Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Kisah Mistis Kaca Excavator Pecah Proses Bongkar Masjid dan Sumur Tua di Proyek Underpass Joglo

Muncul insiden mistis soal kaca eskavator pecah dan mesinnya tetiba macet saat proses pembongkaran masjid dan sumur tua di proyek Underpass Joglo.

Mahfira Putri Maulani
Marno (57) saat mengambil air di Sumur Peninggalan Pakubuwana VIII Surakarta di Proyek Underpass Joglo, Jumat (19/1/2024) 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO – Perataan masjid Baitusyukur dan sumur di Jalan Sumpah Pemuda, Banjarsari Solo diwarnai sejumlah insiden. Alat berat excavator atau kerap disapa bego sempat macet.

"Kemarin saat pembongkaran masjid, alat beratnya macet, dan kaca pecah. Sopir alat berat sudah menyampaikan bahwa sebenarnya dia tidak berani membongkar masjid ini karena tempatnya bersifat sakral. Namun, karena ada perintah, akhirnya dia melaksanakan tugasnya," kata Marno (57), salah satu warga.

Di sebelah masjid, terdapat sumur peninggalan Pakubuwana VIII Surakarta. Marno meminta pihak proyek untuk mengamankan sumur berusia ratusan tahun tersebut.

Baca juga: Penampakan Sumur Peninggalan Pakubuwono VIII di Proyek Underpass Joglo: Tempat Pemandian Jenazah

Marno sendiri menemukan masjid ini pada tahun 2012. Ia menemukan tulisan PB VIII di sumur tersebut, dan kemudian membangun masjid Baitusyukur.

Ia menyatakan bahwa sumur tersebut tidak pernah kering, meskipun sumur warga lainnya mengering. Pantauan Tribunjateng.com di lokasi menunjukkan bahwa sumur ini dapat dianggap dangkal, dengan jarak air dari permukaan kurang dari satu meter. Airnya pun jernih seperti air dari mata air pegunungan. Marno mengklaim bahwa air tersebut dapat langsung diminum dan memiliki khasiat.

"Sumur ini tidak pernah kering. Dahulu, digunakan untuk pemandian umum, dan warga mengambil air di sini karena dipercayai dapat menyembuhkan penyakit. Di sini terdapat mata air sumber 7, saya hanya mendengar bahwa itu adalah air sumber 7," katanya di rumahnya.

Marno menyatakan ketidakikhlasannya jika sumur tersebut dihancurkan. Ia tidak ingin sejarah sumur tersebut hilang. "Saya tidak rela sejarah ini hilang. Kita bisa sampai pada keadaan seperti ini karena sejarah. Saya bertanggung jawab atas keberadaan sejarah ini," tegasnya.

Ketua RT 02, RW XI, Kampung Tegalharjo, Joglo, Banjarsari, Sumanto (54), memperkirakan bahwa sumur tersebut sudah ada sebelum gapura TPU Bonoloyo dibangun.

"Biasanya, saat ingin membangun suatu bangunan, pasti disiapkan terlebih dahulu sumber air (sumur). Mungkin air dari sumur ini dahulu digunakan untuk pembangunan gapura TPU Bonoloyo," katanya.

Meski ada rencana pembangunan, ia berharap sumur yang telah berusia ratusan tahun tetap dapat dipertahankan. Sehingga air tetap dapat mengalir ke masjid Baitusyukur yang baru nanti. (uti)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved