Jigsaw Memecah Kebuntuan dalam Proses Pembelajaran IPAS

Oleh: Atikah Manar, S.Pd.I., MI Islamiyah Kalisalak

Guru sebagai seorang pendidik merupakan faktor kunci dalam kesuksesan proses pembelajaran. Pentingnya guru dalam mensukseskan proses pembelajaran tidak dapat dipungkiri sangat erat terkait dengan tingkat kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan guru juga turut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang terus berubah. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk terus mengikuti perkembangan tersebut dan memanfaatkannya secara profesional dalam kegiatan pembelajaran.

Profesionalisme seorang guru dapat terlihat dari kemampuannya dalam merancang dan melaksanakan perencanaan pembelajaran yang sesuai dan efektif. Model-model pembelajaran konvensional yang sudah usang perlu ditinggalkan, dan guru profesional diharapkan mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak didik. Penerapan model kooperatif atau Cooperative Learning perlu menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dijelaskan oleh Shoimin (2014:45) bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok - kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

Anak didik harus menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran, dan guru memiliki peran penting dalam melibatkan mereka secara aktif. Model pembelajaran kooperatif, seperti model Jigsaw, merupakan salah satu pendekatan yang efektif dalam hal ini. Dalam model ini, anak didik bekerja sama dalam kelompok kecil untuk memahami bagian-bagian materi dan saling mengajarkan kepada anggota kelompok lainnya. Selaras dengan penjelasan ini, Isjoni (2010:54) menjelaskan bahwa model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal.

Penerapan model Jigsaw dalam pembelajaran IPAS materi tentang Indonesiaku Kaya Budaya di kelas empat MI Islamiyah Kalisalak Kabupaten Batang diawali dengan Guru memberikan arahan awal tentang materi pembelajaran, kompetensi dasar yang akan dicapai, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu, guru juga mengenalkan model pembelajaran yang akan digunakan.

Kelompok-kelompok anak didik dibentuk secara heterogen oleh guru, dengan memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak didik. Setiap kelompok terdiri dari beberapa anggota, yang akan bertugas mempelajari dan memahami bagian-bagian tertentu dari materi pembelajaran.

Guru menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan jumlah anggota dalam kelompok, sehingga setiap anggota kelompok memiliki sumber belajar yang cukup untuk memahami bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Anggota kelompok ahli, yang sudah memahami bagian tertentu dari materi, bekerja sama untuk saling mengajarkan kepada anggota kelompok lainnya. Proses ini melibatkan kerja sama dan diskusi antaranak didik untuk memperdalam pemahaman. Setelah itu, setiap kelompok kembali kepada kelompok asalnya, dimana anggota kelompok ahli menyampaikan tutorial kepada anggota kelompok asal. Proses ini memungkinkan setiap anggota kelompok memperoleh pemahaman yang mendalam tentang seluruh materi pembelajaran. Proses pembelajaran dilanjutkan dengan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi bersama-sama untuk mengukur pemahaman dan pencapaian anak didik.

Pada akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan materi yang telah disampaikan untuk memastikan pemahaman yang tepat. Melalui penerapan model Jigsaw ini, terjadi peningkatan minat dan motivasi anak didik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan serius. Hasil belajar anak didik juga mengalami peningkatan yang signifikan, yang terbukti dalam evaluasi akhir pembelajaran