Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Video

Video Romansa Masa Lalu, Anak-anak di Solo Ngaji Diterangi Lampu Sentir

Sebanyak 20 anak usia sekolah dasar hingga menengah pertama di Kampung Tamtaman, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo mengaji Al Qur

Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Tim Video Editor

TRIBUNJATENG,COM, SOLO - Berikut ini video Romansa Masa Lalu, Anak-anak di Solo Ngaji Diterangi Lampu Sentir

Sebanyak 20 anak usia sekolah dasar hingga menengah pertama di Kampung Tamtaman, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo mengaji Al Quran, Rabu (3/4/2024) malam.

Tak seperti pada umumnya orang mengaji di era moderen seperti sekarang ini, anak-anak itu mengaji dengan penerangan minim, menggunakan lampu sentir atau lampu teplok.

Pantauan Tribun Jateng, mereka bersiap ngaji surat Al Kahfi sejak pukul 20.00 WIB, sembari guru ngaji atau pengampu ngaji sentir memberikan arahan dan aba-aba dimulainya ngaji.

Sekitar setengah jam kemudian, mereka memulai ngaji. Diawali dengan surat al fatihah bersama, lalu satu per satu dari anak-anak ini mulai mengaji.

Tak ada kewajiban harus menyelesaikan berapa ayat, semampu mereka.

Rochmad Al Jufri, selaku guru ngaji menyampaikan, selain untuk mengingat perjuangan di masa lalu, pembacaan ayat-ayat suci Al Quran ini juga sebagai sarana pembelajaran anak untuk bisa lancar membaca Al Quran.

Meski sederhana, hanya dengan penerangan lampu sentir, anak-anak bersemangat dan antusias. Anak-anak itu sebelumnya belajar mengaji di masjid, musala, atau rumah masing-masing.

"Kami dari Kampung wisata Wiratamtaman, menyelenggarakan tadarus bareng adik-adik kita. Karena ini juga untuk meraih lailatul qadar, maka pada malam hari ini kita mencoba meraih (lailatul qadar), walaupun terbata-bata namun kita tetap semangat dalam menempuh belajar membaca," ucap Rochmad memberi semangat ke anak-anak.

Setelah selesai ngaji secara bergantian, Rochmad menghampiri satu per satu anak-anak untuk memberikan pengarahan membacar Al Quran sesuai dengan tajwid.

"Kenapa kita ngambil (lokasi) di jalan? Karena masjid kan ada? Memang di masjid sudah biasa, maka kita upayakan di luar," jelasnya.

Dia mencontohkan, selain ngaji sentir yang digelar di luar atau di jalan kampung, buka puasa juga digelar secara bersama-sama. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk mengenal warga kampung satu dengan yang lain.

"Karena bangsa kita itu bangsa gotong-royong, itu tidak bisa lepas dari sejarah kita. Apalagi kita masyarakat keraton, masyarakat budaya," tuturnya.

Maka, menurut Rochmad, satu dengan yang lain harus saling kenal. Oleh karena itu, ngaji sentir digelar di luar. Dengan mengambil tema ngaji dengan penerangan lampu teplok untuk mengingat kembali suasana vintage atau yang berkaitan dengan suasana klasik.

"Keraton itu kan imagenya kuno atau lawas, jadi kita mencoba menghadirkan sesuatu yang lain. Kita ngambil hal-hal yang sifatnya tradisional," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved