Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pakar UGM Ungkap Potensi Perubahan Pilihan Pemilih dan Efek Jokowi pada Elektabilitas Prabowo-Gibran

Dalam menghadapi Pilpres 2024, sebanyak 20–30 persen pemilih menunjukkan potensi perubahan sikap politik mereka, kata Arya Budi, pakar politik UGM.

Istimewa
Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani mengatakan, debat perdana dengan agenda hukum dan HAM semalam jauh dari kata komprehensif. Para paslon tidak mengungkapkan praktek-praktek pelanggaran Hukum dan HAM sudah banyak terjadi. 

"Jadi sebenarnya, efek Jokowi terhadap Prabowo sudah menunjukkan puncaknya," ujar Arya Budi.

Arya menilai bahwa Prabowo sudah memanfaatkan citra Jokowi, di mana Prabowo seringkali menyentuh isu-isu yang berkaitan dengan Jokowi dan memposisikan dirinya sebagai penerus representasi Jokowi. Terlebih lagi, Prabowo berpasangan dengan Gibran, anak pertama Jokowi.

"Nah, ekspektasinya adalah efek dari Jokowi itu beralih atau tercermin secara dominan pada Prabowo, sementara dalam beberapa survei termasuk Poltracking, elektabilitas Prabowo praktis tidak pernah mencapai 50 persen. Meskipun ada kenaikan, terutama sebelum berpasangan," ujar Arya, yang juga merupakan Peneliti Poltracking Indonesia.

Arya menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo mengalami peningkatan setelah bulan Oktober 2023, terutama setelah munculnya nama calon wakil presiden. Namun, setelah bulan Oktober, angkanya tidak terus-menerus naik.

"Pertumbuhannya berhenti di angka sekitar rentang 44 persen hingga maksimal 46 persen, meskipun ada beberapa survei yang menyebutkan 48 persen, namun tidak signifikan," ujar Arya.

Arya menegaskan bahwa perpindahan pemilih Jokowi ke Prabowo sudah mencapai batas maksimal.

"Angka tersebut tidak cukup meningkat, meskipun hasil survei Poltracking juga menunjukkan bahwa Prabowo hampir pasti lolos pada 14 Februari," kata Arya.

Meskipun demikian, Arya mengatakan bahwa apakah Pilpres akan berlangsung dalam satu putaran atau dua putaran masih belum dapat dipastikan.

"Tapi kita harus berhati-hati dalam mengatakan itu, apakah itu putaran pertama atau putaran kedua," kata Arya.

Menurut Arya, pemilih Jokowi memiliki peran penting, karena mantan Gubernur DKI Jakarta dan Walikota Solo itu sudah memiliki basis pemilih sejak 2014 dengan angka 55 persen.

"Kedua, kinerja Jokowi masih dianggap baik, dengan persentase di atas 70 hingga 75 persen, bahkan mendekati 80 persen menurut berbagai survei," kata Arya.

Pemilih yang merasa puas dengan Jokowi, secara teoritis, cenderung memilih calon presiden yang dianggap mampu melanjutkan pemerintahan Jokowi.

"Nah, permasalahannya kembali pada calon presiden yang saat ini dianggap secara eksplisit melanjutkan Jokowi, yaitu Prabowo, karena Ganjar-Mahfud terkadang tidak cukup eksplisit dalam melanjutkan pemerintahan Jokowi, bahkan sempat mengkritik tentang hukum dan sebagainya," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved