Singgung Kawan Lama Sudah Jadi Lawan, Puan Minta Kader PDIP Terima Kenyataan
Pada pilpres kali ini, PDIP harus berhadapan dengan pihak yang dulunya justru bersama-sama, yang saling mengetahui kekuatan dan kelemahan.
Gibran saat ini diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) sebagai bakal cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Keduanya pun sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai bakal capres dan cawapres.
Sedangkan di sisi lain, sejumlah politikus PDI Perjuangan menyampaikan kekecewaan terhadap sikap Presiden Jokowi dan Gibran. Sebab, mereka merasa sudah memberi jalan bagi Presiden Jokowi dan Gibran buat menduduki posisi sebagai pejabat publik.
Selain itu, PDI Perjuangan juga mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai bakal capres-cawapres. Hal itu berarti Gibran akan bersaing dengan partai yang membesarkan dia dan sang ayah.
Patut didalami
Pengamat politik sekaligus Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyatakan, pesan yang disampaikan Puan Maharani kepada seluruh kadernya di Jawa Timur dinilai punya makna yang patut didalami.
Menurut dia, pernyataan Puan kepada para kader PDI Perjuangan itupun tidak bisa dianggap remeh. Pernyataan Puan memperlihatkan kekecewaan mendalam PDI Perjuangan yang merasa benar-benar sudah tak sejalan secara politik dengan Presiden Joko Widodo.
"Ini bisa dibaca sebagai bentuk keseriusan PDI-P untuk habis-habisan memenangkan Ganjar-Mahfud bersama publik. Menimbang puncak kekecewaan PDI-P mengemuka pasca putusan MK dan resminya Gibran berpasangan Prabowo," katanya, saat dihubungi, Minggu (5/11).
Sedangkan bagi kalangan kader dan simpatisan PDI Perjuangan, Agung menilai, pernyataan Puan sebagai upaya menegaskan posisi politik partai terhadap Presiden Jokowi.
"Perihal ini penting agar kader tak bingung atau tetap solid dalam memenangkan Ganjar-Mahfud," ucapnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan rasa terluka dari partai belambang banteng moncong putih tersebut, karena merasa ditinggalkan oleh salah satu kader terbaik.
"PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini," papar Hasto melalui keterangan tertulis pada awak media, Minggu (29/10), seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi," imbuh dia.
Hasto menyebut, akar rumput PDI Perjuangan awalnya tidak percaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meninggalkan partai yang membesarkan namanya.
“Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” bebernya.
Padahal, Jokowi telah diberikan dukungan oleh akar rumput dan seluruh simpatisan PDI Perjuangan sejak menjadi Wali Kota Solo hingga menjabat sebagai Kepala Negara.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.