Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Inflasi Jateng Tertinggi Kedua di Pulau Jawa, Mak-mak Menjerit: Harga Beras Tak Manusiawi

Dari pendataan BPS pada Februari 2024, inflasi Provinsi Jateng secara (yoy) tembus di angka 2,98 persen

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Dok Pemprov Jateng
Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana saat mengikuti kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dari 6 provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Jateng menempati posisi ke 5 terkait inflasi dengan inflasi terbesar secara year on year (yoy).

Dari pendataan BPS pada Februari 2024, inflasi Provinsi Jateng secara (yoy) tembus di angka 2,98 persen.

Provinsi DKI menjadi wilayah di Pulau Jawa dengan inflasi (yoy) dengan inflasi terendah dengan 2,12 persen pada periode yang sama.

Kemudian disusul oleh Provinsi DIY dengan 2,75 persen, Provinsi Banten dan Provinsi Jatim dengan inflasi (yoy) masing-masing sebesar 2,81 persen.

Baca juga: Kenaikan Harga Beras Jadi Biang Kerok Inflasi Jateng Februari 2024

Baca juga: Detik-detik Air Luapan Bengawan Solo Masuk ke Pemukiman Warga Balun Blora, Hampir Sapu Anak-anak

Setelah Provinsi Jateng sengan 2,98 persen lalu Provinsi Jabar dengan 3.09 persen.

Angka inflasi di Jateng juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan inflasi (yoy) Januari 2024 yang mencapai 2,69 persen.

Sejumlah indikator pun ikut terdongkrak dengan tingginya angka inflasi di Jateng tersebut.

Misalnya peningkatan pada Indeks Harga Konsumen (IHK), di mana pada Januari 2024 mencapai 105,23 dan pada Februari 2024 naik menjadi 105.83.

Angka IHK tersebut juga berdampak pada kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat.

Pasalnya IKH merupakan indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

Alhasil perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan harga atau inflasi atau tingkat penurunan harga atau deflasi dari barang dan jasa.

IHK berkorelasi dengan dengan komoditas pangan di Jateng, pada pendataan Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SiHati) Pemprov Jateng, komoditas pangan juga mengalami pergerakan harga.

Di mana harga beras premium month to month (mtm) pada Februari 2024 naik 17 persen, kemudian beras medium naik 20 persen.

Kemudian harga minyak goreng curah mengalami kenaikan di angka 17 persen, begitu juga dengan daging ayam ras dengan kenaikan 11 persen.

Imbas dari hal tersebut, masyarakat semakin tercekik dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok di Jateng.

Pemprov Jateng pun mengakui hal tersebut, bahkan pada 6 Maret lalu Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana berujar, ada sejumlah komoditas yang perlu diintervensi.

Beberapa komoditas tersebut seperti beras, gula pasir, cabai, bawang, minyak goreng, kedelai, telur dan daging ayam.

Ia juga menginstruksikan seluruh pemda selalu melaporkan dan menginput data harga komoditas pangan secara berkala. 

Komunikasi intensif antar anggota Tim Pengandalo Inflasi Daerah (TPID) termasuk Satgas Pangan dan Kejaksaan  guna kelancaran pelaksanaan operasi pasar dan sidak gudang distributor juga dilakukan.

"Kami juga berkoordinasi dengan Polda untuk mengecek harga pasar, pemantauan untuk menghindari penimbunan pangan tersebut. Itu langkah yang kami lakukan dalam waktu dekat," terangnya dalam acara High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jateng Semester I Tahun 2024 dan Persiapan Menghadapi Ramadan di Kota Semarang beberapa waktu lalu.

Meski demikian, langkah Pemprov Jateng bisa dibilang belum manjur lantaran harga kebutuhan pokok masih tak terkendali.

Fakta di lapangan, harga beras premium di sejumlah pasar tradisional di Jateng masih di angka Rp 18 sampai Rp 20 ribu perkilogram.

Bahkan sempat terjadi kelangkaan stok baik di pasar tradisional maupun swalayan di sejumlah daerah.

Dari hal tersebut, masyarakat menanggapi kinerja Pemprov Jateng terkait penanganan harga kebutuhan pokok.

"Harga beras premium sekarang hampir Rp 90 ribu per 5 kilogram. Pemerintah kebanyakan koordinasi dan rapat, bukti nyatanya omong kosong, rakyat kecil seperti kami selalu kena dampaknya," kata Yanti satu di antara ibu rumah tangga asal Kabupaten Kendal menanggapi kenaikan harga sejumlah komoditas pangan, Senin (11/3/2024).

Yanti juga menceritakan beberapa waktu lalu kesulitan mencari beras, bahkan ia keliling ke sejumlah swalayan di sekitar tempat tinggalnya.

Dikatakannya, beberapa swalayan sempat kehabisan stok beras saat ia berkeliling.

"Mau beli beras saja susahnya minta ampun, sekali ada harga tak manusiawi. Kalau seperti itu apa yang dikerjakan pemerintah, mana kerja nyatanya," imbuhnya secara berapi-api. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved