Berita Viral
Tagana Sisdohiri Tak Pernah Lupa Peristiwa Itu, Saat Dikirimi Air Minum Oleh Allah di Tengah Banjir
Air minum dari Allah Tak lama setelah memberikan nasi, ada dua buah air minum kemasan gelas mengambang di permukaan air banjir dan melintasinya
TRIBUNJATENG.COM - Pengalaman tak terlupakan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) bernama Sisdohiri saat menjalankan tugasnya.
Pengalaman itu masih ia kenang sampai sekarang.
"Tak terlupakan," ujarnya.
Yakni saat ia mendapat kiriman air minum dari Allah SWT
Baca juga: Tarsum Pemutilasi Istri Resmi Tersangka, Ini Alasannya Punya Utang ke Bank hingga Ratusan Juta
Baca juga: Polah Mencurigakan Tarsum Sebelum Mutilasi Istri, Pak RT: Bukan Kebiasaannya
Ragana adalah satu dari beberapa relawan garda terdepan penanganan bencana di Indonesia.
Pertolongan segera terhadap korban bencana adalah pekerjaan utama bagi para relawannya.
Ini adalah pilihan hidup.
Bagaimana tidak, mereka bekerja tanpa memikirkan upah demi kemanusiaan.
Kesaksian Sisdohiri -salah satu dari 65 personel Tagana yang tercatat di Dinas Sosial, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mungkin bisa mewakilinya.
Suka duka telah dia lewati selama kurun waktu 14 tahun -sejak pertama bergabung pada tahun 2010 lalu.
Ketertarikannya terhadap kegiatan sosial mengantarkan Sisdohiri berlabuh dalam organisasi ini.
"Awalnya saya di karang taruna desa, terlibat aktif, dan hingga gabung Tagana di tahun 2010."
"Menurut saya, Tagana organisasi yang paling tinggi ibadahnya untuk menolong masyarakat," kata Sisdohiri saat ditemui Kompas.com di Kantor Dinas Sosial, pada Sabtu (4/5/2024) petang.
Sisdohiri ditempa beberapa momen pelatihan, tingkat kabupaten, provinsi, hingga kementerian.
Ilmu dasar Tagana, water rescue, vertikal rescue, jungle rescue, pendirian shelter, logistik, psikologi dasar untuk trauma healing, dan lainnya adalah bekal utama selama bertugas.
Banjir besar di Susukan
Dia mempraktikkan ilmu pelatihan itu pada tiap kali penanganan bencana, termasuk banjir besar di Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, pada tahun 2017.
Baginya, peristiwa itu sangat berkesan.
Saat itu, Sis merasa fisiknya nyaris tidak kuat karena berada di tengah banjir selama sekitar 18 jam.
Sejak penanganan pada pukul 19.00 WIB, dia terus menyusuri banjir ke rumah warga terdampak untuk evakuasi.
Sebagian personel memilih istirahat di pagi hari, ke tempat pengungsian dan atau pulang sejenak sambil mengganti baju.
Namun, tidak bagi Sisdohiri.
Penanganan yang dia lakukan berlanjut hingga siang hari sekitar pukul 12.00 WIB.
Petugas Tagana lainnya membawakan sisa dua buah bungkus nasi untuk makan siang Sisdohiri serta rekannya, di dekat rumah warga terdampak.
Namun, saat hendak makan, ada korban banjir yang meminta nasi karena kelaparan.
Seketika, Sis memberikan dua buah nasi bungkus tersebut.
Padahal, nasi tersebut hendak dia makan setelah menahan lapar sejak pukul 19.00 WIB.
Air minum dari Allah Tak lama setelah memberikan nasi, ada dua buah air minum kemasan gelas mengambang di permukaan air banjir dan melintasinya.
Dia mengambil, lalu meminumnya bersama rekannya.
"Nasi itu saya ke warga, kasihan. Padahal saat itu kita sudah lapar dan lemas sekali," kata dia.
"Nah, anehnya, tiba tiba, ada minuman kemasan gelas lewat di atas permukaan air."
"Kami langsung ambil dan minum bareng-bareng, bersama sekitar enam orang. 'Kiriman' Allah sepertinya," kata Sis sambil tersenyum.
Akhirnya, sekitar pukul 16.00 WIB, selepas ashar atau sekitar 21 jam setelah penanganan banjir, Sis pulang.
Dia bergantian dengan personel lainnya.
Sambil berjalan pulang dia mampir ke warteg lantaran rasa lapar yang luar biasa.
Gadaikan KTP untuk tambal ban
Pengorbanan serupa juga pernah Sis lakukan saat penanganan bencana banjir luas yang melanda Kecamatan Waled serta delapan Kecamatan lainnya pada Maret 2024 kemarin.
Sis tak sempat membawa uang saat pertama kali menuju lokasi banjir, karena panik mendengar informasi banjir luas.
Setelah proses penanganan, Sis pulang untuk ganti baju, dan lainnya.
Sialnya, ban belakang motornya bocor dan tak ada uang serupiah pun di kantongnya.
Sis terpaksa menggadaikan KTP sementara, agar motornya dapat diperbaiki dan dapat digunakan.
Baginya, selain kemampuan menolong, menjadi personel Tagana harus menyiapkan jiwa raga demi kemanusiaan: sepenuhnya.
Karena bila hanya mengharapkan materi, hasil yang didapat, jauh dari kata cukup.
Pria yang akrab disapa Toing ini, terus konsisten membuktikan ucapannya.
Sejak bergabung di tahun 2010-2013, dia belum pernah mendapatkan uang.
"Baru mendapat uang dari kementerian Rp 100.000 per bulan di tahun 2013, naik jadi Rp 150.000 per bulan di tahun 2015, dan naik lagi jadi Rp 250.000 per bulan di tahun 2019 sampai sekarang."
"Itu pun diterima enam bulan sekali. Kalau dari Kabupaten Cirebon hanya Rp100.000 per bulan," ungkap Sis.
Padahal, sejak tahun 2010, dia harus menafkahi istri, Julaeha (39) dan anak pertamanya Popi, yang saat itu berusia tujuh tahun, lalu anak keduanya Siti, yang lahir di tahun 2012.
Untuk memenuhi kebutuhan mereka, Sis berjualan es krim tung tung keliling, yang menggunakan gerobak dan sepeda motor.
Uang yang masih jauh dari kata lebih, namun cukup untuk makan satu dua hari.
Setelah berhenti jualan es krim keliling empat tahun lalu, Sis mulai berjualan makanan ringan beberapa jenis kerupuk, keripik, basreng, dan lainnya.
Dia juga kerap menjadi kuli panggilan untuk tebang pohon dan juga bangun rumah.
Kerja keras serabutan itu, tak membuat Sis menolak dari berbagai perintah penugasan Dinas Sosial untuk pergi ke berbagai daerah, antara lain ke Bogor, Banjir Bandang Garut, Bromo, Cianjur, Sumedang, dan lainnya.
Sejumlah prestasi serta piagam penghargaan juga diterimanya.
Pria yang kini menginjak usia 48 tahun, dipercaya sebagai ketua sejak tahun 2020.
Di akhir masa jabatannya ini, dia sedang memperjuangkan upah layak untuk Tagana sebesar Rp 1.000.000 per bulan dari APBD Kabupaten Cirebon.
Nominal Rp 1.000.000 merupakan aspirasi dari seluruh anggota Tagana yang juga merasa kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangga, di tengah fluktuasi harga sembako yang tak menentu.
"Akhir Desember 2024, jabatan ketua saya berakhir. Sejak beberapa tahun lalu, hingga saya menjabat, hanya satu perjuangan saya untuk rekan-rekan, agar insentif untuk Tagana ditingkatkan menjadi Rp1.000.000."
"Karena insentif dari kabupaten yang hanya Rp 100.000 sangat jauh tertinggal dengan Kabupaten di sekitar, padahal Kabupaten masuk wilayah rawan bencana," kata Sis.
Tagana mengagumkan
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Cirebon, Indra Fitriani, mengaku sangat kagum terhadap personel Tagana.
Dia menyebut Tagana sebagai pejuang tanpa pamrih demi garda terdepan kemanusiaan bencana.
"Keberadaan Tagana sangat penting. Mereka luar biasa, tangguh, tanpa pamrih, kebayang gak, mereka dari rumah itu pakai ongkos, diem berhari hari ada di lokasi bencana, penyelamatan."
"Yang lain belum apa-apa, Tagana sudah ada," kata Fitri saat ditemui Kompas.com, Selasa (30/4/2024) siang.
Dinas sosial sebagai lembaga yang menaungi Tagana, memberikan pelatihan yang dibutuhkan untuk mengevakuasi para korban.
Begitu pun Kementerian Sosial yang beberapa kali menggelar pelatihan kepada personel Tagana agar lebih profesional dalam penanganan bencana.
Sebagian Tagana sudah mendapatkan sertifikat penanganan bencana tertentu. Fitri menjelaskan, Tagana menangani bencana alam dan bencana sosial.
Bencana alam berupa peristiwa kejadian alam, semisal banjir, longsor, pergerakan tanah, dan lainnya. Sedangkan bencana sosial, ODGJ, anak terlantar, rumah tidak layak huni, kaum duafa, dan lainnya.
Tim melakukan penanganan terhadap hal-hal tersebut. Terkait perjuangan Sis untuk menaikan insentif menjadi Rp1.000.000, juga telah Fitri dengar.
Dia mengaku berusaha memikirkan dan memperjuangkan upah itu untuk Tagana. Namun, yang berlaku saat ini masih seperti tahun tahun sebelumnya.
"Dinsos sifatnya memberikan insentif bulanan, dari APBD, yang rutin, Rp 100.000 per bulan, dari APBN, Rp 250.000 per bulan, per enam bulan sekali."
"Semoga bisa terus dinaikkan demi kesejahteraan para pejuang Tagana," sebut Fitri. (Kompas.com)
Inilah Sosok Pendaki Wanita Asal Semarang Ngeyel Saat Naik Gunung Sindoro, Ternyata Masih SMP |
![]() |
---|
Viral Siswi SMP Pendaki Gunung Sindoro Ngeyel Tak Mau Digendong: Asam Lambung Kumat |
![]() |
---|
Ini Hukuman yang Diterima Kepala Sekolah Viral Karaoke Bersama Bu Guru, Masih Sementara |
![]() |
---|
10 Fakta Baru Eks Dosen UIN Malang Vs Tetangga: Saling Lapor hingga Bantahan Yai Mim Cabul ke Sahara |
![]() |
---|
Kronologi Pemain Ketipung Klaten Dikeroyok dan Dihantam Kursi Besi Saat Tampil di Resepsi Pernikahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.