Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Sosok Pendekar Aceh Murid Sunan Kudus: Jika Penjahat Tak Mau Syahadat, Jenazah Dibiarkan di Pohon

Dalam lipatan sejarah penyebaran agama Islam di Jepara, tersembunyi kisah seorang pendekar asal Aceh, murid Sunan Kudus

|
Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tito Isna Utama
MAKAM - Suasana makam Mbah Joko Sari yang berada di Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. 

"Menurut legenda, Mbah Asy'ari sering menghadapi perampokan. Ketika muda, beliau sering mengalahkan perampok yang mengganggu," katanya.

Mbah Datuk Joko Sari dikenal sebagai pendekar yang memberikan toleransi kepada perampok, asalkan mereka mau mengucapkan kalimat Syahadat.

Jika perampok tidak mengucapkan kalimat Syahadat sebelum meninggal, Mbah Datuk Joko Sari akan membiarkan jenazah mereka di pohon.

"Jika perampok mau bersyahadat, mereka akan dikuburkan. Jika tidak, jenazah dibiarkan di pohon. Mbah Asy'ari dikenal sangat sakti," jelasnya.

"Ke Sunan Kudus dalam rangka belajar syariat, dengan guru syariatnya Mbah Sunan Kudus," tuturnya.

Setelah berhasil menyebarkan agama Islam di Desa Ngabul dan sekitarnya, Mbah Datuk Joko Sari diminta oleh gurunya untuk melanjutkan perjalanan ke Gresik.

"Sampai di sini, beliau mendapat perintah untuk pergi ke Gresik. Di Gresik inilah beliau meninggal bersama temannya, Mbah Gimbal," katanya.

Bagi Badri, makam Mbah Datuk Joko Sari di Desa Ngabul hanyalah sebuah petilasan.

Sebelum dijadikan sebagai makam, bangunan tersebut merupakan mushola yang belum selesai dibangun.

"Di sini petilasannya. Ini bukan makam, tapi petilasan karena aslinya adalah mushola atau masjid yang tidak jadi dibangun," kata Badri kepada Tribunjateng pada Selasa (2/4/2024).

Badri berpendapat bahwa pembuatan petilasan Mbah Datuk Joko Sari dilakukan karena beliau cukup lama berada di Desa Ngabul untuk menyebarkan agama Islam.

"Tapi secara spiritual, Mbah Datuk Joko Sari lebih suka dan lama berada di Ngabul, makanya disebut dayang Ngabul," ucapnya.

Warga setempat percaya bahwa Haul Mbah Datuk Joko Sari jatuh pada bulan Syawal.

Pada saat haul, biasanya ada pergantian klambu yang berada di makam, berukuran sekitar panjang 6 meter dan lebar 60 cm.

Sosok Mbah Datuk Joko Sari dikenal di beberapa daerah, terbukti dari banyaknya peziarah dari luar kota yang datang mengunjungi makam atau petilasan Mbah Datuk Joko Sari.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved