Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Indonesia Jadi Negara dengan Serangan Buaya Terbanyak di Dunia

Indonesia menjadi negara yang paling banyak mengalami serangan buaya air asin di dunia.

|
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi buaya 

TRIBUNJATENG.COM - Dalam satu dekade terakhir, terjadi sekitar 1.000 serangan buaya di Indonesia yang menewaskan lebih dari 450 orang.

Demikian data yang dilansir BBC.

Hal itu membuat Indonesia menjadi negara yang paling banyak mengalami serangan buaya air asin di dunia.

Baca juga: Penampakan Santuy Buaya Besar Berjemur di Tepi Sungai di Aceh, Pas Cuaca Terik-teriknya

International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan hampir 90 persen serangan terjadi di Bangka dan Belitung, Indonesia.

Lantas, mengapa serangan buaya di Indonesia sulit diatasi?

Kakek Usman (53) seorang warga Desa Ambuau Indah, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menangkap seekor buaya raksasa seberat 1 ton seorang diri, Sabtu (25/6/2022) pagi.(DEFRIATNO NEKE)
Kakek Usman (53) seorang warga Desa Ambuau Indah, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menangkap seekor buaya raksasa seberat 1 ton seorang diri, Sabtu (25/6/2022) pagi.(DEFRIATNO NEKE) (Kompas.com/Istimewa)

Alasan serangan buaya di Indonesia sulit diatasi

Masih dilansir dari sumber yang sama, berikut beberapa alasan mengapa serangan buaya di Indonesia masih marak terjadi.

1. Terdesak keluar dari habitatnya

Buaya yang hidup di air asin hampir kehilangan habitat aslinya.

Mereka berpindah ke lubang-lubang bekas pertambangan yang dekat dengan rumah penduduk.

Di Belitung misalnya, potensi tambang timah yang semakin meluas membuat 60 persen lahannya menjadi tambang timah.

Eksploitasi pertambangan ini meninggalkan ribuan lubang kawah yang kini menjadi habitat para buaya air asin.

Di sisi lain, Indonesia justru mengambil keputusan untuk melegalkan penambangan ilegal.

Pemerintah mengizinkan para penambang untuk bekerja di tambang-tambang ilegal tersebut.

Namun sebagai gantinya, mereka harus bertanggung jawab melakukan restorasi habitat.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved