Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir Demak

Banjir Demak 2024 Disebut Terparah Sepanjang Sejarah, Sampai 3 Kali Terbitkan Tanggap Darurat

Banjir yang terjadi di Kabupaten Demak pada 2024, disebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah

Editor: raka f pujangga
Tangkap layar
Tangkap layar Banjir Demak di Jalan Pantura Demak-Kudus di Kecamatan Karanganyar. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Banjir yang terjadi di Kabupaten Demak pada 2024, disebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah

Bahkan banjir tersebut kini kian meluas hingga merendam 13 kecamatan atau 70 desa.

Puluhan ribu warga pun terkena dampaknya hingga terpaksa mengungsi karena rumahnya kebanjiran.

Baca juga: Sosok Agus Pria Kebanjiran Berkah dari Bencana Banjir di Genuk Kota Semarang

Kepala BPBD Kabupaten Demak, Agus Nugroho mengatakan, Kecamatan Karanganyar terendam banjir hingga ketinggian air sampai 3 meter.

Saat ini, seluruh warganya pun memilih untuk mengungsi.

"Banjirnya semakin tinggi dan semakin meluas hampir 13 kecamatan, kemarin 11 kecamatan sekarang desanya ada 70. Terdampak 97.000 warga, kalau pengungsi kurang lebih 25.000 ada yang di Kudus dan di Demak," ujar Agus saat rakor penanganan banjir di kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (20/3/2024).

Kompleks Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak Terendam Banjir, Nisan Kuburan Ikut Terendam
Kompleks Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak Terendam Banjir, Nisan Kuburan Ikut Terendam (Tiktok @dannylucas828)

Status tanggap darurat

Agus menyebutkan, banjir kali ini lebih parah dibandingkan dengan banjir tiga dekade lalu, yakni pada 1992 silam. 

"Ini yang paling parah, kalau 1992 walaupun saya juga ngungsi tapi tidak separah ini. Ini nggak ada di Indonesia, sampai kita tiga kali mengeluarkan tanggap darurat," bebernya.

Menurutnya, dengan jebolnya 7 tanggul di Jawa Tengah turut memperparah banjir di Demak.

Kemudian tak kalah penting, kerusakaan lingkungan di daerah atas yakni Ungaran, Boyolali, Salatiga juga memperparah banjir di Demak.

"Demak ini unik, tidak ada hujan tidak ada angin, banjir. Mestinya kami ini mendapatkan perlakuan yang baik ketika daerah hulunya baik. Ini kan kerusakan alam yang ada di atas, alih fungsi lahan dan sebagainya ini kan mengakibatkan sungai kita rusak," jelasnya.

Hal ini menjadi penting mengingat Demak rentan menjadi korban kerusakan alam dari wilayah atas di wilayah Jawa Tengah.

Sehingga upaya adaptasi dan mitigasi juga harus dilakukan dari akar masalah.

Baca juga: Terdampak Banjir, KPP Pratama Demak Buka Layanan Darurat

"DAS kita rusak, kalau sungai itukan menerima akibatnya saja, dampak dari penebangan hutan di atas. Pembuatan villa-villa hotel-hotel yang ada di atas itu kan juga dampaknya ke tempat kita," ungkapnya.

Lebih lanjut, pihaknya tak dapat memprediksi secara pasti banjir besar di Demak dapat berhenti kecuali sejumlah tanggul-tanggul sungai yang jebol diperbaiki.

"Belum tahu kapan (surut) karena tanggulnya belum tertutup," tandasnya. (*)

 

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved