Berita Jateng
Subsidi Tepat, Nelayan Kecil Pekalongan Lebih Mudah Dapatkan Solar
Sebuah kapal berukuran 3 gross ton (GT) lantang melintas di antara kapal-kapal berbobot puluhan GT yang bersandar di kawasan Pelabuhan Perikanan
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
Kemudahan mendapatkan solar subsidi turut diakui Ba’asor (33), warga Krapyak Lor. Ba’asor bilang rumah dan tempat kapalnya bersandar cukup dekat dengan SPBB tersebut karena masih berlokasi di satu kelurahan. Menurutnya, solar subsidi di SPBB tersebut juga selalu tersedia, sehingga ia bisa mempersiapkan pembelian bio solar setiap kali akan melaut.
“Satu kali trip itu saya berangkat pukul 5 sore, pulangnya besok subuh. Itu butuh solar 60 liter,” kata Ba’asor yang juga mendapatkan jatah pembelian solar sebanyak 60 liter per hari.
Ba’asor menyebutkan, hasil dia tebar jaring bergantung musim. Adapun saat ini, rata-rata ia mendapatkan ikan-ikan kecil, cumi-cumi, dan rajungan.

Sekali melaut, ia bisa mendapat penghasilan antara Rp 500 ribu - Rp 1,3 juta. Penghasilan itu kemudian disisihkan sebagian untuk pembelian solar dan operasional lainnya.
Menurut Ba'asor, hasil ia melaut sejauh ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama istri dan dua anaknya. "Alhamdulillah nutup, hasilnya bisa buat makan,” tambahnya.
Manager SPBB 47.511.05 Jasa Mina, Indah Wahyu mengatakan, jumlah kapal dengan rekomendasi pembelian solar subsidi yang dilayani di SPBB tersebut ada sebanyak 125 kapal. Adapun rata-rata kapal dilayani yakni sebanyak 80 kapal per bulan, telah disesuaikan dengan adanya nelayan libur melaut.
Menurut Indah, pembelian solar bersubsidi itu dibatasi dengan bobot maksimal kapal 30 GT. Sedangkan di atas itu, hanya bisa membeli solar non subsidi dengan harga lebih tinggi yakni Rp 13.700/liter. “Untuk jumlah pembeliannya, susuai yang tertulis di surat rekomendasi yang dikeluarkan DKP. Ada yang (mendapat jatah pembelian) 30 liter, sampai 20 ton per kapal per hari,” sebut Indah.
Senior Supervisor Communication and Relations Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (RJBT) Marthia Mulia Asri menambahkan, total di Jawa Tengah saat ini ada sebanyak 15 SPBN. Adapun dari total itu, rata-rata kebutuhan tiap SPBN yakni sebanyak 216 kiloliter per bulan. “Rata-rata (kebutuhan tiap SPBN) sama, 216 KL. Tertingginya, bulan Maret lalu itu penyaluran bisa 400 KL,” sebut Thia, panggilan Marthia.
Sementara itu Thia menambahkan, untuk memenuhi ketersediaan BBM bagi nelayan di Jawa Tengah, Pertamina terus berupaya mendorong penambahan SPBN. Hal itu di antaranya melalui program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan, yang merupakan program bersama Kementerian Koperasi UKM, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Melalui program tersebut, di wilayah kerja RJBT juga akan ada penambahan SPBN. “Jadi ada progres untuk penambahan SPBN yang ada di Semarang dan Kendal,” imbuhnya. (Tribun Jateng/Idayatul Rohmah)
Baca juga: KISAH Mariyati, TKI di Malaysia yang 15 Tahun Hilang Kontak, Akhirnya Bisa Pulkam Bertemu Keluarga
Baca juga: FAKTA Siswa SMA di Barito Nekat Tantang Duel Gurunya, Pemicunya Sepele Bikin Geleng Kepala
Baca juga: Cara Pemprov Jateng Atasi Kenaikan Harga, Subsidi Harga Hingga Kenalkan Pangan Alternatif
Baca juga: Terjunkan 17 Atlet Renang Pelajar, Ketua PRSI Jepara: Target 3 Emas
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Tekankan Orientasi Bisnis BUMD untuk Kesejahteraan Masyarakat |
![]() |
---|
Apa Itu Geopark Nasional Dieng? Menjaga Warisan Bumi, Meraih Asa Pariwisata Berkelanjutan |
![]() |
---|
Kawasan Dieng Resmi Jadi Geopark Nasional, Wagub Taj Yasin Minta Wonosobo-Banjarnegara Kolaborasi |
![]() |
---|
Kawasan Dieng Jadi Geopark Nasional, Wagub Jateng Taj Yasin Minta Terus Dikembangkan |
![]() |
---|
GIIAS Semarang 2025 Jadi Momentum Penguatan Industri Otomotif di Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.