Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Gelombang PHK Menjalar ke Sektor Ritel dan Logistik, Disebut Matahari hingga Transmart, Benarkah?

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak hanya terjadi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, industri keramik, hingga elektro

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi PHK 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak hanya terjadi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, industri keramik, hingga elektronik.

Sektor ritel dan logistik pun turut menyumbang angka pengangguran baru. Hal itu disebabkan oleh tutupnya gerai-gerai ritel besar.

Terbaru, kabar PHK berhembus dari gerai Matahari, milik emiten peritel pakaian PT Matahari Department Store (LPPF).

Pengamat Ketenagakerjaan, Nur Efendy mengatakan, potensi PHK di sektor ritel tak bisa dihindari, seperti halnya di industri tekstil dan alas kaki.

Menurut dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan gerai ritel mengambil opsi pengurangan tenaga kerja.

"Penyebab utamanya, saya pikir daya beli masyarakat yang menurun. Akibatnya, permintaan berkurang, sedangkan biaya produksi naik. Ujungnya, karyawan yang di-PHK sebagai langkah efisiensi," katanya, kepada Kontan, Selasa (2/7).

Tajudin juga melihat, persaingan usaha di ritel semakin tajam. Apalagi, tren bisnis gerai besar mulai kesulitan pada arus kas karena biaya operasional yang tinggi. Di sisi lain, omzet malah berkurang.

"Opsinya menutup gerai, seperti yang terjadi pada gerai Matahari, atau Transmart, yang banyak gulung tikar," ujarnya.

Ia menyebut, langkah pengelola mengecilkan format gerai pada akhirnya berimbas pada pengurangan karyawan.

Hal itupun tak hanya dilakukan oleh Matahari, tapi gerai besar lain juga akan mengambil cara yang sama.

"Jadi, saya juga tidak heran, PHK ini terus berlanjut sejak pandemi covid-19 lalu, karena hingga saat ini belum ada perbaikan kinerja yang signifikan," tuturnya.

Tajudin menyatakan, sektor ritel juga ikut terimbas maraknya barang impor, termasuk barang impor ilegal.

"Saya juga melihat impor dan barang selundupan ini berpengaruh terhadap peritel yang memproduksi barang lokal.

Produsen yang komponen bahan bakunya impor sudah tentu tertekan dengan maraknya barang impor hingga selundupan yang belum bisa terbendung," bebernya.

Biang keladi

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved