Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Siswa-Siswi KBTK Puhua Purwokerto Belajar Pentingnya Menyelamatkan Diri di Situasi Kebakaran

Siswa-siswi KBTK Puhua Purwokerto diajari tentang pelatihan keselamatan di situasi kebakaran.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
IST
Siswa-siswi KBTK Puhua Purwokerto diajari tentang pelatihan keselamatan pemadam kebakaran, Selasa (19/12/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Siswa-siswi KBTK Puhua Purwokerto diajari tentang pelatihan keselamatan di situasi kebakaran.


Pendidikan usia dini (Early Years) di Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan (Puhua School) memasukkan elemen keselamatan, evakuasi, dan pemahaman dasar tentang kebakaran.


Di Inggris, Tiongkok, dan beberapa negara lain hal itu juga sudah dilakukan.


Hal itu sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka yang dirancang sesuai dengan perkembangan anak dan memberikan fondasi kuat pemahaman keselamatan sepanjang hidup mereka. 


"Ini adalah bagian dari pendidikan yang bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan anak agar dapat menjaga keselamatan mereka sendiri dari berbagai situasi, termasuk kebakaran," ujar Kepala Sekolah Kepala Sekolah KBTK Puhua, Lyu Xiao Qian, B.A., M.M kepada Tribunbanyumas.com dalam rilis, Rabu (20/12/2023).
 
Di Puhua kegiatan ini diselenggarakan untuk siswa early years pada jenjang usia 2-6 tahun.


Metode bagi anak usia dini dalam proses transformasi dan komunikasi sampai ke pemahaman menggunakan pendekatan bermain dalam simulasi interaktif. 


Awalnya anak diberi edukasi dasar keselamatan.


Caranya dengan simulasi yang dilakukan guru dengan cara diperagakan. 


Guru yang hanya diam saja dan tidak mencari jalan keluar ketika ada api lama-lama apinya semakin mendekat. 


Guru yang panik terburu-buru sehingga menabrak api juga turut disimulasikan. 


Tak ketinggalan Guru yang panik dan akhirnya bertabrakan di pintu keluar menjadi aksi yang ditangkap di kepala anak untuk bisa membedakan sebuah tindakan demi tindakan dan dampaknya.


Meregulasi anak bersikap tenang saat terjadi situasi darurat kebakaran, fokus mencari jalan keluar, dan menghindari sumber api serta berjalan membungkuk.


Kemudian menutup hidung menjadi contoh yang dilakukan guru kemudian ditiru anak-anak dalam simulasi yang didesain senyatanya. 


Misalnya munculnya asap, deretan api yang digantung di sepanjang jalur evakuasi, hingga sirine dan sebagainya. 


"Setiap panca indera anak dipantik untuk menstimulan dan merasakan bahaya serta mampu meregulasi rasa panik, kaget, hingga takut untuk diatasi dengan tetap fokus mencari jalur keluar," katanya. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved