Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Derita Bocah di Banjar Disiksa Orangtua Kandung, Kelaparan hingga Makan Daun dan Pecahan Tembok

A terlihat kurus dan lemas serta ada sejumlah luka memar di sekujur tubuhnya yang diduga akibat sering disiksa oleh orang tuanya

Editor: muslimah
Istimewa
Ilustrasi penganiayaan 

TRIBUNJATENG.COM - Seorang bocah usia 11 tahun di Kota Banjar, Jawa Barat mendapat perlakuan kejam dari kedua orangtua kandungnya.

Dari disiksa hingga tak diberi makan.

Karena kelaparan bocah tersebut bahkan sampai memakan runtuhan tembok dan dedaunan.

Ia pun melarikan diri dari rumah

Baca juga: Blak-blakan Chikita Meidy Kenapa Berhenti Nyanyi, Dibully Kakak Kelas yang Kini Jadi Artis Tekenal

Baca juga: Biaya Haji 2024 Rp 93,4 Juta Turun dari Usulan Pemerintah, Komisi VIII DPR: Pelayanan Jangan Menurun

Bocah berinisial A ini mengaku sering dianiaya oleh ayah dan ibu kandungnya.

A kerap dipukul, ditendang hingga disiram air panas oleh ayahnya.

Tak hanya itu, A juga sering kelaparan lantaran jarang diberi makan orangtuanya.

A ditemukan warga dalam kondisi memprihatinkan di sebuah warung di Sukarame, Kelurahan Mekarsari, Kota Banjar, seminggu lalu.

Warga yang merasa kasihan, sempat membawa bocah malang tersebut ke RSUD Kota Banjar untuk diberi perawatan medis.

Informasi yang diterima, A yang menjadi korban kekerasan orang tua kandungnya didiagnosa dokter ternyata mengalami gizi buruk dan harus diberi perawatan medis di RSUD Kota Banjar.

A terlihat kurus dan lemas serta ada sejumlah luka memar di sekujur tubuhnya yang diduga akibat sering disiksa oleh orang tuanya.

Kemudian, terlihat luka yang paling parah yaitu di bagian punggung, kepala dan kaki korban.

Salah satu keluarga yang merupakan bibi korban, Titin Khotimah mengatakan, keponakannya memang kerap disiksa dengan cara dipukul dan ditendang.

Bahkan, sempat disiram dengan air panas oleh ayah dan ibu kandung korban.

Selain itu, korban juga pernah dipukul dengan benda tumpul seperti kayu.

"Kondisinya, sangat menghkawatirkan karena terlihat banyak luka di sekujur tubuhnya.

Dia (A) sempat mengaku di telapak kaki dan tangannya disiram dengan menggunakan air panas oleh ayah kandungnya," ujar Titin kepada sejumlah wartawan di Kota Banjar, belum lama ini, melansir dari TribunJabar.

Menurutnya, bocah 11 tahun ini memiliki saudara kembar.

A sempat tinggal bersama kakek dan neneknya.

Tapi, setelah kembali tinggal bersama orang tuanya, A kerap disiksa orang tuanya sendiri karena dianggap nakal atau susah diatur.

"Awalnya, A tinggal dengan neneknya. Sedangkan saudara kembarannya tinggal dengan orang tuanya," katanya.

Namun, setelah neneknya meninggal dunia kemudian A kembali tinggal bersama saudara kembarannya di rumah orang tuanya.

"Mungkin, karena A dianggap nakal, kedua orang tua korban tak bisa menahan emosi dan menyiksa korban," ucap Titin.

A sendiri ternyata sempat memakan pecahan tembok dan dedaunan.

Menurut kabar, bocah berinisial A tersebut memakan makanan yang tidak layak karena kelaparan diduga sebelumnya tak diberi makan oleh kedua orang tuanya.

Hal tersebut disampaikan oleh Titin, bahwa berdasarkan hasil rontgen Dokter di RSUD Kota Banjar, ditemukan butiran-butiran kecil mirip bebatuan.

"Dan ini dibuktikan ada pecahan tembok dari kotoran korban. Hasil rontgen RSUD, mungkin A ini sempat makan bebatuan."

"Ini memang, sesuai yang disampaikan RT setempat di kampungnya, korban sempat terlihat makan dedaunan yang mungkin karena kelaparan," ujar Titin kepada sejumlah wartawan di Kota Banjar, Rabu (22/11/2023).

A didiagnosa oleh dokter kurang gizi dan sempat dalam perawatan rumah sakit.

Sedangkan untuk menghindari kekerasan serupa, A kini tinggal bersama salah satu keluarganya.

"Sementara ini, anak ini saya asuh di rumah saya karena kalau dikasihkan ke orang tuanya lagi, takutnya A diperlakukan kaya kemarin-kemarin (kekerasan)," katanya.

Menurutnya, sikap dan perhatian orang tua kandung terhadap A dan saudara kembarnya terlihat jauh berbeda.

A diperlakukan tidak wajar, sedangkan saudara kembarnya diperlakukan baik oleh kedua orang tua kandungnya.

"Kan anaknya ada yang kembar, keduanya memiliki berkebutuhan khusus.

Kalau yang kembar diperlakukan sangat baik dan diurus.

Kalau A sering kali dilakukan tidak wajar oleh orang tuanya, alasannya karena A dinilai nakal dan tidak nurut atau tidak patuh," ucap Titin.

Ia berharap, kejadian tersebut menjadi hikmah bagi kedua orang tuanya dan menjadi cerminan bagi orang tua pada umumnya.

Kabid PPPA Dinsos Kota Banjar, Elin Afriani menyampaikan, kondisi korban saat ini mulai membaik dibandingkan hari sebelumnya.

"Alhamdulillah, kondisi anak sekarang semakin membaik. Kita dari PPPA Dinsos Kota Banjar, akan melakukan pendampingan psikologis kepada anak tersebut," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved