Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mata Lokal Memilih

Perjalanan Capres-Cawapres Masuk Surat Suara 2024: Anies Baswedan-Muhaimin, AHY Tersingkir

Sebelum masing-masing paslon 'dijodohkan', konstelasi politik pun berlangsung sangat hangat sejak akhir tahun 2022 hingga pada Oktober 2023, lalu

Editor: muslimah
TRIBUN JATENG/BRAM KUSUMA
Grafis Capres 2024 

TRIBUNJATENG.COM - Pertarungan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 tengah bergulir hingga akhir tahun 2023 ini. Di mana, ada tiga pasangan calon (Paslon) yang bertarung merebut kursi RI 1 dan RI 2 pada periode kepemimpinan 2024 hingga 2029, mendatang.

Ketiga paslon calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) kini tengah disibukkan dengan kegiatan kampanye terbuka. Mereka berkeliling ke seluruh penjuru Tanah Air hingga ke basis pendukung guna mengutkan suara.

Terhitung, kurang lebih 40 hari ke depan, tepatnya pada 14 Februari 2024, nasib ketiga paslon capres-cawaprea bakal ditentukan oleh hampir 204.807.222 pemilih yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Bilik suara di hampir 823.220 tempat pemungutan suara (TPS) akan menjadi saksi paslon capres-cawapres mana yang akan menang pada Pilpres 2024.

Baca juga: Debat Istri Capres dan Cawapres Dipastikan Hoaks, Pengamat: Bisa Menambah Insentif Elektoral

Baca juga: Penumpang Bisa Reschedule Keberangkatan, Imbas Macet Parah di Jalur Menuju Bandara I Ngurah Rai Bali

Pertarungan Pilpres 2024 ini terbilang sangat menarik. Pasalnya, diikuti oleh tiga pasangan calon capres-cawapres. Diantaranya, paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Sebelum masing-masing paslon 'dijodohkan', konstelasi politik pun berlangsung sangat hangat sejak akhir tahun 2022 hingga pada Oktober 2023, lalu.

Hal itu bisa dilihat bagaimana partai politik (Parpol) terus melakukan komunikasi hingga membangun koalisi untuk mendukung sosok yang akan dimajukan sebagai capres-cawapres. Bahkan, keterlibatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun koalisi Pilpres atau ikut 'cawe-cawe' juga sempat santer berhembus.

Bahkan, salah satu capres juga sempat diisukan bakal 'dijegal' agar tidak maju dalam Pilpres 2024. Selain itu, keretakan koalisi pilpres juga terjadi saat penentuan sosok cawapres.

Tak hanya itu, dinamika penentuan cawapres harus diwarnai lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab, harus ada aturan yang rubah demi meloloskan seseorang untuk bisa menjadi cawapres.

Dinamika politik terus bergulir, hingga pendaftaran pasangan capres-cawapres remsi ditutup oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI pada 25 Oktober 2023, lalu.

Begini awal perjalanannya;

Pada Senin (3/10/2022), Partai Nasdem resmi mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024.Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.Surya Paloh menyebut, capres yang dipilih oleh partainya merupakan terbaik dari yang terbaik.

"Pilihan capres Nasdem adalah yang terbaik daripada yang terbaik. Inilah akhir Nasdem memberikan seorang sosok Anies Baswedan," ujar Paloh.

Paloh turut mengungkapkan alasannya memilih Anies sebagai capres 2024."Why not the best?" kata dia.

Penunjukan Anies sebagai Capres dari Partai NasDem pun mendapat reaksi yang kencang dari sejumlah partai politik. Pasalnya, Anies Baswedan merupakan sosok yang dinilai bersebrangan dengan Presiden Jokowi.

Padahal, NasDem sendiri masih berada di dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.Isu penjegalan Anies pun berhembus. Sejumlah proyek yang dikerjakan Anies saat menjadi Gubernur DKI Jakarta pun diungkit, seperti Formula E. Bahkan, Surya Paloh pun sempat 'diganggu' usahanya oleh pihak tertertu.

Dalam perjalanannya, NasDem pun menjalin komunikasi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat untuk sama-sama mengusung Anies Baswedan.Tiba pada saat penentuan Cawapres pendamping Anies Baswedan, koalisi NasDem, PKS pun Demokrat mengalami titik buntu. Meski, nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sempat santer bakal menjadi pendamping Anies Baswedan.

Bahkan, lewat secarik kertas tulisan tangan yang dibuat Anies Baswedan, berisi meminta AHY mempersiapkan diri untuk menjadi Cawapres. Namun, AHY pun kandas menjadi cawapres pendamping Anies Baswedan.Hal itu disinyalir lantaran Partai NasDem dan PKS tak setuju dengan opsi Anies-AHY di Pilpres 2024. Muncul tundingan sosok 'pembohong' dibalik batalnya AHY sebagai cawapres pun muncul.

Justru di tengah dinamika iti, nama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin muncul sebagai cawapres pendamping Anies Baswedan.

Tentu, munculnya nama Cak Imin ini mengagetkan dan membuat heboh perpolitikan Tanah Air. Sebab, sebelumnya Cak Imin bersama PKB telah menyatakan dukungan kepada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai Capres.

Kebuntuan di kubu Prabowo itu disinyalir menjadi alasan PKB mengalihkan dukungan kepada Anies Baswedan dan menyodorkan nama Cak Imin sebagai Cawapres. Prabowo yang tak kunjung mengumumkan nama cawapresnya juga menjadi alasan PKB hengkang dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Selain itu, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang bergabung ke kubu Prabowo dinilai akan menjadi penghambat PKB untuk mendorong Cak Imin sebagai Cawapres.

Pada 2 September 2023 di Surabaya, Partai NasDem dan PKB pun resmi mendeklarasikan dukungan kepada pasangan capres-cawpres, Anies Baswesan-Muhaimin Iskandar. Deklarasi ini pun tak dihadiri oleh petinggi PKS.

Kabar yang beredar saat itu, PKS belum diajak berkomunikasi lebih intens soal pasangan Anies-Cak Imin. Apalagi, Cak Imin belum menemui petinggi PKS.

Selain itu, antara PKB dan PKS memiliki basis massa yang berbeda, yang dinilai bakal saling berhadap-hadapan. PKB sendiri berbasis massa kelompok Nahdlatul Ulama yang memiliki kekuatan besar di ranah pedesaan. Sedangkan, Anies dan PKS identik sebagai sosok intelektual dianggap mempunyai basis massa yang solid di tingkat masyarakat menengah ke atas.

Pada 15 September 2023, PKS pun resmi mendukung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024. Dukungan resmi itu diputuskan setelah rapat Majelis Syuro ke-9 PKS yang digelar di Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta."Hasil keputusan, memperkuat keputusan Majelis Syuro ke-8 yang mengusung Bapak Anies Baswedan sebagai bacapres pada Pilpres 2024. Kedua, memutuskan bapak Abdul Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon Wakil Presiden Repubik Indonesia mendampingi Anies Baswedan pada Pilpres 2024," kata Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

"Ketiga, menyetujui dan menetapkan pasangan Bapak Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar sebagai bacapres dan bacawapres RI yang secara resmi diusung PKS pada Pilpres 2024," lanjut Syaikhu.

Dukungan dari PKS ini pun semakin memantapkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar untuk maju pada Pilpres 2024. (tribun network/fransiskus adiyuda)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved