Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kabupaten Tegal

Saat Harga Cabai Mahal, Petani Cabai di Tegal Malah Rugi Hampir Rp 100 Juta, Ini Curhatnya

Ditemui saat sedang berteduh di gubuk miliknya, Yon bercerita bahwa saat ini kondisi harga cabai sedang mahal atau mengalami kenaikan cukup signifikan

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muslimah
Tribunjateng/Desta Leila Kartika
Yon (54), petani cabai di Desa Harjosari Kidul, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sedang memetik cabai merah keriting yang kondisinya busuk untuk kemudian dikumpulkan, pada Kamis (22/2/2024). Adapun kondisi panen cabai yang berkurang mengakibatkan harga naik di petani jadi Rp 70 ribu per kilogram. Yon pun mengalami kerugian sampai Rp 100 juta. 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Beberapa hari terakhir, harga jual cabai di pasaran mengalami peningkatan cukup signifikan bahkan sampai Rp 80 ribu per kilogram untuk jenis cabai rawit setan. 

Kenaikan harga tersebut juga terjadi di tingkat petani yang biasanya di kisaran Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram, sekarang ini mencapai Rp 70 ribu per kilogram untuk jenis cabai keriting merah. 

Kondisi tersebut dialami salah satu petani cabai keriting merah yang lokasi lahannya di Desa Harjosari Kidul, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, bernama Yon (54).

Baca juga: Habis Ngamar Bareng Cewek, Pria di Semarang Tewas Kena Bacok, Sempat Balut Luka Pakai Sprei

Ditemui saat sedang berteduh di gubuk miliknya, Yon bercerita bahwa saat ini kondisi harga cabai sedang mahal atau mengalami kenaikan cukup signifikan. 

Kenaikan harga cabai khususnya di kalangan petani, dikatakan Yon karena beberapa faktor seperti terserang virus dan musim pancaroba sehingga menyebabkan cabai busuk dan tidak layak jual. 

Alhasil jumlah panen cabai berkurang dan menyebabkan kerugian bagi petani yang tidak main-main jumlahnya karena hampir mencapai Rp 100 juta. 

"Sekarang ini harga cabai keriting merah dari petani Rp 70 ribu per kilogram. Bahkan kalau cabai rawit setan di pasar harganya bisa sampai Rp 100 ribu per kilogram, kalau dari petani mungkin Rp 80 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya harga jual paling kisaran Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per kilogram," ungkap Yon, pada Tribunjateng.com. 

Ditanya mengenai penyebab harga cabai mengalami peningkatan, menurut Yon dipengaruhi banyak petani yang mengalami gagal panen. 

Sementara gagal panen terjadi karena kondisi cuaca, banyak hama atau virus yang menyerang cabai sehingga menjadi busuk. 

Termasuk di lahan pertanian cabai yang Yon sewa kemudian dikelola, juga terserang virus yang mengakibatkan cabai keriting merahnya banyak yang busuk. 

Setengah lebih dari total lahan, kondisi cabai keriting merah bewarna kuning kemudian membusuk. 

"Untuk lahan ini saya sewa. Luasnya setengah hektar lebih atau 6.000 meter persegi. Dari total lahan tersebut yang terkena virus hampir semua atau 70 persen. Jadi kondisinya cabai bewarna kuning, misal pun merah tapi ukurannya tidak normal karena pendek-pendek, bahkan ya banyak yang busuk. Biasanya saya panen bisa sampai 500 kilogram, tapi dengan kondisi seperti ini turun drastis paling hanya 200 kilogram. Panen bisa 10 kali dalam satu musim panen atau sekitar 6 bulan," terang Yon. 

Yon mengaku biasanya ia menjual hasil panen cabai ke pedagang di pasar, atau biasanya pembeli yang datang langsung menemui dirinya di gubuk dekat sawah. 

Meskipun harga cabai naik, tapi karena gagal panen, Yon mengaku dari sisi petani tetap mengalami kerugian yang besarnya antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta. 

Kerugian tersebut Yon tanggung sendiri tanpa ada kompensasi atau bantuan pengganti dari pihak manapun. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved