Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Natal dan Tahun Baru

Muda-Mudi Lintas Agama Gemakan Perdamaian pada Perayaan Natal 2023 di GKMI Winong Pati

Bagi Didik, Natal tahun ini menjadi pengingat bahwa semua pihak harus menjaga keberagaman yang ada di Indonesia. 

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Muhammad Olies
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Muda-mudi lintas agama melantunkan Nyanyian Perdamaian dalam momen Perayaan Natal 2023 di GKMI Winong, Pati, Jumat (22/12/2023) malam selepas magrib. 

TRIBUNJATENG.COM, PATI -

Islam cinta kedamaian
Kristen penuh kasih sayang
Konghucu sabar pengertian
Hindu suka ketenteraman
Buddha sumber kebajikan
Mari kita hidup berdampingan
Bicara lintas agama
Di taman hati yang indah
Pancasila perekat hidup bangsa

Bait di atas merupakan reffrain lagu "Nyanyian Perdamaian" yang dipopulerkan Jimmy B Oentoro dan Nuril Arifin Husen.

Lagu itu dinyanyikan sepenuh penghayatan oleh pemuda-pemudi lintas agama dalam momen perayaan Natal di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Winong, Desa Winong, Kecamatan/Kabupaten Pati, Jumat (22/12/2023) malam selepas magrib.

Sembilan muda-mudi: dua Islam, dua Kristen, dua Katolik, dua Buddha, dan satu Hindu, itu oleh pihak gereja disebut Tim Toleransi.

Tim ini sengaja dibentuk Pendeta GKMI Winong, Didik Hartono, untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian dan toleransi pada Masa Raya Natal 2023.

Baca juga: Polresta Banyumas Kerahkan Ratusan Personel Amankan Natal dan Tahun Baru 2024

Baca juga: Wali Kota Aaf: Kirab Imlek Potret Asli Toleransi Beragama di Kota Pekalongan

Baca juga: Resep Ayam Kodok Menu Spesial Perayaan Natal Bersama Keluarga

GKMI Winong memang sangat dekat dengan term toleransi. Bagaimana tidak? Setiap hari, tepa salira mereka terapkan bersama sang tetangga depan, Masjid Al-Muqorrobin.

Gereja dan masjid ini memang letaknya berhadap-hadapan. Bahkan terhubung oleh kanopi yang sama. Kanopi yang menaungi jalan berkeramik selebar sekira lima meter di bawahnya.

Bagi Pendeta Didik Hartono, lagu yang dinyanyikan Tim Toleransi sejalan dengan tema Natal 2023 yang diangkat GKMI Winong, yakni "Kembang Setaman".

Tema ini juga diangkat dalam sebuah drama musikal pada perayaan Natal kali ini.

"Tema Kembang Setaman menggambarkan keberagaman di Indonesia. Dan lagu yang tadi memang menarik untuk dinyanyikan. Mengingatkan bahwa Indonesia bagai taman bunga, beragam agamanya," ucap Didik.

Dia menambahkan, GKMI Winong merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari warga bangsa yang harus merawat keberagaman.

Bagi Didik, Natal tahun ini menjadi pengingat bahwa semua pihak harus menjaga keberagaman yang ada di Indonesia. 

"Sehingga damai Natal ini bisa nyata di bumi Indonesia," tandas dia.

Raisya Putri Aminati (18) dan Nisrina Vinishelly (18) adalah dua remaja muslim berjilbab yang tergabung dalam Tim Toleransi yang menyanyikan Nyanyian Perdamaian.

"Menurut saya (kegiatan ini) sangat bagus karena melibatkan partisipasi umat lintasagama. Di Indonesia kan ada berbagai suku, ras, dan agama. Harus saling menyatu," ucap Raisya yang merupakan pelajar SMAN 2 Pati.

Perempuan asal Desa Tanjunganom, Kecamatan Gabus ini baru kali pertama diundang dalam acara perayaan Natal. Orang tuanya tidak melarang, justru mendukung, karena dia hadir bukan untuk mengikuti kepercayaan agama lain.

"Melainkan saya datang sebagai penganut agama lain yang hadir untuk menyampaikan pesan toleransi. Jadi orang tua support aja," kata Raisya.

Sementara, Nisrina menilai kegiatan ini positif sebagai sarana menambah teman dari berbagai latar belakang agama.

"Sehingga kita tidak hanya berteman dengan sesama agama. Apalagi mereka orangnya baik-baik dan ramah," kata warga Desa Winong, Kecamatan Pati ini.

Siswi SMAN 1 Pati ini juga mendapat dukungan dari orang tua. Terlebih, ayahanda Nisrina juga hadir dalam kegiatan di gereja untuk memenuhi undangan sebagai Ketua RW.

Pihak gereja memang mengundang masyarakat sekitar untuk menyaksikan rangkaian pentas seni dalam perayaan Natal ini. Tokoh masyarakat yang beragama non-Kristiani juga diundang.

Salah satunya ialah Rachmanudin, pengasuh salah satu pondok pesantren di Desa Winong. Bagi dia, kegiatan ini menggambarkan miniatur Indonesia. 

"Bahkan miniatur Indonesia itu sudah terbukti, ada dalam kegiatan bermasyarakat sehari-hari di tingkat desa. Bisa dilihat saya hadir sebagai warga Muslim setempat, juga pengasuh pondok pesantren," ucap dia.

Menurut Rachmanudin, miniatur Indonesia yang bagai kembang setaman itu juga tampak dalam praktik beragama sehari-hari di Desa Winong, di mana gereja dan masjid saling berhadapan lokasinya dalam damai.

Untuk diketahui, saat azan magrib berkumandang hingga salat berjemaah ditunaikan, pihak gereja belum selesai melakukan perayaan Natal. Kedua umat beragama menjalankan aktivitas masing-masing tanpa saling merasa terganggu.

"Bagi saya pribadi, ini hari raya, bodone wong Kristen (lebarannya orang Kristen). Kami ikut bahagia. Maka ketika diundang, bahkan tidak diundang pun, karena saya sudah punya hubungan baik dengan Pendeta Didik, saya akan tetap hadir," tandas Rachmanudin. (mzk)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved