Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jateng

Panen Raya, Produksi Beras di Jateng Diproyeksikan Surplus dan Harga Turun

Produksi beras di Jawa Tengah diproyeksikan mengalami surplus seiring dengan panen yang dimulai sejak Maret 2024 ini.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/Idayatul Rohmah
Suasana Gerakan Pangan Murah (GPM) di halaman Kelurahan Pekunden, Semarang, Jumat (15/3/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Produksi beras di Jawa Tengah diproyeksikan mengalami surplus seiring dengan panen yang dimulai sejak Maret 2024 ini.


Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Provinsi Jawa Tengah Dyah Lukisari menyebutkan, berdasarkan perhitungan menggunakan metode survei Kerangka Sampel Area (KSA), hingga puncak panen pada April 2024 mendatang Jateng akan mengalami surplus beras di atas 220.000 ton.


"Proyeksi surplus pada bulan Maret ini 63.780 ton. Kemudian pada April saat panen raya itu surplusnya 221.653 ton," kata Dyah Lukisari ditemui di sela kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) di Semarang, Jumat (15/3/2024).


Dyah menjelaskan, proyeksi produksi gabah pada bulan Maret ini mencapai sekitar 800.000 ton. Adapun angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi 1,5 juta ton pada puncak panen April mendatang.


Dengan total produksi ini, menurut Dyah akan membantu ketersediaan beras di Jawa Tengah dan akan turut mendorong penurunan harga.


"Kemarin bulan Januari - Februari sebelum panen, barang (beras) kurang atau defisit sehingga pelaku usaha itu 'yang penting dapat barang, harga berapapun dibeli'. Makanya harga gabah tinggi dan disusul harga beras tinggi.


Tapi dengan adanya panen raya, mudah-mudahan harganya turun," ungkapnya.

 

Di sisi itu terkait dengan banjir yang terjadi di hari-hari ini terutama di kawasan Demak, Dyah yakin tidak mempengaruhi ketersediaan bahan pangan tersebut secara signifikan. 


"Efek pasokan mungkin ada, tapi (yakin) tidak sampai mempengaruhi ketersediaan secara signifikan," ungkapnya.

 

Terkaiy harga beras, Dyah mengklaim bahwa harga beras di Jateng di tingkat produsen rata-rata sudah di angka 13.700/Kg untuk beras medium. Sedangkan di tingkat konsumen rata-rata sekitar Rp 14.500/Kg.


Harga tersebut turun setelah sebelumnya naik hingga Rp 16.000/Kg. Kendati demikian, Dyah menyebut harga saat ini masih berada di atas harga acuan pemerintah Rp 12.000.


Menurut Dyah, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) akan rutin memantau harga. Ia menyebut beberapa upaya dilakukan untuk menahan laju inflasi di antaranya melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) dan yang baru diluncurkan PJ Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana yaitu penyaluran Subsidi Harga Pangan di 9 (sembilan) kabupaten/kota pemantau inflasi.


"Dua minggu terakhir ini (harga komoditas pangan) tertinggi yaitu beras, telur, dan gula. Ini masih kami pantau sampai lebaran nanti harga apa yang tinggi. Seandainya dalam perjalannya beras cenderung turun saat panen raya, maka tidak lagi beras yang akan menjadi perhatian," imbuhnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved