Kementan Raih Aggaran Tambahan Rp 5,8 Triliun, Amran Fokus Tingkatkan Produksi Beras
fenomena El Nino mengakibatkan produksi beras Indonesia pada periode 2022-2023 mengalami penurunan.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, El Nino yang tengah melanda Indonesia bukan lagi El Nino biasa.
Ia menyebut, fenomena iklim yang menyebabkan kemarau panjang ini telah memasuki El Nino Gorila, bukan lagi super.
"Ini El Nino bukan lagi El Nino biasa. Bukan lagi super, tapi sudah masuk Gorila El Nino. Ini terbesar. Ini ke depan sampai Februari (tahun depan-Red)," katanya, dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, di gedung DPR, Jakarta, Senin (13/11).
Menurut dia, fenomena El Nino mengakibatkan produksi beras Indonesia pada periode 2022-2023 mengalami penurunan. "Dari sebelumnya 31 juta ton, diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada 2023," ujarnya.
Amran menuturkan, solusi terbaik saat ini adalah bekerja sama meningkatkan produksi beras. "Solusi terbaik sekarang adalah kita gandengan tangan tingkatkan produksi. Tidak ada jalan lain," bebernya.
"Ada 22 negara itu sudah membatasi (ekspor beras-Red), termasuk India sudah. Katakan kita bisa impor, tapi sampai hari ini belum ada kepastian," sambungnya.
Ia pun mengusulkan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun Anggaran 2023 untuk Kementerian Pertanian (Kementan) sebesar Rp 5,8 triliun, yang satu di antaranya untuk meningkatkan produksi. Usulan itupun telah disetujui Komisi IV DPR.
"Terkait usulan ABT tahun anggaran 2023 sebesar Rp 5,8 triliun akan digunakan untuk percepatan tanam dan peningkatan produksi padi dan jagung melalui penyediaan benih, alsintan, pupuk, dan pestisida, optimalisasi lahan rawa, insentif bagi petugas lapangan, serta bimbingan teknis," paparnya.
Melalui program akselerasi, data yang Amran tunjukkan menyebutkan produksi beras bisa meningkat menjadi 32 juta ton pada 2024. Kemudian, pada 2025 produksi beras bisa mencapai 34 juta ton, menyamai angka pada 2018 silam.
Adapun, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi panen raya padi kemungkinan mundur hingga Mei dan Juni tahun depan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi menyatakan, panen raya mundur disebabkan masa tanam yang terlambat akibat kemarau.
"Jadi 70 persen untuk tanaman padi itu ada di semester pertama, lalu semester kedua itu sisa panen. Dengan itu, semester pertama panen harus berhasil, mulai dari bibitnya, benihnya, dan sumber airnya," tuturnya, dalam keterangannya, Senin (13/11).
Meski demikian, ia mengaku tetap optimis produksi dalam negeri dapat memperkuat stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), yang ditargetkan hingga akhir tahun ini dapat terjaga di 1,2 juta ton.
Arief menyebut, pemerintah juga akan menyiapkan penyerapan hasil dalam negeri pada saat panen raya. Hal tersebut, lantaran produksi dalam negeri harus menjadi nomor satu untuk penguatan ketersediaan stok.
“Kita semua tentu ingin sumber CBP diperkuat dari dalam negeri agar para petani terus termotivasi berproduksi,” tukasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.