Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Momen Nguri-uri Budaya Jawa Kelompok Seni Sindhu Laras Bocah Semarang di Hari Wayang Nasional

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat anak-anak lebih akrab dengan gawai. Hal itu menjadi sinyal bahaya untuk keberlanjutan kebudayaan

Istimewa
Anak-anak memainkan wayang dan bernyanyi karawitan pada gelar karya siswa kelompok kesenian di sanggar Sindhu Laras Bocah Semarang, Minggu (5/11/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, Semarang - Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat anak-anak lebih akrab dengan gawai. Hal itu menjadi sinyal bahaya untuk keberlanjutan kebudayaan jawa di tangan generasi muda.

Fenomena itu yang membuat Dhananjaya Gesit Widiharto, tergerak hatinya untuk mendirikan Sindhu Laras Bocah. Sekolah yang memiliki visi melestarikan budaya jawa lewat pedalangan dan karawitan di daerah Gemah Raya, Kota Semarang.

Sindhu Laras Bocah berdiri pada 12 Desember 2021. Di tempat itu, siswa dengan usia 7-14 tahun dilatih mendalang dan menyanyikan tembang karawitan. Mereka juga rutin tampil di berbagai acara kebudayaan Kota Semarang.

Memperingati hari wayang nasional yang jatuh pada Selasa (7/11/2023), anak-anak menampilkan gelar karya di Sanggar Sindhu Laras Bocah, Minggu (5/11/2023).

Gelar karya diawali dengan penampilan karawitan dari anak-anak Sindhu Laras Bocah. Mereka membawakan lagu tradisional anak, seperti cublak-cublak suweng, ampar-ampar pisang dan beberapa lagu tradisional lain yang mulai meredup di zaman sekarang. 

Gelar karya dilanjutkan oleh anak laki-laki dengan tangan-tangan terampilnya, luwes memainkan wayang. Sementara, anak perempuan mengiringinya dengan bercerita kisah pewayangan.

Pendiri Sindhu Laras Bocah, Dhananjaya Gesit Widiharto mengatakan anak-anak perlu diberikan pembelajaran khusus kebudayaan Jawa di era digitalisasi. Ia melihat, anak-anak cenderung melupakan kebudayaan jawa yang menjadi akar kebudayaan nasional.

"Kami melihat dunia sekarang lebih mudah dijangkau anak-anak. Mereka tidak butuh tempat besar, yang penting bagi anak-anak sekarang ada wifi dan game," katanya ditemui di kantor Gubernur Jateng, Senin (6/11/2023).

Ia menambahkan, pengenalan kebudayaan jawa harus dilakukan sejak dini agar anak tak kehilangan identitasnya. 

"Budaya itu fondasi bangsa, kalau budaya hilang bangsa juga tidak akan maju. Jadi kita harus membentuk pondasi agar anak-anak ini mencintai serta nguri-nguri kebudayaan,” tegas pria yang akrab disapa Yaya.

Di kelompok Sindhu Laras Bocah, terdapat 25 siswa yang konsisten melestarikan budaya jawa melalui wayang dan karawitan.

Yaya menggunakan metode pembelajaran yang mudah dipahami oleh anak. Ia juga memberi iming-iming kepada anak-anak agar lebih bersemangat saat belajar.

"Tujuannya untuk memberikan motivasi dan semangat belajar. Kalau kendala ya pasti ada. Kita beri arahan pelan-pelan," sambungnya.

Menurutnya, setiap anak memiliki kemampuan berbeda-beda dalam menyerap materi pembelajaran. Bahkan, ia tak jarang menemui banyak anak yang merasa bosan saat belajar.

"Kemampuan anak jelas berbeda-beda ya. Kadang ada juga yang mudah bosan," ujarnya.

Yaya berharap, anak-anak di Kota Semarang terus melestarikan budaya jawa yang kini mulai tenggelam di tengah kebudayaan modern.

"Di Semarang juga banyak sekolah kelompok kebudayaan jawa. Ya semoga semangat nguri-uri budaya jawa tetap terjaga dari hulu ke hilir," pungkasnya.

Baca juga: Warga Bandung Histeris Saksikan Pria Bunuh Diri Loncat dari Atas Tower 40 Meter: Allahu Akbar

Baca juga: Polres Sukoharjo Gelar Apel Persiapan Pengamanan Gelaran Piala Dunia U-17

Baca juga: Ketua DPRD Kota Semarang Ajak Warga Rasakan Hasil Pembangunan dengan Olahraga

Baca juga: Tiga Fakta Terbaru Temuan Bayi Misterius di Bawah Pohon Bambu Desa Bulungcangkring Kudus

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved