Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Slawi

Inilah Tiga Faktor Penyebab Kenaikan Harga Beras Menurut Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, memaparkan ada tiga faktor penyebab terjadinya kenaikan

|
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, memaparkan ada tiga faktor penyebab terjadinya kenaikan harga beras di pasaran. 


Informasi tersebut disampaikan Bayu Krisnamurthi, saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Gudang Beras Bulog di Munjung Agung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada Rabu (3/1/2024). 


Adapun tiga faktor tersebut, pertama karena produksi beras tahun 2023 dan awal tahun 2024 tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya atau lebih rendah. 


Sehingga 7 bulan dari 12 bulan selama tahun 2023 Bulog mengalami defisit. 


"Jadi produksi beras kita memang tidak bagus. Diperkirakan tahun ini juga masih belum seoptimal tahun-tahun sebelumnya karena penanamannya juga terlambat," ungkap Bayu Krisnamurthi, pada Tribunjateng.com. 


Sementara faktor yang kedua, sambung Bayu, karena terjadi kenaikan harga bahan-bahan untuk input terutama pupuk. 


Hal itu karena imbas dari perang yang terjadi di Ukraina. 


Faktor ketiga, dikatakan Bayu Krisnamurthi karena banyak negara yang keluar dari pasar dan tidak menjual beras nya lagi. 


Sehingga hal itu membuat harga beras di dunia naik, dan mempengaruhi harga beras dalam negeri. 


"Jadi dari sisi harga memang tinggi. Namun, Pemerintah memastikan pada kelompok masyarakat yang paling membutuhkan yakni sekitar 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) seluruh Indonesia stok beras mencukupi, bahkan secara gratis karena bentuknya adalah bantuan," jelas Bayu. 


Selain itu, Direktur Utama Perum Bulog menegaskan pihaknya masih menjual beras dalam bentuk operasi pasar yang dikemas lewat program Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP). 


Lewat program operasi pasar SPHP, Bulog menjual beras premium dengan selisih harga Rp 1.000 sampai Rp 1.500 lebih murah dari pada harga pasar. 


Namun untuk selisih harga menyesuaikan lokasi atau tempat masing-masing. 


"Sehingga ketika ada masyarakat yang mau mencari beras ke pasar, masih ada yang menjual dengan harga lebih murah lagi. Saya tidak mengatakan sangat murah, tapi paling tidak lebih murah dari harga pasaran," ujar Bayu. 


Bayu menambahkan, untuk di Jawa Tengah, saat ini stok yang tersedia sebanyak 155 ribu ton beras baik yang ada di gudang maupun yang sedang dalam proses bongkar muat. 


Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan maupun Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) Jawa Tengah sampai bulan Mei-Juni 2024.

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved