Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Peningkatan Berfikir Kritis melalui Metode Eksperimen

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dapat dilatih agar anak dapat memecahkan masalah secara efektif.

Editor: Editor Bisnis
Istimewa
Badi Ubudiyah, S.PD - TK Dharma Wanita Puguh Boja Kabupaten Kendal 

Peningkatan Berfikir Kritis melalui Metode Eksperimen

 

Badi Ubudiyah, S.PD

TK Dharma Wanita Puguh Boja Kabupaten Kendal

 

TRIBUNJATENG.COM - Salah satu kemampuan anak yang dikembangkan di jenjang Taman Kanak-kanak (TK) adalah kemampuan berfikir kritis, walaupun berfikir kritis anak masih dalam tahap yang sederhana. Berfikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan jernih dan rasional mengenai apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai. Proses dimana kita harus membuat penilaian yang rasional, logis, Sistematis dan dipikirkan Secara matang adalah proses dalam berpikir kritis. Menurut Anggreani (2015) kemampuan berpikir kritis anak usia dini adalah kemampuan anak dalam berpikir secara sistematis yang meliputi keterampilan dalam mengobservasi, menganalisis, membuat hipotesis dan menyimpulkan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dapat dilatih agar anak dapat memecahkan masalah secara efektif. Berpikir kritis pada anak usia dini merupakan salah satu keterampilan dasar yang dapat membantu anak dalam mengenal diri dan lingkungannya, serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

Ada banyak manfaat positif dari kemampuan berpikir kritis pada anak, antara lain adalah: meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; menciptakan gagasan baru atau berbeda; meningkatkan kreatifitas; menjadi lebih percaya diri; mendorong keingintahuan; mendorong banyak perkembangan pada anak; mengembangkan rasa mandiri. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkat berpikir kritis pada anak kelompok B di TK Dharma Wanita Puguh Boja belum optimal. Jika kondisi tersebut tidak mendapatkan solusi secara cepat dan tepat maka tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada perkembangan aspek lain pada diri anak, seperti kepercayaan diri, kemandirian, kemampuan kognitif, dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, guru dapat menggunakan metode eksperimen (yang sederhana) dalam proses belajar mengajar.  Tujuan dari kegiatan eksperimen untuk anak usia dini yaitu mengoptimalkan penggunaan kelima panca indera, memberi kesempatan bereksplorasi, menstimulus kreativitas, serta melatih kemampuan berpikir logis. Metode ini juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena anak mengalami proses percobaan yang diawali dengan mengamati, mencoba, menganalisis, dan kemudian menyimpulkan. Kegiatan ini juga terasa akan menyenangkan karena anak bisa menyaksikan langsung percobaan yang mereka lakukan.

Secara lebih rinci keunggulan metode eksperimen dalam pembelajaran antara lain: anak dapat belajar melalui pengalaman langsung; memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistik; dapat mengembangkan sikap ilmiah anak; membuat pembelajaran bersifat actual; fakta yang diperoleh anak mudah diingat; menemukan hal yang baru yang bermanfaat bagi anak dan guru; melatih kerja sama pada anak karena metode eksperimen biasanya dilakukan secara ber kelompok.

Dengan eksperimen anak menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen anak diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.

Berikut Langkah-langkah dalam melaksanakan metode eksperimen: Persiapan. Guru menyiapkan alat dan bahan atau media yang dibutuhkan untuk kegiatan eksperimen. Mencari informasi. Sebelum melakukan eksperimen guru dan anak mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai percobaan yang akan dilakukan. Melakukan percobaan. Anak dengan didampingi oleh guru melakukan percobaan. Sebelum guru meminta anak mencoba, pastikan bahwa guru sudah melaksanakan percobaan ini terlebih dahulu agar dapat memberikan bimbingan pada anak agar percobaanya berhasil. Tindak lanjut. Setelah percobaan selesai dan anak telah melakukan semua proses percobaan, guru dan anak bisa berdiskusi tentang apa yang mereka temukan dan rasakan selama kegiatan percobaan. (*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved