Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan

Strategi Pemerintah Jaga Ketersediaan Pangan Jelang Ramadan

Pemerintah tengah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dan menjaga harga bahan pokok tetap stabil

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
idayatul rohmah
Tangkap layar -  dialog forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema  'Persiapan Ramadhan, Kondisi Harga Bahan Pokok' secara virtual, Senin (4/3/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemerintah tengah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dan menjaga harga bahan pokok tetap stabil jelang ramadan tahun 2024 ini. Terutama beras, yang kini tengah menjadi sorotan berbagai pihak.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim memaparkan berdasarkan pemantauan di aplikasi Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), tidak dipungkiri memang harga beras mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Ia mengatakan, di tengah kenaikan harga beras ini pemerintah telah mengambil langkah untuk melakukan intervensi di berbagai wilayah.

"Tentu perlu waktu, sehingga (harga beras) di pasar induk mengalami penurunan," jelas Isy Karim pada dialog forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema  'Persiapan Ramadhan, Kondisi Harga Bahan Pokok' secara virtual yang juga diikuti media, Senin (4/3/2024).

Karim menjelaskan, pihaknya telah menugaskan Perum Bulog untuk impor beras, di mana untuk impor 2 juta ton pada 2024 yang sudah diproses sebelumnya akan ada penambahan sebanyak 1,6 juta ton.

"Masyarakat tidak perlu khawatir beras mengalami kekurangan," katanya.

Sementara itu terkait situasi yang terjadi saat ini Karim menyebutkan bahwa hal itu disebabkan oleh fenomena El Nino yang mempengaruhi masa tanam, terutama untuk beras premium yang hampir seluruhnya beras lokal.

Sehingga kata dia, pemerintah mengambil langkah impor dan peningkatan subsidi pupuk untuk memastikan ketahanan pangan. Adapun upaya mengendalikan harga dilakukan dengan membanjiri pasar dengan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

"Pemerintah telah menyiapkan lebih dari 1,2 juta ton beras cadangan, ditambah dengan cadangan untuk keperluan komersial menjadi 1,4 juta ton," sebut dia.

Turut hadir Direktur Distribusi dan Cadangan Makanan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani menjelaskan, dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri telah dipastikan bahwa semua pihak terkait siap mendukung ketersediaan pangan selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Rachmi menegaskan pada rapat tersebut juga tidak ada wacana untuk menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Menurutnya, situasi yang terjadi saat ini merupakan anomali. "Jika HET dinaikkan maka akan ada kemungkinan harga beras tidak akan bisa turun lagi," terangnya.

Adapun terkait situasi kenaikan harga beras saat ini, Rachmi membeberkan data dari Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa produksi beras nasional mengalami kontraksi delapan bulan terakhir yang berada di bawah angka kebutuhan beras nasional.

Untuk mengatasi situasi itu, pemerintah mengimpor beras sejak tahun 2023 dan menyiapkan cadangan pangan untuk intervensi sesuai dengan Perpres 125 Tahun 2022.

"Sebagai bagian dari upaya stabilisasi, pemerintah juga memberikan bantuan pangan sebesar 10 kg per Keluarga Penerima Manfaat (KPM), kepada 22 juta penerima," terangnya.

Rachmi menambahkan, strategi lain yang diambil adalah menyiapkan waduk dan embung sebagai cadangan air, serta mengantisipasi kemungkinan El Nino dengan menambahkan beras dari luar negeri. Pemerintah, kata dia, juga akan mengoptimalkan lahan di sekitar waduk untuk budidaya.

Sementara itu, Dekan Pertanian Universitas Sriwijaya Ahmad Muslim menilai menjelang Ramadhan seperti saat ini permintaan beras memang biasanya meningkat.

Hal ini dikarenakan faktor psikologis masyarakat yang ingin memastikan pada waktu ini kebutuhannya aman, sehingga cenderung lebih banyak dalam membeli bahan pokok.

"Saat ini, upaya jangka pendek untuk mengatasi kekurangan beras adalah dengan impor. Namun, untuk jangka panjang, diperlukan strategi sistematis yang memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia," jelasnya.

Ahmad lebih lanjut mengatakan faktor utama rendahnya produksi beras di Indonesia adalah luas lahan padi yang masih rendah, yaitu sekitar 10,2 juta hektar. Idealnya, untuk mencapai swasembada, dibutuhkan luas lahan padi 40 juta hektar dengan asumsi 500 meter persegi per kapita.

Ia juga melihat perubahan iklim menjadi salah satu faktor utama yang membuat Indonesia rentan terhadap penyakit tanaman padi.

"Diversifikasi beras dengan varietas yang lebih sehat juga perlu dipertimbangkan," lanjutnya. (idy)

Baca juga: Ini Detik-detik Sugito Diduga Tenggelam di Perairan Nusakambangan Cilacap, Pencarian Masih Nihil

Baca juga: Kunci Jawaban Soal Bahasa Inggris Kelas 10 Semester 2 Bab 1 Bagian Activity 2 Halaman 12-13

Baca juga: Pengakuan Istri Tega Potong Alat Kelamin Suami Saat Tidur, Karena Kesal Menikah Lagi

Baca juga: Curhat Orang Tua Indriana Dewi, Dapat Pesan Misterius 1 Hari Setelah Dibunuh

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved