Singgih Januratmoko
DPR Ingatkan Harga Ayam di Bawah HAP Picu Kerugian Peternak Rakyat
Para peternak rakyat menghadapi masalah baru dalam sebulan ini. Persoalannya, Surat Edaran (SE) Kementerian Pertanian (Kementan)
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Para peternak rakyat menghadapi masalah baru dalam sebulan ini. Persoalannya, Surat Edaran (SE) Kementerian Pertanian (Kementan) mengenai pengurangan bibit anak ayam (DOC) tidak sepenuhnya dipatuhi beberapa perusahaan.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) Jawa Tengah, Parjuni, “Harga ayam sudah stabil awal tahun lalu, namun kini turun kembali.
Beberapa hari ini harga ayam turun jauh di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP). Akibatnya peternak merugi kembali,” kata Parjuni.
Ia mengatakan SE Kementan tidak berjalan mulus akibat adanya perusahaan peternakan yang tidak patuh terhadap aturan pengurangan DOC.
Menurut Parjuni, Kementan harus menegakkan aturan, “Harus ada ketegasan terhadap perusahaan yang melanggar aturan tersebut. Pasalnya, membludaknya DOC disusul dengan membanjirnya daging ayam di pasaran. Dan akhirnya harga ayam jatuh,” keluh Parjuni.
Menurut Parjuni, terdapat informasi di lapangan yang mengatakan perputaran bisnis peternakan ayam dikuasai dua perusahaan besar, “Tapi mengapa harga ayam potong bisa jatuh,” tutur Parjuni.
Bahkan, terdapat satu perusahaan integrator yang menjual daging ayam potong atau karkas dengan harga di bawah pasaran.
Karkas murah itu, menurut Parjuni mengakibatkan harga ayam tertekan, “Kami PINSAR Jawa Tengah pendorong agar Kementan mengatur dua perusahaan untuk mengurangi budidayanya,” ujarnya.
Senada dengan Parjuni, Ketua Umum PINSAR Indonesia Singgih Januratmoko mengingatkan agar Kementan disiplin menjaga penawaran dan permintaan (supplay demand) DOC, sesuai dengan keseimbangan,
“Menurut hitungan kami, maksimal hanya 55 juta per minggu. Rumusnya sederhana bila terjadi kelebihan DOC, maka harus dikurangi DOC-nya,” ujar Singgih Januratmoko yang juga Anggota Komisi VI DPR RI.
Singgih menegaskan masih sangat dibutuhkan kebijakan pengurangan DOC. Ia juga mengatakan PINSAR telah berkirim surat kepada Kementan dan Badan Pangan Nasional (BAPANAS) untuk pengaturan DOC sampai dengan bulan Desember 2023,
“Pekerjaan rumah dalam industri perunggasan masih banyak, karena pemerintah baru mengurangi suplai indukan ayam (GPS) tahun 2024 menjadi 530.000 ekor. Jadi masih ada potensi kelebihan suplai sampai 2025,” tegas Singgih.
Menurutnya, pengelolaan jumlah Grand Parents Stock (GPS) yang merupakan masalah di hulu peternakan ayam memiliki efek yang besar di hilir,
“Pengelolaan yang tidak benar, mengakibatkan harga ayam di pasar rakyat bisa jatuh dan sangat merugikan peternak UMKM,” tutur Singgih mengingatkan Kementan. Harga ayam potong di bawah HAP yang sudah ditetapkan pemerintah, tentu merugikan petani rakyat. Dan HAP bisa stabil bila masalah di hulu industri peternakan dibenahi.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Budhy Setiawan juga mengingatkan Kementan agar menyelesaikan persoalan masalah over supply DOC dan GPS. Kelebihan suplai DOC dan indukan ayam tersebut bisa dipastikan merugikan peternak UMKM, yang dari sisi permodalan memang lemah.
Singgih Januratmoko: Kementerian Haji dan Umrah Bawa Fokus Baru Pelayanan Jemaah |
![]() |
---|
Golkar DIY Fokus Konsolidasi, Tak Terganggu Isu Munaslub untuk Gantikan Bahlil Lahadalia |
![]() |
---|
Potensi Ekonomi Syariah Ribuan Triliun, Singgih Januratmoko Dorong UMKM Sertifikasi Halal Produknya |
![]() |
---|
Jamaah Haji Tidak Dapat Makanan, Komisi VIII Ingatkan BPKH Audit BPKH Limited |
![]() |
---|
Asosiasi Peternak Temui BGN Berdayakan Peternak untuk Program Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.