Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Klaten

Menengok Desa Bentangan Klaten Penghasil Aneka Gerabah Berbahan Tanah Liat Asli Tanpa Cat

Produksi kerajinan gerabah berbahan tanah liat di Klaten ini masih eksis. Aneka produk kerajinan untuk memenuhi pesanan di Solo, Klaten, Surabaya

tribun jateng/hermawan handaka
Seorang perajin menjemur gerabah sebelum akhirnya dibakar. 

Tampak rumah produksi gerabah ini, Mulyadi sedang membuat gerabah menghaluskan gerabah setengah kering.

"Dulu saya menjalankan usaha kerajinan gerabah dengan istri yang membuat dan membentuk langsung, dan saya bagian menghaluskan, karena memang lebih fasih istri saya.

Namun setelah istri meninggal, untuk membentuk gerabah, saya mempekerjakan tetangga. Memang dari zaman dahulu, untuk kefasihan dalam memahat dari kalangan perempuan," ungkapnya.

Rumah produksi gerabah Mulyadi bisa dibilang paling banyak dipesan baik didatangi secara langsung maupun pemesanan lewat whatsaap yang dikelola oleh anaknya.

Tempat produksi terlihat paling luas dan memiliki tempat-tempat yang menunjang pembuatan, seperti tempat pembentukan, menjemur, menyimpan, membakar, dan tempat gerabah dalam keadaan siap jual.

Outing Class

Di samping itu tempat produksi biasanya didatangi oleh sekolah-sekolah yang sedang outing class.

"Iya tempat ini sering didatangi anak-anak TK sampai SD yang sedang outing class. Mereka melihat proses pembuatannya, baru-baru ini dari anak SD yang datang sampai dua bus," terangnya.

Walaupun hanya punya satu karyawan tetapi usaha produksi kerajinan gerabah Mulyadi lancar dan bisa melayani pesanan tepat waktu. Mulyadi biasa menghaluskan gerabah. Dan untuk posisi tempat produksi berdekatan dengan rumahnya.

Bahan baku gerabah adalah tanah liat. Didatangkan dari Klaten. Biasanya tanah liat dari Klaten masih belum halus, dan untuk menghaluskannya memakai mesin molen ditambahkan air, sehingga tanah liat yang telah halus tersebut bisa dibentuk berbagai macam kerajinan gerabah.

Dalam sehari rata-rata bisa memproduksi 100-150 unit pahatan gerabah berbagai ukuran sesuai pesanan. "Kalau pesanan dikirim ke Surabaya itu dari kami yang mengirim menggunakan truk, dan anak saya yang membantu memanajemen terkait dengan berbagai pesanan yang masuk," katanya.

Proses pembuatan gerabah tergolong rumit mengandalkan keahlian dalam proses membuatnya. Bila musim kemarau banyak sinar matahari maka proses pengeringan lebih cepat dan sempurna.

Sedangkan di musim hujan maka penjemuran gerabah sering ada kendala. Bila pengeringan tidak sempurna maka gerabah mudah pecah kena air.

Setelah gerabah kering, maka tahap selanjutnya yaitu gerabah dibakar menggunakan oven yang terbuat dari batu bata dan untuk nyala api stabil ditambahkan dengan jerami. Gerabah buatan Mulyadi tanpa cat, warnanya adalah murni warga gerabah hasil pembakaran.

Dari pemerintah daerah setempat secara langsung telah memberikan bantuan, berupa alat meja putar untuk mendukung pembuatan gerabah.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved