Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Jeritan Pengusaha Warung Makan: Ini Paling Parah, Harga Beras Naik hingga Rp 300.000

Pengusaha warung makan bernama Reza (30) mengeluhkan harga beras yang naik drastis hingga Rp 300.000.

TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Pedagang beras di Pasar Manis Purwokerto, Senin (9/10/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Pengusaha warung makan bernama Reza (30) mengeluhkan harga beras yang naik drastis hingga Rp 300.000.

"Jauh (naiknya). Ini mah bukan naik harga, tapi pindah harga. Harga sekarung yang 50 kilogram dari Rp 550.000 jadi Rp 850.000," kata Reza saat diwawancarai di warungnya, Selasa (20/2) sore.

Menurutnya, kenaikan harga beras sudah terasa sejak Desember 2023. Namun, ia berpendapat bahwa kenaikan harga beras ini tidak wajar. "Ini paling parah. Sebelumnya naik setidaknya Rp 10.000-50.000. Ini sampai ratusan ribu," celetuk dia.

Menurutnya, seharusnya kenaikan harga yang wajar untuk sekarung beras adalah sekitar Rp 50.000-100.000. Reza berharap, Pemerintah segera mencari solusi untuk menekan harga yang kian meroket itu.

"Tolong urus harga pangan yang sudah parah ini. Semuanya, sayur-sayuran juga, sudah enggak kekontrol," tutur Reza.

Sementara itu,Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Putu Rusta Adijaya berpendapat kenaikan harga beras di mayoritas daerah di Indonesia faktor keterbatasan produksi.

Menurutnya, minimnya produksi beras di dalam negeri disebabkan perubahan iklim serta penyakit dan hama.

“Kenaikan harga beras di Indonesia itu disebabkan oleh beberapa hal faktor utamanya adalah fenomena iklim El Nino yang semakin diperburuk dengan pendidihan global. Hal ini menyebabkan kekeringan esktrem sehingga petani di daerah penghasil beras gagal panen,” kata Putu, Kamis (22/2).

“Perubahan iklim yang terakselerasi juga memperparah curah hujan sehingga padi tergenang dan mati. Hal ini membuat produksi padi berkurang dan mengurangi suplai di pasar,” paparnya.

Putu menegaskan kenaikan harga beras adalah hasil dari kurangnya ketersediaan beras untuk memenuhi permintaan beras.

“Penyakit dan hama yang menyerang tanaman padi menyebabkan rusaknya tanaman padi, gagal panen, yang berujung pada berkurangnya kuantitas produksi beras,” tambah dia.

Permasalahannya mayarakat Indonesia masih sangat tergantung dengan beras sebagai bahan pokok.

Demand beras yang tinggi ini tidak bisa terpenuhi oleh ketersediaan yang ada.

Alhasil, shortage beras membuat harga beras makin mahal, karena kuantitasnya sedikit di pasar. “Walaupun mahal, masyarakat juga tetap membelinya karena sangat bergantung pada beras karena masyarakat sangat butuh, ada potensi penjual bisa mark-up harga,” jelasnya.

Putu juga menilai bahwa dampak restriksi ekspor beras India juga memengaruhi ketersediaan beras dalam negeri. “Waktu India banned export beras beberapa waktu lalu, kuantitas beras global menurun karena ini. Mau tidak mau dampaknya juga dirasakan oleh Indonesia.

Memang persentase impor beras Indonesia dari India sedikit, tapi setelah ada ban tersebut, hal ini ikut mengurangi ketersediaan beras dalam negeri. “Karena susah impor dari India, kita diversifikasi pasar impor ke Thailand dan Pakistan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Putu juga melihat faktor kampanye Pemilu 2024 juga menjadi potensi pendorong mahalnya harga beras. “Kampanye pemilu juga saya lihat sebagai potensi driven factor naiknya harga beras. Sudah kondisi jumlah berasnya sedikit di pasar, berasnya diborong oleh para Caleg untuk tujuan kampanye,” ungkapnya.

Belum lagi program Bansos Pemerintah yang juga gencar di masa kampanye Pemilu 2024 ini.

“Ya, kuantitasnya di pasar jadi makin berkurang. Demand-nya tadi tetap tinggi, harganya jadi makin mahal,” tuturnya.

Pemerintah diimbau untuk melakukan impor guna menstabilkan harga beras di Tanah Air.

Impor beras seyogyanyabdapat menjadi langkah jangka pendek saat ini untuk menstabilkan harga beras dan memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.

Namun tetap harus ada perhitungan jumlah kuantitas beras impor dan jumlah pengeluaran untuk impor beras.

“Jangan karena impor, nanti semakin menekan defisit neraca perdagangan. Upaya ini juga untuk memenuhi kuantitas dan ketersediaan beras dalam negeri menjelang Ramadhan dan Lebaran 2024,” katanya.

Putu pun menyayangkan bahwa kenaikan harga beras terus menjadi permasalahan Pemerintah yang tidak kunjung usai. (tribunnews/reynas/xena/kps)

Baca juga: Liga 1 PSIS vs Dewa United : PSIS Jamu Dewa United di Stadion Moch Soebroto

Baca juga: WNI Jadi Figuran di Drakor Dapat Honor Rp1,8 Juta, Kisahnya Viral

Baca juga: Buah Bibir : Kisah Yoriko Angeline Dari Pernah Jadi Kasir hingga Pemain Bola

Baca juga: Harga Beras Bikin Menkeu Sri Mulyani Waswas

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved