Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Pak Daryaman, Pria Sederhana Penjual Gorengan Baru Lulus S3, Ini Kisah hingga Pekerjaan Lainnya

Sehari-hari berjualan gorengan, pria sederhana ini ternyata baru mendapat gelar doktor. Dia adalah Pak Daryaman (40).

Editor: muslimah
Tribun Jabar/Istimewa
Siapa yang sangka, penjual gorengan yang berpenampilan sederhana ini ternyata juga merupakan seorang dosen dengan gelar Doktor atau S3. 

Tak hanya itu, dukungan dari sang istri tercintanya juga menjadikan Daryaman lebih tekun dan giat lagi dalam memperjuangkan cita-citanya.

"Saya menyadari bahwa saya memang orang yang sederhana, oleh karena itu saya berpikir bagaimana menempuh pendidikan secara mandiri. Alhamdulillah dengan kemandirian saya, bisa menyisihkan sebagian uang dari hasil berjualan gorengan ini untuk melanjutkan pendidikan saya," tambahnya.

Sebelumnya, Daryaman telah menempuh pendidikan S1 dan S2 di Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis yang saat ini diketahui merupakan seorang dosen Ilmu Kewiraushaan.

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2,Daryaman bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya ke S3.

Berkat ketekunan yang ia miliki, Daryaman kembali menyisihkan uang Rp 30.000 dari berjualan gorengan, sehingga pada 2020 ia memutuskan untuk mendaftar masuk program S3 di UIN Bandung.

"Pada waktu itu atas dorongan dari pengasuh dan rektor UID Ciamis untuk memperkuat SDM di UID, akhirnya saya direstui untuk melanjutkan program S3 saya. Alhamdulillah, pada 6 Februari 2024, saya telah melakukan sidang terbuka dan meraih gelar doktor dari UIN Bandung dengan biaya mandiri," ujarnya.

Gorengan yang dijual Daryaman dengan harga Rp 500 per satuannya itu bisa meraup omzet Rp 5.000.000 hingga Rp 10 juta per bulannya.

Bahkan menurutnya, pada malam takbiran, Daryaman bisa menghabiskan 20 kilogram adonan dari biasanya yang hanya 10 kilogram.

Di tengah kesibukannya menjadi seorang dosen, Daryaman mengaku akan tetap berjualan gorengan meski harus mengorbankan waktu istirahatnya.

"Paling saya tidur dalam sehari itu paling lama empat jam, karena harus membagi waktu antara mengajar, peran sebagai ayah dan kepala keluarga, juga mencari nafkah dengan jualan gorengan, tidak apa-apa disyukuri saja," tandasnya sambil tersenyum. (Tribun Trends)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved