Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Banyaknya Penolakan terhadap TPT jadi Kendala Penanggulangan TBC di Kabupaten Pati

Menurut Joko, penolakan juga banyak terjadi lantaran jangka waktu terapi boleh dibilang tidak sebentar, mencapai enam bulan

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Dialog Bersama "Gerakan Indonesia Akhiri TBC" yang digelar SSR Mentari Sehat Indonesia Pati di Resto Winong 57 Pati, Selasa (30/4/2024). 

 
TRIBUNJATENG.COM, PATI — Program Terapi Pencegahan TBC (TPT) di lapangan masih banyak mengalami penolakan. 

Capaian di Kabupaten Pati hanya 2,3 persen dari target 5 persen. 

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, Joko Leksono Widodo, saat diwawancarai usai acara Dialog Bersama Gerakan Indonesia Akhiri TBC di Resto Winong 57 Pati, Selasa (30/4/2024).

“TPT atau terapi pencegahan TBC ini capaiannya memang rendah karena banyak kendala, tidak hanya di Pati tapi di semua daerah,” ungkap Joko.

TPT diberikan kepada keluarga yang di dalamnya terdapat pasien positif TBC.

TPT diberikan secara gratis oleh dinas kesehatan.

“Awal 2024 ini akan kita galakkan, karena capaian rendah. Karena kendala capaian rendah (TPT) ini banyak yang belum merasa sakit atau belum bergejala. Akhirnya pengobatan baru seminggu sudah selesai tidak sampai tuntas. Hal itu membuat seringnya kegagalan pengobatan,” ucap Joko.

Hal serupa juga pernah dia ungkapkan dalam rapat koordinasi program eliminasi tuberkulosis di Ruang Kembangjoyo Sekretariat Daerah Kabupaten Pati, Jumat (23/2/2024).

Dia menyebut bahwa TPT mestinya diberikan pada orang di sekitar penderita positif TBC yang kontak erat.

"Tapi susah karena yang diobati orang yang sehat tetapi masih kontak. Kadang ada penolakan, tidak sakit, tidak positif TBC, kok diobati. Padahal ini program biar tidak menular. Apalagi menurut penelitian, 8-10 orang di sekitar (penderita TBC) akan tertular," jelas dia.

Menurut Joko, penolakan juga banyak terjadi lantaran jangka waktu terapi boleh dibilang tidak sebentar, mencapai enam bulan.

Sementara, Koordinator SSR Mentari Sehat Indonesia Pati Moh Yasir Al Imron berharap stakeholder mulai dari PKK hingga kepala desa dapat membantu percepatan penemuan kasus TBC serta pemberian TPT yang capaiannya masih rendah.

“Harapannya stakeholder bisa berkontribusi, memberikan edaran informasi kepada posyandu untuk menekan dan menemukan kasus baru, termasuk TBC anak,” papar dia.

Pada tahun ini, program yang pihaknya jalankan akan berupaya menyasar posyandu di desa-desa untuk dimasuki kader TBC sehingga dapat membantu menemukan kasus baru serta penyuluhan maupun edukasi terkait masalah TBC. (mzk)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved