Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Karanganyar

Mengenal Tradisi Mondosiyo di Karanganyar, Berebut Sepasang Ayam di Atas Genting Rumah

Mengenal tradisi Mondosiyo, upacara adat yang sudah menjadi warisan budaya tak benda di Karanganyar.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/Agus Iswadi
Warga bergelantungan di tepi atap pendopo untuk berebut ayam nazar saat prosesi upacara adat mondosiyo di Lingkungan Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, Selasa (19/3/2024) sore.   

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Alunan gamelan mengalun merdu di sekitaran pendopo lingkungan Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar pada  Selasa (19/3/2024) sore.

Ratusan orang tampak memadati jalan kampung serta pendopo untuk mengikuti Upacara Adat Mondosiyo.

Upacara adat mondosiyo kali ini berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya.

Mengingat upacara adat kali ini digelar bertepatan dengan momen bulan suci ramadan.

Baca juga: Menag Yaqut Cholil Qoumas: Salat Tarawih Bukan Kewajiban, Respons Terhadap Tradisi Tarawih Kilat

Kendati demikian tidak menyurutkan antusias warga dan pengunjung dari luar daerah mengikuti sekaligus menyaksikan upacara adat tersebut meski tidak seramai pada umumnya.

Justru upacara adat yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional tersebut dapat menjadi lokasi ngabuburit.

Tiga komunitas reog lokal tampil bergantian membuka serangkaian upacara adat.

Serangkaian upacara adat digelar seperti pada umumnya meski bertepatan bulan suci ramadan.

Di sela acara terlihat beberapa warga datang membawa sepasang ayam jawa jantan dan betina ke pendopo untuk nantinya dilepas dan diperebutkan warga dan pengunjung.

Ayam tersebut merupakan bentuk nazar dari warga lantaran permintaan atau hajatnya terkabul. 

Koordinator Lingkungan (Korling) Pancot Lor, Teguh Cahyono menyampaikan, prosesi upacara adat mondosiyo dimulai dengan pentas reog, doa bersama dilanjutkan dengan siram banyu badeg dan puncaknya berebut ayam nadzar.

Upacara adat ini digelar setiap tujuh bulan sekali bertepatan dengan wuku mondosiyo. 

"Ini bentuk syukur warga masyarakat, bersyukur kepada Allah SWT masih bisa melaksanakan bersih dusun. Memohon keselamatan supaya diberikan keselamatan, dijauhkan dari mara bahaya, penyakit dan dimurahkan rezeki serta kesehatan," katanya kepada Tribunjateng.com di sela upacara adat.

Setelah pentas reog dan doa bersama, terang Teguh, prosesi dilanjutkan dengan siram banyu badeg.

Tampak warga dan penonton kocar-kacir saat para sesepuh menyiramkan air dengan aroma menyengat tersebut secara acak ke jalan kampung dan sekitar pendopo.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved