Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kriminal Hari Ini

Cerita Pilu Sugito Warga Dharmasraya Nasabah Koperasi LPN, Nasib Tabungan Rp 113 Juta Belum Jelas

16.000 warga Dharmasraya, Sumbar menjadi korban penggelapan dana Koperasi Lumbung Pitih Nagari (LPN) dengan total kerugian lebih dari Rp 15 miliar.

Editor: deni setiawan
ISTIMEWA/DOK TRIBUN JATENG
ILUSTRASI tumpukan mata uang pecahan Rp 100.000. 

TRIBUNJATENG.COM, PADANG - Harap- harap cemas dialami Sugoto dan puluhan ribu orang yang merupakan warga Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.

Mereka adalah nasabah Koperasi Lumbung Pitih Nagari (LPN).

Uang tabungan yang ada di koperasi tersebut hingga saat ini tak kunjung bisa diambil atau dicairkan. 

Atas permasalahan itu, mereka pun telah melaporkannya ke pihak kepolisian.

Bahkan apa yang dialami para nasabah Koperasi LPN telah menjadi perhatian serius dari DPR RI dan Kementerian Koperasi dan UKM.

Jika ditotal, uang nasabah yang ada di koperasi itu mencapai sekira Rp 15 miliar dan nasibnya tak jelas.

Baca juga: Polisi Newbie di Kendari Ketahuan Jadi LGBT, Ternyata Pengembangan Kasus Serupa dari Polda Sumbar

Baca juga: Ini Kronologi Lengkap Buruh Bangunan Rampok Rumah Brimob di Sumbar, Istri Nyaris Diperkosa

Sekira 16.000 warga Dharmasraya, Sumatera Barat menjadi korban penggelapan dana Koperasi Lumbung Pitih Nagari (LPN) dengan total kerugian lebih dari Rp 15 miliar.

Seorang korban, Sugito (50) warga Nagari (desa) Pulau Mainan, Kecamatan Koto Salak, Kabupaten Dharmasraya mengatakan, memiliki tabungan Rp 113 juta di koperasi itu.

"Saya itu menjadi nasabah koperasi itu sejak 2020 dengan tabungan Rp 113 juta."

"Hingga kini uang tabungan saya itu tidak bisa diambil," kata Sugito seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (19/1/2024).

Sugito bercerita awal dirinya menabung di koperasi LPN.

Hal itu karena percaya manager koperasi adalah putra asli Nagari Pulau Mainan dan masih ada hubungan keluarga dengan dirinya.

Koperasi itu, kata Sugito juga sudah lama beroperasi dan memiliki kantor di Nagari Pulau Mainan.

"Ya percaya."

"Managernya masih ada hubungan keluarga jauh."

"Ada kantor di Pulau Mainan," kata Sugito.

Awalnya, Sugito menabung dengan setoran awal Rp 15 juta dan diantar ke kantor koperasi LPN di Pulau Mainan.

Seusai menyerahkan setoran awal, Sugito diberi bukti menabung berupa buku tabungan.

"Saya menabung itu hanya dimintai alamat, lalu setelah disetor uang, diberi buku tabungan," kata Sugito.

Sugito tidak menjadi anggota koperasi dan hanya menjadi nasabah yang menabung uang.

Dia menyebutkan salah satu keuntungan menabung di koperasi LPN adalah petugas datang menjemput uang ke rumah.

"Petugas datang ke rumah tiap minggu."

"Ambil uang tabungan, lalu dikasih kuitansi," kata Sugito.

Baca juga: Caleg DPRD Sumbar dari PPP Disiram Air Keras Suami Siri, Alami Luka di Wajah, Tangan dan Kaki

Baca juga: Cara Sadis Istri di Sumbar Bunuh Suami karena Dendam Sering Dianiaya, Racun Rumput Dicampur ke Air

Awal Timbul Kecurigaan

Menurut Sugito, kecurigaan mulai muncul sekira April 2023.

Saat itu, bunga dari tabungannya tidak lagi tertera di buku tabungan.

"Ketika ditanyakan, kata petugasnya belum masuk bunganya."

"Saya jadi heran," jelas Sugito.

Kecurigaan selanjutnya ketika diadakan gebyar nasabah dengan hadiah utama sepeda motor.

"Saya curiga, biasanya kupon undian itu kelipatan tabungan Rp 5 juta."

"Tapi saat itu tidak."

"Kemudian yang menang adalah penabung yang jumlah tabungannya sedikit," kata Sugito.

Sugito tambah curiga karena ada nasabah yang tidak bisa menarik uang tabungannya.

"Saya dengar ada nasabah yang kesulitan narik uangnya."

"Saya coba, ternyata benar."

"Saya dijanjikan terlebih dahulu, tidak bisa menarik uang seketika itu," jelas Sugito.

Awalnya, kata Sugito, alasannya uang tersimpan dalam deposito.

Dijanjikan tiga bulan baru bisa diambil.

"Nah, ketika sudah tiga bulan ternyata tidak bisa juga diambil."

"Nasabah lain juga banyak yang tidak bisa diambil sehingga akhirnya dilaporkan ke polisi," kata Sugito.

Baca juga: APES, Ngevlog untuk Kenalkan Masjid Tua di Sumbar, Youtuber Bule Ini Malah Rekam Lelaki Masturbasi

Baca juga: Ini Kondisi Bripda Iqbal dan Bripda Rexy, Dua Anggota Polda Sumbar Korban Erupsi Gunung Marapi

Tabungan Adalah Hasil Jualan

Menurut Sugito, uang yang disimpannya di Koperasi LPN itu merupakan hasil jualannya sebagai pedagang bakso.

Sugito menabung bertujuan untuk dana masa depan dan jika ada kebutuhan mendadak.

"Dulu saya pernah menarik uang di tabungan."

"Sebanyak Rp 5 juta."

"Saat itu masih aman."

"Sekarang uang yang saya tujukan untuk dana masa depan itu tidak bisa diambil lagi," kata Sugito.

Sugito berharap pengurus koperasi bisa mengembalikan uangnya dan nasabah lain.

"Orang menabung jelas untuk masa depan dan antisipasi kebutuhan mendadak."

"Kasihan banyak nasabah yang lemah, orangtua, dan tabungannya hanya Rp 1 juta."

"Sekarang tidak kembali," kata Sugito.

Kasus Masih Diselidiki Polisi

Sebelumnya diberitakan, Polda Sumbar sedang mengusut kasus dugaan penggelapan dana nasabah koperasi Lumbung Pitih Nagari di Dharmasraya.

"Saat ini kasus sedang diproses di Polda Sumbar."

"Sebelumnya ada di Polres Dharmasraya."

"Karena sudah menjadi atensi, kasusnya kami tarik ke Polda Sumbar," kata Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (19/1/2024).

Kasus itu dilaporkan pada September 2023 dan satu bulan kemudian naik ke tingkat penyidikan.

"Sudah sidik."

"Belum ada tersangkanya karena kami masih kembangkan kasusnya," jelas Irjen Pol Suharyono.

Baca juga: Balita Deli Serdang Dibawa Kabur Tetangga Ditemukan di Agam Sumbar: Pelajaran Penting Bagi Orangtua

Baca juga: Kejadian Langka Ada Janin di Perut Bayi Laki-laki di Sumbar, Dokter Beri Penjelasan: Fetus In Fetu

Menurut Irjen Pol Suharyono, karena saat ini kasusnya masih dalam sidik dan belum ada tersangka, pihaknya belum merinci modus pelaku dalam melakukan kejahatan.

"Untuk sekarang masih dugaan investasi bodong."

"Kami masih sedang sidik dan menggalinya," tegas Irjen Pol Suharyono.

Sementara anggota DPR RI Andre Rosiade mengatakan, pihaknya mendapat keluhan dan aspirasi dari masyarakat saat berkunjung ke Dharmasraya beberapa waktu lalu.

"Saat berkunjung ke Dharmasraya, saya bertemu warga yang menjadi korban koperasi itu."

"Mereka mengadu, ada tukang jamu, pedagang."

"Uangnya ada Rp 500 ribu, Rp 1 juta, ada Rp 5 juta."

"Uangnya bertahun-tahun terbenam," jelas Andre Rosiade.

Menyikapi aspirasi itu, kata Andre, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Polda Sumbar dan Kementerian Koperasi dan UKM.

"Alhamdulillah, respons Kapolda Sumbar dan Menteri sangat bagus dan langsung tanggap," jelas Andre Rosiade.

Terpisah, Deputi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi mengatakan telah menurunkan tim untuk melakukan investigasi.

"Kami turun ke Sumbar."

"Kami dukung langkah kepolisian mengusut tuntas kasus ini," kata Zabadi. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Salah Satu Korban Penggelapan Dana Koperasi Rp 15 M, Uang Dijemput dari Rumah ke Rumah"

Baca juga: Herman Perampok Bersenjata di Batam Batal Masuk Bui, Meninggal Dihajar Massa Usai Tikam Korban

Baca juga: Bocah 2 Tahun di Bogor Meninggal Disengat Tawon, Bidan Sempat Sarankan Dirawat di RS Tapi Diabaikan

Baca juga: The Next Antony, Kabarnya Bakal Dilepas Manchester United, Barcelona Langsung Wellcome

Baca juga: Jordi Amat Ibaratkan Perang, Timnas Indonesia dan Vietnam Sama-sama Masih Nol Poin dan Ingin Menang

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved