Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Fakta-fakta Tentang Exit Tol Bawen Semarang yang Kerap Jadi Lokasi Kecelakaan Parah

Pemerintah masih terus berupaya mencari solusi dan langkah antisipasi terkait kerawanan kecelakaan yang terjadi di persimpangan

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: muh radlis
facebook
Kecelakaan di exit tol bawen 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Pemerintah masih terus berupaya mencari solusi dan langkah antisipasi terkait kerawanan kecelakaan yang terjadi di persimpangan Exit Tol Bawen, Kecmatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Turunan yang relatif panjang dan curam dari Terminal Bawen menuju persimpangan exit tol dianggap membahayakan lantaran kendaraan bermuatan berat kerap mengalami rem blong di sana.

Ditambah lagi, karena terdapat persimpangan dan lampu lalu lintas, kendaraan-kendaraan yang tengah berhenti di sana seolah-olah kerap menjadi sasaran empuk bagi kendaraan besar saat remnya tidak berfungsi baik.

Peristiwa yang terjadi paling baru yakni pada Sabtu (23/9/2023) petang lalu.

Sebuah truk tronton tanpa bak/muatan menabrak belasan kendaraan yang terdiri dari mobil dan motor di lampu merah tersebut.

Tiga orang meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut.

Sejumlah langkah dilakukan pemerintah, beberapa di antaranya yakni upaya penghilangan persimpangan itu.

Nantinya, kendaraan yang masuk atau keluar tol tidak akan melewati persimpangan, namun dialihkan sesuai jalur masing-masing.

Misalnya kendaraan dari dalam Tol Bawen yang hendak keluar menuju ke arah Ambarawa, Magelang, Yogyakarta nantinya tidak akan menyeberang ke kanan namun langsung dialihkan ke kiri.

Begitu juga kendaraan dari jalan nasional Semarang-Solo yang hendak masuk ke Tol Bawen tidak dapat langsung menyeberang masuk namun dialihkan lurus hingga titik putar arah agar bisa masuk ke tol.

Meskipun demikian, upaya tersebut ternyata mengalami sejumlah kendala.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Semarang, Tri Martono mengatakan, pihaknya sempat melakukan uji coba pengalihan dan penghilangan persimpangan di sana.

“Kemarin kami bersama-sama dengan Satlantas Polres Semarang sudah mencoba untuk rekayasa (lalu lintas). Kami coba tempat titik putar arah di dekat Terminal, ternyata justru memunculkan antrean yang cukup panjang sampai Dusun Semilir, sehingga sementara kami pending (tunda) dahulu,” ungkap Tri kepada Tribunjateng.com, Sabtu (21/10/2023).

Tak hanya titik putar arah di dekat Terminal Bawen yang menimbulkan antrean panjang, titik putar arah di sisi satunya yakni di sekitar Kampoeng Kopi Banaran juga menimbulkan persoalan lain.

Tri mengatakan, pihak Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) tidak merekomendasikan adanya titik putar arah di sana.

Menurut dia, jalur di sekitar Kampoeng Kopi Banaran terlalu kecil sehingga tidak bisa mengakomodir kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan bus untuk putar arah.

“Terlalu kecil atau sempit, banyak tikungan dan turunan sehingga sangat berbahaya. Dari BPJN yang memiliki kewenangan tidak memberikan rekomendasi,” imbuh Tri.

 

Solusi Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Tri Martono mengatakan, pihaknya juga mempertimbangkan solusi lain, antara lain solusi jangka pendek dan jangka panjang.

Satu di antara solusi jangka pendeknya yakni memindahkan lampu lalu lintas di persimpangan Exit Tol Bawen ke titik lain.

Lampu lalu lintas rencananya akan dipindah atau dimundurkan ke lokasi sebelum turunan, yakni di sekitar seberang Terminal Bawen atau depan minimarket.

Hal itu dianggap diperlukan lantaran lampu lalu lintas di sana terletak setelah kontur jalan yang menurun panjang dari arah Kota Semarang menuju Salatiga.

Dia menerangkan telah mengusulkan rencana pemindahan lampu lalu lintas tersebut ke Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD).

Menurut Tri, rencana tersebut merupakan solusi jangka pendek yang bisa dilakukan sebagai upaya antisipasi.

Tujuannya, lanjut dia, apabila terdapat truk atau kendaraan bermuatan berat yang mengalami kendala mesin atau rem, paling tidak lajunya sudah terhenti dan tidak sampai menuruni turunan panjang.

“Artinya kendaraan-kendaraan sudah mengurangi kecepatannya. Nanti juga akan dilihat dahulu situasi lokasi di lapangan seperti apa,” kata Tri.

Tri menambahkan, pihaknya sudah bertemu dan berkoordinasi dengan instansi-instansi yang berwenang terkait hal tersebut lantaran jalan tersebut merupakan jalan nasional.

Untuk harapan dan solusi jangka panjang, Tri juga memikirkan langkah perubahan yang cukup besar.

Dia mengusulkan adanya pengeprasan atau pelandaian agar tidak ada lagi kontur jalan yang menurun.

Pengeprasan jalan diperlukan agar kendaraan bisa melaju lebih landai serta menghindari panasnya rem kendaraan bermuatan yang berujung blong atau tidak berfungsi.

Meskipun demikian, solusi jangka panjang tersebut tentunya memerlukan kajian dan pembahasan yang panjang.

Tak hanya itu, biaya serta anggaran yang dibutuhkan pun tidak sedikit.

“Kalau sudah dikepras atau dilandaikan, mudah-mudahan permasalahan selama ini bisa teratasi. Itu yang saya usulkan, namun tentunya memerlukan pembahasan dan koordinasi yang panjang,” pungkas Tri.

 


Fakta Kecelakaan di Exit Tol Bawen

Seorang warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Samsul (49) mengaku merasa takut ketika melewati turunan menjelang Exit Tol Bawen, jalur Semarang-Solo.

Pasalnya, kecelakaan tak hanya terjadi sekali.

Dia mengatakan bahwa kecelakaan di sana kerap kali terjadi dengan permasalahan yang sama, yakni truk yang mengalami rem blong.

“Takut, saya kalau lewat sini juga takut. Sepulang kerja dari Kota Semarang, saya memilih berputar melewati belakang Terminal Bawen untuk pulang ke rumah dari pada menuruni persimpangan Exit Tol Bawen.

Kecelakaan serupa di lokasi yang sama juga pernah terjadi pada 2021 di bulan yang sama, yakni Rabu (22/9/2023).

Sebuah truk tronton berpelat H8523QA berjalan dari arah Bawen menuju arah Tuntang.

Sesampainya di TKP, tronton tersebut mengalami rem blong kemudian menabrak empat kendaraan dan dua pengendara sepeda motor yang berhenti di lampu lalu lintas Exit tol Bawen serta oleng ke kanan sehingga terjadi kecelakaan.

Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut.

Tak hanya pada 2023 dan 2021, kecelakaan yang sama juga pernah terjadi pada 2020 lalu, yakni pada Selasa (11/2/2020).

Kecelakaan itu melibatkan mobil Brio berpelat AD 9239 YP dan juga truk berpelat AG8044UB.

Kronologinya bermula saat mobil Brio yang dikendarai Adiya Kumalai (30) warga Mangunjiwan, Kecamatan Demak, melaju dari Tuntang menuju arah Tol Bawen.

Sementara, truk yang dikendarai Seno Ariyaman (28) warga Sumberbendo, Pare, Kediri Jawa Timur melaju ke arah Tuntang.

Saat mobil mau belok masuk ke tol Bawen, Ipda Wardoyo menjelaskan, posisi truk seharusnya berhenti sebab lampu lalu lintas di arahnya menunjukkan warna merah.

Namun, truk malah tidak berhenti dan menabrak mobil Honda Brio sehingga mobil terseret lebih dari 10 meter.

Tidak ada korban dalam kecelakaan itu, namun kerugian ditaksir sekitar Rp 10 juta.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved