Berita Viral
Hoax atau Fakta, Kepala BMKG Dwikorita Sebut Gempa Megathrust 8,7 SR Lumpuhkan Jakarta
Media sosial TikTok dihebohkan dengan video berisi peringatan bahwa Jakarta akan lumpuh akibat gempa megathrust 8,7 SR.
TRIBUNJATENG.COM - Media sosial TikTok dihebohkan dengan video berisi peringatan bahwa Jakarta akan lumpuh akibat gempa megathrust 8,7 SR.
Disebutkan dalam video itu, pernyataan tersebut berasal dari Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Apakah isi video itu hoax atau memang fakta?
Dwikorita mengakui video tersebut berasal dari rekaman dirinya saat rapat dengan DPR RI.
Hanya saja, menurut dia video yang membuat khawatir warga tersebut telah diedit dan dipotong-potong sehingga keluar dari konteks sesungguhnya.
Akibat proses editing yang tidak bertanggung jawab tersebut, kata Dwikorita, informasi yang sampai ke masyarakat bisa berbeda dari informasi yang sesungguhnya ia berikan.
Menurutnya, video tersebut berpotensi meresahkan warga masyarakat.
Baca juga: Gempa Baru Saja Terjadi Malam Ini di Tiga Titik, Senin 18 Maret 2024, Cek Jarak dan Lokasi
Baca juga: Dwikorita Kepala BMKG: Waspada Cuaca Jateng Hujan Lebat Disertai Angin Kencang 60 Km/jam
Dwikorita Karnawati Jelaskan Video Gempa Megathrust
“(Video) itu adalah rekaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2024 di Senayan, Jakarta," ungkap Dwikorita dalam keterangan tertulis, Minggu (17/3/2024).
"Saya tengah memberi penjelasan kepada anggota dewan mengenai alasan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) di Bali,” lanjut dia.
Dwikorita menjelaskan, kata lumpuh yang dimaksudkan di hadapan Anggota Komisi V DPR RI adalah terputusnya jaringan komunikasi yang disebabkan oleh rusaknya berbagai infrastruktur komunikasi, yakni Base Transceiver Station (BTS), akibat gempa megathrust.
Hal itulah yang coba diantisipasi oleh BMKG dengan membangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami atau InaTEWS sebagai fungsi back-up atau cadangan di Bali, meskipun di Jakarta sudah ada.
Keberadaan gedung InaTEWS di Bali ini merupakan sebagai bagian dari mitigasi dan manajemen risiko dalam kondisi darurat apabila sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran, Jakarta, mengalami kelumpuhan.
Menurut Dwikorita, pembangunan Gedung InaTEWS didasarkan pada skenario terburuk, yaitu apabila gempa terjadi di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.
Dalam skenario terburuk tersebut, gempa megathrust berkekuatan M 8.7 diperkirakan dampaknya mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta lantaran terputusnya atau lumpuhnya jaringan komunikasi, ataupun robohnya Gedung Operasional lama yang tidak disiapkan tahan gempa dan likuefaksi.
Warga Suriah Berbondong-bondong Cari Emas di Sungai Eufrat yang Mengering, Benarkah Tanda Kiamat? |
![]() |
---|
Kompak, Adu Gaya RK dan Lisa Mariana Tes DNA Pakai Warna Serasi Coklat |
![]() |
---|
Viral Pengantin Digendong Sebrangi Kali Pemali Brebes, Warga Percaya Angker hingga Mitos Buaya Putih |
![]() |
---|
Ketua Pengadilan Agama Jepara Bongkar Fakta Viral Wanita Ngamuk di Kantornya: Demi 6.000 Followers |
![]() |
---|
Kapan Hasil Tes DNA Ridwan Kamil dan Lisa Mariana Keluar? Ini Jawaban Jhony Nababan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.