Masyarakat Kelas Menengah Rentan Jatuh Miskin Imbas Lonjakan Harga Pangan
masyarakat kelas menengah akan semakin terbebani dengan adanya kenaikan harga pangan, karena bukan termasuk kelompok penerima bantuan sosial.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Angka kemiskinan diperkirakan meningkat akibat masyarakat khususnya kelas menengah ke bawah terbebani kenaikan harga-harga pangan.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, masyarakat kelas menengah bisa turun menjadi kelompok miskin baru, bahkan masyarakat kelompok miskin bisa jatuh menjadi masyarakat miskin ekstrem.
“Dengan kondisi ini sulit untuk mencapai target kemiskinan ekstrem 0 persen, terlebih kelompok miskin banyak yang menjadi petani, di mana kondisi naiknya harga beras tidak membuat daya beli petani naik signifikan dibandingkan dengan kenaikan harga beras di pasar,” katanya, kepada Kontan, akhir pekan lalu.
Sedangkan untuk masyarakat kelas menengah, Bhima menilai, mereka akan semakin terbebani dengan adanya kenaikan harga pangan, mengingat kelompok tersebut bukan termasuk kelompok penerima bantuan sosial.
Sehingga, dia menambahkan, masyarakat kelas menengah akan semakin sedikit memiliki ruang untuk menabung, karena pendapatannya banyak digunakan untuk membeli bahan makanan, cicilan rumah dan kendaraan bermotor.
Ditambah, kenaikan upah minimum masyarakat di level itu juga tidak sejalan dengan kondisi inflasi bahan makanan yang sedang meningkat.
“Hampir sebagian besar bahan makanan pokok naik tidak hanya beras, dampaknya tentu ke kelas menengah rentan mudah jatuh miskin. Opsi lain adalah menggadaikan aset untuk pinjaman, bahkan tidak sedikit yang utang ke pinjol,” bebernya.
Bhima juga khawatir tanpa pengendalian harga pangan yang efektif oleh pemerintah saat Ramadan dan Lebaran, akan banyak kelas menengah yang turun jadi orang miskin baru.
Dengan kondisi tersebut, ia memperkirakan akan sulit mencapai angka kemiskinan di level 6,5-7,5 persen sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah dalam RPJMN 2020-2024.
Bhima memprediksi angka kemiskinan tahun ini akan berada di kisaran 9,4-9,6 persen, atau meningkat dari Susenas Maret 2023 yang menunjukkan bahwa angka kemiskinan nasional baru mencapai 9,36 persen.
Bhima berujar, lonjakan harga pangan akan mengganggu konsumsi masyarakat. Bahkan, konsumsi terhadap barang-barang non-makanan.
"Misalnya, untuk biaya transportasi, pembelian tiket untuk mudik Lebaran, pemberian pakaian jadi, juga pariwisata yang akan mengalami perlambatan," beber.
Selain itu, masyarakat bakal menggunakan sebagian dana tunjangan hari raya (THR) untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga, uang yang ditabung pun tak banyak.
"Implikasinya, konsumsi rumah tangga di kuartal I dan II-2024 dikhawatirkan cenderung tumbuh 4,9 persen year on year (yoy)," jelasnya.
Belanja naik
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.