Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Demi Serangan Fajar Rp 100 Ribu, Warga Cisuru Lupakan Caleg PKS yang 4 Tahun Ikhlas Bantu Air Bersih

Demi serangan fajar, sebagian besar warga Cisuru RT 03/06 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten melupakan jasa Caleg PKS yang

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
TribunBanten.com/Ahmad Tajudin
Sudah hampir sebulan warga RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, harus berjalan sejauh satu kilometer untuk mengambil air sumur resapan setelah seorang caleg gagal menutup aliran sumur bor. 

Demi Serangan Fajar Rp 100 Ribu, Warga Cisuru Lupakan Caleg PKS yang 4 Tahun Ikhlas Bantu Air Bersih 


TRIBUNJATENG.COM- Demi serangan fajar, sebagian besar warga Cisuru RT 03/06 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten melupakan jasa Caleg PKS yang selama 4 tahun membantu mereka.


Karena tak lagi punya banyak uang, Caleg PKS tersebut tidak bisa lagi membayar tagihan listrik untuk keperluan pompa air.


Kini, warga sulit mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.


Akibatnya, mereka harus berjalan sejauh 2 KM demi mendapatkan air bersih.


Selama 4 tahun ini, ketersediaan air bersih mereka dijamin oleh Sumedi Madasik.


Namun saat Sumedi Madasik maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kota Cilegon, ia gagal.


Dari 140 warga Cisura, hanya sekitar 60 warga yang memilih Sumedi.


Sumedi sudah tidak punya uang lagi untuk membantu ketersediaan air bersih.


Sumedi Madasik mengakui dirinya telah menyetop akses air bersih dari sumurnya ke rumah warga Cisuru. 


Namun, Sumedi membantah bahwa penyetopan itu ia lakukan secara sepihak setelah gagal lolos caleg PRD Cilegon dalam Pemilu 2024. 


Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya listrik yang selama ini sudah ditanggungnya. Setiap bulan, Sumedi harus merogoh kocek hingga Rp 2,5 Juta untuk menalangi membayar listrik.


 "Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan. Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," terangnya. Sumedi berharap, biaya iuran air bisa dinaikkan dengan alasan untuk menutupi biaya kebutuhan listrik pompa air tersebut.


Salah satu warga setempat, Buki mengungkapkan penyetopan air bersih itu dilakukan oleh Sumedi empat hari setelah pelaksanaan Pemilu 2024. 


“Diputusnya setelah pemilu, sekitar tanggal 18 Februari 2024 kemarin,” kata Buki, dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/3/2024).

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved