Sosok Pendekar Aceh Murid Sunan Kudus: Jika Penjahat Tak Mau Syahadat, Jenazah Dibiarkan di Pohon
Dalam lipatan sejarah penyebaran agama Islam di Jepara, tersembunyi kisah seorang pendekar asal Aceh, murid Sunan Kudus
Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Penyebaran agama Islam di Kabupaten Jepara tidak lepas dari peran beberapa tokoh terkemuka, salah satunya adalah Syeh Asy'ari atau Syeh Bandar Sari, yang lebih dikenal dengan nama Mbah Datuk Joko Sari.
Pria yang juga dikenal dengan nama Datuk Surowidi ini merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Dukuh Jokosari, Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.
Saat ini, makam dan petilasan Mbah Datuk Joko Sari berlokasi di Dukuh Jokosari, sekitar 1,5 KM dari pusat pemerintahan Desa Ngabul (Balai Desa).

Baca juga: Jokowi Batal Jumatan di Kudus, Terkait Mitos Rajah Kalacakra yang Ditanam Sunan Kudus?
Makam Mbah Datuk Joko Sari dikelilingi oleh dua pohon besar, menandakan bahwa di tempat tersebut bersemayam seorang ulama sekaligus perwira atau tentara perang dari kerajaan Islam di Samudra Pasai pada masa itu.
Menurut warga setempat, nama Mbah Datuk Joko Sari berasal dari kebiasaannya yang sering tertidur atau 'sare' dalam bahasa Jawa krama alus. Mbah Datuk Joko Sari tidak pernah menikah hingga akhir hayatnya.
Julukan tersebut muncul dari murid-murid Mbah Datuk Joko Sari sendiri saat beliau menyebarkan agama Islam kepada warga Desa Ngabul.
"Mbah Datuk Joko Sari sebenarnya bernama Mbah Asy'ari, berasal dari Aceh, sehingga disebut datok. Karena beliau belum menikah hingga meninggal, maka disebut Joko. 'Joko' merupakan julukan untuk orang yang belum menikah. 'Sare' berarti sering tertidur, sehingga 'Joko sare' atau Kiai Ashari sering tertidur, akhirnya menjadi Jokosari," ujar Abdullah Badri, warga Desa Ngabul, sekaligus salah satu cucu penjaga makam.
Baca juga: Ada Sejak Zaman Sunan Kudus, Tradisi Dandangan yang Kini Jadi Warisan Budaya Takbenda
Untuk mendalami ilmu agama Islam, Mbah Datuk Joko Sari diminta oleh gurunya untuk belajar kepada Sunan Kudus Ja'far Ash-Shadiq, yang merupakan putra Sunan Ngudung dan Nyai Ageng Manyuran.
"Beliau berasal dari Aceh, pada masa Sunan Kudus, dan merupakan murid Sunan Kudus," ujarnya.
Sebelum tiba di Kabupaten Jepara, Mbah Datuk Joko Sari sempat singgah di Cirebon, karena pada waktu itu belum ada pelabuhan terdekat yang berada di Kabupaten Jepara.
Saat berada di Cirebon, Mbah Datuk Joko Sari sempat tinggal beberapa bulan bersama warga setempat, sekaligus mengajarkan agama Islam.
"Sebelum sampai di Ngabul, beliau berada di Cirebon. Karena belum ada pelabuhan di Jepara, pelabuhan terdekat berada di Cirebon. Beliau tinggal bersama orang Cirebon selama kurang lebih enam bulan," katanya.
Kembali ke tujuan awalnya, Mbah Datuk Joko Sari melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Sultan Kudus.
"Tujuan utama beliau adalah untuk belajar agama dari Mbah Sunan Kudus, atas perintah guru beliau dari Aceh," ucapnya.
Dalam perjalanan dari Cirebon menuju Sunan Kudus, Mbah Datuk Joko Sari memilih berjalan kaki melewati hutan dan daerah yang rawan akan perampokan.
"Menurut legenda, Mbah Asy'ari sering menghadapi perampokan. Ketika muda, beliau sering mengalahkan perampok yang mengganggu," katanya.
Mbah Datuk Joko Sari dikenal sebagai pendekar yang memberikan toleransi kepada perampok, asalkan mereka mau mengucapkan kalimat Syahadat.
Jika perampok tidak mengucapkan kalimat Syahadat sebelum meninggal, Mbah Datuk Joko Sari akan membiarkan jenazah mereka di pohon.
"Jika perampok mau bersyahadat, mereka akan dikuburkan. Jika tidak, jenazah dibiarkan di pohon. Mbah Asy'ari dikenal sangat sakti," jelasnya.
"Ke Sunan Kudus dalam rangka belajar syariat, dengan guru syariatnya Mbah Sunan Kudus," tuturnya.
Setelah berhasil menyebarkan agama Islam di Desa Ngabul dan sekitarnya, Mbah Datuk Joko Sari diminta oleh gurunya untuk melanjutkan perjalanan ke Gresik.
"Sampai di sini, beliau mendapat perintah untuk pergi ke Gresik. Di Gresik inilah beliau meninggal bersama temannya, Mbah Gimbal," katanya.
Bagi Badri, makam Mbah Datuk Joko Sari di Desa Ngabul hanyalah sebuah petilasan.
Sebelum dijadikan sebagai makam, bangunan tersebut merupakan mushola yang belum selesai dibangun.
"Di sini petilasannya. Ini bukan makam, tapi petilasan karena aslinya adalah mushola atau masjid yang tidak jadi dibangun," kata Badri kepada Tribunjateng pada Selasa (2/4/2024).
Badri berpendapat bahwa pembuatan petilasan Mbah Datuk Joko Sari dilakukan karena beliau cukup lama berada di Desa Ngabul untuk menyebarkan agama Islam.
"Tapi secara spiritual, Mbah Datuk Joko Sari lebih suka dan lama berada di Ngabul, makanya disebut dayang Ngabul," ucapnya.
Warga setempat percaya bahwa Haul Mbah Datuk Joko Sari jatuh pada bulan Syawal.
Pada saat haul, biasanya ada pergantian klambu yang berada di makam, berukuran sekitar panjang 6 meter dan lebar 60 cm.
Sosok Mbah Datuk Joko Sari dikenal di beberapa daerah, terbukti dari banyaknya peziarah dari luar kota yang datang mengunjungi makam atau petilasan Mbah Datuk Joko Sari.
Di sisi lain, warga Desa Ngabul, Hisyam Zamroni, percaya bahwa Mbah Datuk Joko Sari adalah tokoh berpengaruh di Kabupaten Jepara.
"Menurut orang tua-tua, Mbah Datuk Joko Sari termasuk wali sepuh di Jepara. Tidak hanya di Ngabul, di wilayah sekitar sini juga, sebagai penyebar agama Islam," katanya.
Dia menegaskan bahwa makam Datuk Joko Sari berada di Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.
"Mbah Datuk Joko Sari secara arkeologis memang memiliki makam, rumah aslinya di Sendang, di belakang pasar buah, sekitar 1 km dari sini, yang dinamakan Sendang Sari. Di dalamnya terdapat makam Datuk Joko Sari," kata Hisyam.
Menurut Hisyam, keaslian makam Mbah Datuk Joko Sari dibuktikan dengan adanya batu bata kuno berukuran dua telapak tangan orang dewasa.
"Saya yang pertama kali membangun ini. Saat menggali, kami menemukan bata kuno sebesar telapak tangan. Di sini memang desainnya seperti makam," tuturnya.
Sambil Ngopi Bareng, Bhabinkamtibmas di Jepara Akrab dengan Warga dan Sampaikan Pesan Kamtibmas |
![]() |
---|
Kronologi Kecelakaan Karambol 3 Mobil di Jepara, Bermula Sari Serobot Jalan |
![]() |
---|
Nelayan Jepara Hilang 4 Hari Ditemukan Meninggal di Perairan Pulau Panjang |
![]() |
---|
Pemkab Jepara Ajak Insan Perhubungan Perkuat Moral dan Profesional untuk Transportasi Lebih Baik |
![]() |
---|
Diduga Mencuri, Mahasiswa di Jepara Ditangkap Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.