan berbagai pertanyaan.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Susanti, S.Pd.SD
SD Negeri 4 Jambon, Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan
Penggunaan Metode Dialogis sebagai “Kartu Kontrol” di Era Gen Z
TRIBUNJATENG.COM - Pada masa kini, pendidikan merupakan bekal yang mutlak harus dimiliki oleh setiap insan pemilik kehidupan. Sebab didalamnya terdapat pembentukan perilaku , tertatanya polapikir serta kuatnya daya serap pada perkembangan yang begitu pesat. Banyak dijumpai berbagai metode pembelajaran yang mengarah pada tingkat keberhasilan siswa. Metode pembelajaran yang paling banyak dijumpai saat proses pembelajaran adalah metode konvensional. Metode pembelajaran yang hanya berjalan satu arah, dimana guru menerangkan materi dan siswa menyimak. Tanpa adanya diskusi serta tanya jawab seperti ini siswa akan merasa jenuh yang pada akhirnya menghambat perkembangan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
Begitu banyaknya jenis metode pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar zaman dahulu yang tentunya sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan era sekarang.
KarenaTuntutan perubahan zaman yang semakin berkembang itulah, guru sebagai pondasi pendidikan harus mampu mengubah metode pembelajaran agar pembelajaran bisa berjalan aktif. Salah satunya dengan menggunakan metode dialogis.
Menurut (Paulo Freire, 1961) dalam bukunya “pendidikan terhadap kaum tertindas” , metode dialogis adalah metode pembelajaran yang mempertegas peran guru dan siswa dalam posisi setara atau sederajat. Tidak ada saling dominasi antara kedua belah pihak, namun saling mengisi dan melengkapi. Maksud dari kutipan tersebut adalah metode pembelajaran yang multiarah dengan peran guru dan siswa yang setara dalam kegiatan diskusi atau Tanya jawab untuk memecahkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Metode ini dirasa tepat karena tidak menempatkan guru sebagai subjek dan siswa sebagai objek. Dengan begitu guru akan mudah mengetahui karakter masing-masing siswa.
Metode pembelajaran ini penulis gunakan pada siswa kelas VI SD Negeri 4 Jambon pada KD. 2.2.4. Menampilkan sikap tanggung jawab terhadap penerapan nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam proses pembelajaran ini penulis menggunakan kartu sebagai kuis untuk kemudian dicocokkan dengan perilaku siswa selama sehari baik dirumah maupun disekolahan. Meskipun siswa kelas 6 sudah bisa dikatakan memasuki usia remaja, namun perlu pemantauan serta pendampingan dalam segala situasi untuk mengendalikan emosi serta perilaku siswa agar terbentuk polapikir yang terstruktur. Seperti contoh, saat disekolahan mereka selalu berperilaku baik, terkadang dirumah belum tentu demikian. Untuk itu penulis berinisiatif membuat semacam kartu kontrol yang nantinya bisa dibuktikan dengan tindakan mereka.
Hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat kartu yang berisi aktifitas dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan persatuan dan kesatuan, baik di rumah, di sekolah juga dimasyarakat. Kartu-kartu tersebut boleh dibawa pulang. Keesokan harinya dibawa kesekolahan, lalu dicocokkan dengan lembar soal yang berisi aktifitas siswa untuk kemudian di tempel sesuai aktifitas yang dilakukan dalam sehari. Jika siswa ketahuan berbohong, artinya siswa tidak melaksanakan aktifitas yang berarti tidak mencerminkan sikap tanggung jawab sebagai warga Negara yang baik. Setelah itu satu persatu siswa memberikan jawaban serta alasan mengapa melakukan aktifitas tersebut sesuai fakta yanag ada. Tidak lupa Penulis juga memberikan umpan balik atas kerja keras yang dilakukan siswa. Dengan begitu ada dialog (multiarah) antar guru dengan siswa, sehingga siswa merasa nyaman karena dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Dengan menggunakan metode ini guru berhasil membuat siswa untuk berkata jujur, siswa dengan antusias mau memberikan alasan-alasaan yang logis karena merasa dilibatkan, siswa merasa dianggap keberadaanya serta dipedulikan. Pada akhirnya guru juga mudah memahamai berbagai karakter siswa tanpa harus mengekang dengan berbagai pertanyaan. (*)
Peningkatan Motorik Kasar melalui Metode Demonstrasi |
![]() |
---|
Metode Bercerita Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Metode Eksperimen Berbasis Lingkungan |
![]() |
---|
Project Based Learning Strategi Meningkatkan Kreativitas Anak |
![]() |
---|
Peningkatan Budi Pekerti Anak melalui Metode Bercerita |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.