Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Laut Merah Memanas, Ekonomi Pasar Global Terancam

kondisi lalu lintas kapal dagang dan kargo via Terusan Suez sangat memprihatinkan, karena terus mengalami penyusutan

Editor: Vito
www.wikimedia.org
ilustrasi - Terusan Suez 

TRIBUNJATENG.COM - Konflik laut merah yang tak kunjung mereda telah membuat arus lalu lintas di jalur perdagangan Terusan Suez mengalami penurunan tajam hingga amblas 42 persen selama 2 bulan terakhir.

Hal tersebut diungkap organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama Konferensi Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD). Dalam laporannya, PBB menjelaskan kondisi lalu lintas kapal dagang dan kargo via Terusan Suez sangat memprihatinkan, karena terus mengalami penyusutan hingga mengancam ekonomi pasar global.

“Kami sangat prihatin serangan terhadap pelayaran Laut Merah menambah ketegangan pada perdagangan global, memperburuk gangguan perdagangan karena geopolitik dan perubahan iklim,” kata Ketua UNCTAD, Jan Hoffman, dikutip laman Al Arabiya.

Adapun, konflik Laut Merah pertama kali pecah pada November lalu, tepatnya setelah Houthi, milisi sayap kanan Iran melakukan serangan ke kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.

Pejabat Houthi beranggapan, blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas agresi Israel di Gaza, Palestina, yang telah menewaskan lebih dari 25.000 jiwa. Namun akibat serangan itu, jalur perdagangan paling kondang di dunia Terusan Suez mulai ditinggalkan.

Sebagai informasi, Terusan Suez merupakan satu jalur perdagangan via laut paling penting di seluruh dunia. Terletak di Mesir dengan panjang 193 km, rute itu dapat menghubungkan Laut Mediterania ke Laut Merah kapal.

Dengan rute tersebut, kapal dagang internasional pengangkut minyak dan barang bisa memangkas waktu pelayaran, karena tak perlu lagi memutar jalan hingga ke Benua Afrika.

Namun, imbas serangan Houthi, ratusan kapal dagang global mulai putar otak mencari rute baru yakni, jalur Semenanjung Harapan, demi menghindari Terusan Suez yang berada di Laut Merah. Perubahan rute itu membuat arus lalu lintas di Terusan Suez terus menyusut.

“Serangan Houthi telah membuat lalu lintas kapal tanker turun 18 persen, transit kapal kargo curah yang membawa gandum dan batu bara turun 6 persen, dan transportasi gas berhenti. Secara keseluruhan, antara 12 persen-15 persen,” jelas Hoffman.

Adapun, pasca ketegangan di Laut Merah memanas, pemerintah Mesir mengumumkan pendapatan negaranya saat ini tengah terancam dampak dari turunnya pemasukan dari kanal Terusan Suez.

Mesir bahkan kehilangan jutaan dolar setiap harinya, lantaran beberapa kapal menghindari terusan ini untuk melindungi diri dari serangan rudal dan pesawat tak berawak militan Houthi.

Tak hanya itu, ketegangan di Laut Merah juga mengancam perekonomian pasar global, karena perubahan rute membuat pengiriman barang menjadi lebih lama dari biasanya. Selain itu, dampak dari perubahan rute telah juga memicu pembengkakan biaya bahan bakar hingga 1 juta untuk setiap perjalanan pulang pergi antara Asia dan Eropa utara.

Alasan tersebut yang mendorong biaya pengiriman barang naik hingga 100 persen, misalnya untuk tarif pengiriman barang Asia-Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 4.000 dollar AS per kontainer berukuran 40 kaki.

Apabila perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, hal itu dapat memicu peningkatan inflasi, hingga berpengaruh pada pembentukan harga pangan dan energi baik di tingkat produsen maupun konsumen. (Tribunnews/Namira Yunia Lestanti)

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved