Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Artis

Kisah Anak Nelayan Hidup Susah, Petik Bayam Liar di Peceren Demi Makan, Kini Jadi Artis Terkenal

"Jadi teman-teman berangkat ekstrakulikuler saya nata ikan sambil nangis," ungkap dia.

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
Instagram
Kisah Anak Nelayan Hidup Susah, Petik Bayam Liar di Peceren Demi Makan, Kini Jadi Artis Terkenal 

Kisah Anak Nelayan Hidup Susah, Petik Bayam Liar di Peceren Demi Makan, Kini Jadi Artis Terkenal

TRIBUNJATENG.COM - Perjalanan hidup public figur di Indonesia tak lepas dari perjuangan panjang.

Salah satunya kisah hidup Soimah Pancawati yang jauh dari kata mudah dan berkecukupan.

Meskipun kini bergelimang harta, siapa sangka dulu Soimah Pancawati harus bekerja keras merelakan masa kecilnya.

Hal ini diungkap oleh Soimah ketika menjadi bintang tamu di channel YouTube Wendy Cagur.

Pada kesempatan tersebut, Soimah membeberkan bahwa ibunya adalah sosok yang galak.

Hal tersebut sampai membuat Soimah menyimpan rasa benci terhadap ibunya.

"Ibuku tuh segalak-galaknya ibu di dunia ini waktu itu.

Sampai aku tuh sempat benci sama ibuku," ungkap Soimah.

Di masa kecilnya, Soimah merasa tidak diperlakukan seperti anak-anak seusianya waktu itu.

Sejak SD, Soimah harus membantu sang ibu bekerja.

"Karena menurutku saya diperlakukan tidak umumnya anak-anak seusiaku waktu itu.

Seperti dari SD aku udah kerja keras," kata dia.

Ibu dan bapak Soimah diketahui bekerja sebagai nelayan.

Sehari-harinya, ibu dan bapak Soimah mengambil ikan di Tempat Pelelangan Ikan TPI.

Ikan-ikan yang telah terkumpul tersebut kemudian dibawa ke rumah untuk diolah lagi.

"Pulang sekolah itu sering aku nangis karena ikan udah banyak terus pokoknya ngolah ikan tuh sampai jam 1.00 pagi," tutur Soimah.

Dikatakan Soimah, bagi ibunya saat itu sekolah bukanlah prioritas utama.

Yang menjadi prioritas utama adalah bagaimana cara bertahan hidup dari hari ke hari.

"Kayak gitu, jadi gak ada waktu untuk bermain bahkan ibuku itu sekolah nomor dua waktu itu," jelas Soimah.

Karena harus membantu orang tua, Soimah kerap melewatkan ekstrakulikuler di sekolah.

Tidak dipungkiri, Soimah pernah menangis sambil menata ikan ketika melihat teman-temannya bisa berangkat esktrakulikuler sementara dia tidak.

"Ekstrakulikuler juga jarang berangkat. Jadi teman-teman berangkat ekstrakulikuler saya nata ikan sambil nangis," ungkap Soimah.

Kendati demikian, ibu Soimah mendukung bila putrinya menari atau bernyanyi.

Bahkan sang ibu sampai menyuruh kakak Soimah untuk menemani adiknya.

"Tapi kalau nari, nyanyi, ibuku support.

Sampai kakakku disuruh nemenin.

Jadi dia rela kakakku sampai gak bantu mindang ikan untuk nemenin aku nyanyi atau nari itu disupport," tutur Soimah.

Proses pengolahan ikan di rumah orang tua Soimah pun terbilang panjang dan memakan waktu sekitar 12 jam.

"Jadi lelang dari TPI terus dibawa ke rumah terus diolah.

Ada yang dipindang, ada yang diasap, ada yang dijadiin ikan kering baru dijual lagi ke pasar," tuturnya.

Setelah selesai diolah, ibu Soimah harus mengantar ikan-ikan tersebut ke pasar.

Oleh karena itu, Soimah kecil juga berkewajiban membantu mengangkat ikan-ikan tersebut.

Jika tidak, Soimah harus merelakan uang sakunya.

"Kalau ngerjain kan jam 1 (siang) sampai jam 1 pagi gitu, jam 3 ibu harus ke pasar."

"Nah kalau jam 3 itu aku gak bangun, ga nemenin angkat, ga dikasih uang saku."

"Jadi kalau mau uang saku ya harus bangun. Kadang kalau aku ga bangun ya ga ditinggalin uang saku," tutur Soimah.

Tidak adanya uang saku membuat Soimah harus mencari dan memasak lauk makan siang untuk dirinya sendiri.

Tak kehabisan akal, Soimah memetik bayam-bayam liar di tempat pembuangan air, limbah yang dikenal dengan peceren.

"Jadi pulang sekolah nanti nyari lauk sendiri. Bayam yang di peceren (air buangan) nah di situ kan subur ya banyak bayam-bayam tumbuh liar."

"Ya udah kalau aku gak dapat uang saku ya pulang sekolah metikin bayam buat disayur bening sama pepaya muda."

"Pokoknya kreatif nyari lauk sendiri," puji Soimah kepada diri sendiri.

Kini, ketika ia sudah menjadi artis terkenal, Soimah menyadari didikan yang diberikan oleh orang tuanya saat kecil menjadi bagian dari proses.

Proses tersebutlah yang menjadi kekuatan untuk Soimah bertahan di dunia hiburan yang saat ini ia geluti.

"Ternyata proses itu, ya itu kekuatanku. Makanya sekarang kalau saya lihat anak-anak muda kalau menye-menye gitu aku gak suka," tandas Soimah(*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved