Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Masyarakat Selalu Jadi Kambing Hitam Picu Kecelakaan di Jateng, Yudi: Pejabat Coba Cek Kondisi Jalan

Merespon data tersebut, sejumlah pengguna jalan mengaku bosan selalu jadi sasaran penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Tribunjateng/Bud Susanto
Kondisi Jalan Pemuda Boja Kabupaten Kendal, Senin (1/4/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Angka kecelakaan di jalan raya di Jateng terus menunjukkan peningkatan 3 tahun terakhir.

Data dari Polda Jateng sepanjang 2021 terjadi 21.117 kecelakaan lalulintas.

Angka tersebut naik pada 2022 dengan 29.772 kejadian kecelakaan jalan raya di Jateng.

Tak berhenti di situ, pada 2023 angka tersebut kembali meningkat.

Di mana sepanjang 2023 Polda Jateng mencatat 31.223 kasus kecelakaan di jalan raya.

Dari angka tersebut jumlah kobran meningkatkan mencapai 4,127 jiwa.

Lantas, apa penyebab tingginya angka kecelakaan di jalan raya tersebut.

Pada Rencana Aksi Keselamatan Lalulintas dan Angkutan Jalan (RAK LLAJ) yang disusun Pemprov Jateng pada 2023-2028 disebutkan, faktor human eror menjadi penyebab dominan terjadinya kecelakaan di jalan raya wilayah Jateng.

Bahkan pada RAK LLAJ tersebut persentase faktor human eror mencapai 76 persen.

Merespon data tersebut, sejumlah pengguna jalan mengaku bosan selalu jadi sasaran penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya.

Bahkan beberapa mengatakan, pendataan pemerintah di Jateng melihat kondisi jalan.

"Manusianya jadi sasaran, tapi pemerintah tak mau meninjau kondisi jalan secara langsung dan berkala," ucap Yudi Setiawan, satu di antara warga Kota Semarang, Senin (1/4/2024).

Ia menuturkan, jalan bergelombang dan berlubang hanya ditambal seadanya.

Hal tersebut terus dilakukan sepanjang tahun dan tak pernah dilakukan perbaikan secara menyeluruh.

Yudi juga mengatakan, kondisi jalan di beberapa titik di Jateng tak ramah untuk masyarakat kecil.

"Kalau naik mobil seperti pejabat aman saja, sekali-sekali pejabat naik sepeda motor rasakan sensasi jalan yang dikatakan hampir 100 persen baik," paparnya.

Yudi yang sering berkeliling menggunakan sepeda motor juga menuturkan, kondisi jalan Pantura Jateng banyak yang bergelombang.

Belum lagi jalan lintas perbatasan di beberapa wilayah seperti Kendal-Kabupaten Semarang.

"Mbok ya jangan selalu menyalahkan masyarakat, coba saja pejabatnya turun pakai sepeda motor. Kami yang bayar pajak kami yang disalahkan dan di anggap menjadi penyebab utama kecelakaan jalan raya," terangnya.

Adapun pendataan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jateng dan DIY beberapa waktu lalu menyebutkan, kondisi jalan nasioudi Jateng-DIY 96,7 persen lebih baik.

Di mana total panjang jalan nasional di Jateng-DIY mencapai 1.887,29 kilometer.

Selain Yudi, Hasanudin satu di antara pengemudi truk asal Boyolali juga mengomentari kondisi jalan di wilayah Jateng.

Ia menuturkan data yang dipaparkan pemerintah khususnya Pemprov Jateng hanya di atas kertas dan sifatnya administratif.

Hasanudin juga mengatakan pemerintah tak pernah mendengarkan keluh kesah pengguna jalan terkait kondisi jalan di Jateng.

"Jadi tak heran kalau mau lebaran jalan ditambal sulam, itupun tak lama paling 2 bulan rusak lagi. Yang disalahkan pengguna jalan karena muatan terlalu berat dan ada kecelakaan kami juga yang disalahkan. Padahal kondisi aspal yang kurang baik," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved