Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Pangsa Pasar Perbankan Syariah Mencapai 7,38 Persen, Perlu Penguatan Karakteristik

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia tumbuh menjadi 7,38 persen sampai Maret 2024

ISTIMEWA
ilustrasi Rupiah dari aplikasi penghasil uang. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia tumbuh menjadi 7,38 persen sampai Maret 2024, dengan total aset tumbuh 9,71 persen secara tahunan pada periode yang sama.

Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah OJK, Defri Andri mengatakan, aset perbankan syariah Indonesia tersebut memiliki nilai Rp 900 triliun per kuartal I/2024.

"Transformasi perbankan syariah memiliki dua dimensi utama yang menjadi perhatian, yaitu dimensi ketahanan dan daya saing di satu sisi, dan dimensi dampak sosial ekonomi di sisi yang lainnya," katanya, dalam acara Kick Off Bulan Pembiayaan Syariah 2024, Selasa (25/6).

Menurut dia, perbankan syariah perlu melakukan penguatan manajemen risiko dan tata kelola syariah, serta konsolidasi kelembagaan. Defri menjelaskan, dalam peta jalan yang telah disusun OJK, perbankan syariah perlu melakukan diferensiasi produk dan layanan.

Ia menyebut, perbankan syariah perlu melakukan penguatan karakteristik dengan strategi pengembangan produk syariah. "Hal ini sangat penting, karena memiliki keterkaitan yang erat pada transaksi yang dilakukan pada perbankan syariah," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Putu Rahwidhiyasa menyatakan, kontribusi pembiayaan syariah di Indonesia mencapai 18,9 persen kepada UMKM.

Dari jumlah itu, dia menambahkan, sebanyak 66,1 persen dari jumlah tersebut disumbang oleh perbankan syariah, baik bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS), dan bank perekonomian rakyat (BPR) syariah, dan UUS PNM.

"Ini InsyaAllah akan bisa meningkat, karena begitu banyak upaya kementerian lembaga mendorong akses UMKM Indonesia mendapatkan pembiayaan syariah," bebernya.

Sementara, Bank Indonesia (BI) mencatat, sektor keuangan syariah di Indonesia perlu didorong. Saat ini, pembiayaan perbankan syariah tumbuh 14,07 persen secara tahunan pada Mei 2024.

Lebih besar

Deputi Gubernur BI, Juda Agung mengungkapkan, pembiayaan syariah ini tumbuh lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan konvensional yang tumbuh 12,15 persen secara tahunan. "Kinerja keuangan syariah seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf, juga tumbuh positif," tuturnya.

Ia menjelaskan, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang dapat menjadi fokus penguatan untuk mendorong keuangan syariah. Pertama adalah inovasi produk dan digitalisasi.

Juda menceritakan, Kanada telah memiliki sebuah platform bernama Mazil yang menjadi one stop solution untuk keuangan syariah. "Isinya beragam, mulai morgage, investasi keuangan syariah, bahkan untuk aspek legal seperti membuat surat wasiat, surat waris yang sejalan dengan aspek syariah," paparnya.

Ia pun berharap, sektor keuangan syariah di Indonesia melakukan inovasi produk untuk menonjolkan kekhasan aspek syariah.

Kedua, Juda mengatakan, adalah inklusi dan literasi keuangan syariah. Ia beranggapan, semakin tinggi inklusi dan literasi, semakin tinggi pula penerimaan dan penggunaan produk keuanganan syariah oleh masyarakat. Sementara, pemerintah menargetkan tingkat literasi keuangan syariah sebesar 50 persen pada 2025.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved